Jumat, 29 April 2011

RENUNGAN: 'Ingin mimpi bertemu Rasulullah SAW

Siang itu, dengan wajah muram seorang murid bersimpuh di hadapan syaikhnya. Syaikh, dengan suara berwibawa bertanya,:Apa gerangan yang merisaukanmu ??
Wahai syaikh, sudah lama saya ingin melihat wajah Rasulullah walau hanya lewat mimpi. Tetapi sampai sekarang keinginan itu belum terkabul juga jelas si murid.
0Oo..rupanya itu yang engkau
inginkan. Tunggu sebentar…
Setelah diam beberapa saat,
berkatalah Syaikh :
Nanti malam, datanglah engkau kemari, Aku mengundangmu makan malam..
Sang murid mengangguk
kemudian pulang ke rumahnya.
Setelah tiba saatnya, pergilah dia ke rumah Syaikh untuk
memenuhi undangannya. Dia
merasa heran melihat Syaikh
hanya menghidangkan ikan asin.
Makan, makanlah semua ikan
itu..! Jangan sisakan sedikitpun!
'kata Syaikh kepada muridnya'
Karena tergolong murid taat, dia habiskan seluruh ikan asin yang disuguhkan, Selesai makan, dia merasa kehausan. Dia segera meraih segelas air dingin di hadapannya.
''Letakkan kembali gelas itu!
'perintah Syaikh' Kau tidak boleh minum air itu hingga esok pagi, dan malam ini kau tidur di rumahku!
Dengan penuh rasa heran,
diturutinya perintah Syaikh.
Malam itu dia tak bisa tidur,
Lehernya serasa tercekik
karena kehausan. Dia membolak balikkan badannya hingga akhirnya tertidur karena kelelahan.

Apa yang terjadi??!.
Malam itu dia bermimpi minum air sejuk dari sungai, mata air dan sumur. Mimpi itu sangat nyata. Seakan akan benar terjadi padanya.
Begitu bangun paginya, dia
langsung menghadap Syaikh :Wahai guru, bukannya
melihat Rasulullah, saya malah bermimpi minum air,
Tersenyumlah Syaikh mendengar jawaban muridnya, Dengan bijaksana dia berkata: Begitulah, makan ikan asin membuatmu amat kehausan sehingga kau hanya memimpikan air sepanjang malam. JIka kau merasakan kehausan semacam itu akan Rasulullah, maka kau akan melihat ketampanannya',
'Terisaklah si murid. Dia sadar
betapa cintanya kepada
Rasulullah hanyalah sebatas kata, Kerinduan sebatas pengakuan,
(Syaikh Muzaffer / penutur
cerita )

Kondisi si murid adalah kondisi
hati kebanyakan kita semua.
Cinta pada dunia menutupi cinta kita pada Nabi. Jujur saja, hati ini tak merasa nikmat saat bershalawat. Apalagi bergetar.
Biasa biasa saja. Ulasan di atas adalah shalawat
pecinta, sementara kita adalah shalawat pemula. Bagi pemula, Syaikh Muzaffer berpesan ; Bila kau terus mengulang ulang shalawat dengan ikhlas, hampir pasti akan menjumpai Rasulullah.
Dan siapapun yang melihatnya
hampir pasti akan mendapat
syafaatnya.
Jadi, melantunkan shalawat bagi pemula laksana menanam benih. Mula mula dalam ucapan, lalu dalam pikiran. Bukankah segala
tindakan selalu bermula dari
pikiran???. Apa yang sedang
dipikirkan saat ini ,menciptakan kehidupan masa depan.
Menciptakan hidup dengan
pikiran. Apa yang paling dipikirkan dan difokuskan adalah apa yang akan muncul dalam hati. Apapun yang ditanam, itulah yang dituai.
Kau adalah pikiranmu
saudaraku!. Sisanya adalah
tulang dan otot. Jika engkau memikirkan bunga mawar, engkau adalah taman mawar. Jika engkau memikirkan duri, engkau adalah kayu bakar.
Demikian senandung Jalaluddin Rumi dalam
Matsnawi (2:277-8).***
Dengan memperbanyak
shalawat, ingin pikiran kita jadi
taman cinta Rasulullah’. Kita
ingin tindakan kita memancarkan keharuman akhlak Sang Teladan Segala Zaman.
Beruntunglah hidup di tanah air ini. Didalamnya shalawat selalu menyertai tahap-tahap
kehidupan. Saat dilahirkan,
bahkan sejak dalam kandungan 7 bulan, dikhitan, dinikahkan, mendapat kegembiraan, dan bahkan ketika meninggal dunia,semua tahapan itu diisi dengan
bacaaan shalawat Nabi. Begitu
cara orang tua kita dahulu
menghidupkan kecintaan kepada Rasulullah di hati kita.
Tiada hari tanpa siraman shalawat, agar pohon kerinduan kepada Rasulullah terus tumbuh subur dan menakjubkan orang yang
menanamnya.
Wallohu alam***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar