Pertanyaan: Bukankah DZAT menyiratkan perlu organ sensorik khusus, seperti tangan menyiratkan anggo-ta badan? Bukankah konsep
dan tindakan mendengar ju-ga fisik ? Anda mendengar
karena getaran SUARA di je-mput oleh sistem pendeng-aran di telinga Anda, sehing-ga pendengaran JUGA BERA- TI BERUPA fisik ??.
Jawaban: Apa yang terde-
ngar adalah fisik, yaitu DE-NGAN soundwaves (getaran SUARA). DARI HAL ITU ,MAKA bagaimana pun MENDENGAR NYA tidak selalu BERUPA FIS-IK. PENYIMPULAN DALAM PER-TANYAAN terjadi,KARENA fa- kta bahwa pendengaran ki-ta memiliki aspek fisik. pendengaran kami adalah fisik dalam arti BAHWA yang kita dengar melalui instru-men (telinga kita) DENGAN REAKSI GETARAN GELOMBANG SUARA KE indra suara. Ini adalah cara KITA Mendeng-ar. Ini adalah pendengaran dengan kayf, dengan suatu modalitas, yakni dengan be-berapa langkah dan unsur-unsur yg terlibat, atau des-kripsi fisik.
firman Allah ''BAHWA ALLAH MAHA MENDENGAR,bagaima-na pun, tanpa kayf, tanpa modalitas, dan karena ITU, MAKA tidak didasarkan pada getaran instrumen.
Perhatikan bahwa kita MES-
TI mengatakan SEPERTI itu, KARENA Allah mendengar segala sesuatu pada saat yang sama DAN tidak mung-kin bahwa Allah memiliki te-linga, karena berarti DIA te-rdiri dari bagian-bagian, dan sesuatu yang terSUSUN memerlukan sesuatu YANG
LAIN untuk menempat ber-sama-sama, DAN perlu pen-cipta. Selain itu, ALLAH MAHA mendengar tidak dapat di dasarkan pada reaksi ter-hadap getaran sound wa-ves, karena reaksi adalah
ketidak sempurnaan. Selanjutnya, pendengaran Allah tidak berurutan (men- dengar HAL satu demi satu) karena Allah tidak dalam waktu (DAN setiap YANG memiliki urutan PERISTIWA, MAKA ITU TERLINGKUP waktu ....) Penjelasan tentang me-ngapa PENDENGARAN ALLAH
SEPERTI YANG TADI DI JELAS KAN, adalah sebagai berikut:
Sifat pendengaran YANG be-rurutan adalah bahwa hal itu mungkin. Artinya, jika sedang mendengar sesua-tu, maka di DALAM PANDA-NGAN KITA, suara berikut-nya MASIH kemungkinan,dan bukan intrinsik MESTI,kare-na mendengar tidak ada sebelumnya, dan apa pun yang tidak ada dan kemud-ian menjadi ada,MAKA tidak bisa dikatakan selalu ada,Sebaliknya, ia harus dibawa ke dlm keberadaan (DI ADA-KAN), Dgn kata lain, dalam hal pendengaran sekuensial, mendengar suara berikut-nya ATAU tidak mendengar, itu sama-sama MASH KEmu-ngkin. Ini berarti bahwa me-ndengar SEPERTI itu memb-Utuhkan alasan utk menjadi ada, Ini memberitahu kita bahwa mendengar suara berikutnya MEMerluKAN pe-ncipta utk BISA TEDENGAR.
Oleh karena itu, MAKA pen-dengaran Allah tidak dicipta kan, tidak berurutan.
Jika INGIN peNjelasan LEBIH LANJUT DALAM HAL ini, UN-TUK MEMBANTAH klaim ba-hwa ''pendengaran kita ADA-LAH benar fisik, KARENA AL-ASAN getaran, DAN KARENA ada sinyal-sinyal di otak yang dihasilkan oleh geta-ran di telinga, tetapi SEBEN- ARNYA BUKAN CUMA ITU, ADA SATU HAL LAGI, YAITU perse-psi pendengaran itu sendiri... ??
Jika CUMA GETARAN GELOM- BANG SUARA, maka mikrof-on akan BISA mendengar,te-tapi kami tidak mengatakan bahwa mikrofon MENDENG-AR, atau bahkan alat pere-kam mendengar kita ?? Bahkan, orang yang tidur PUN memiliki getaran di te- linganya dan sinyal-sinyal listrik yang dihasilkan dari dalam otaknya, tetapi jika ia tidak bangun, kita tidak
mengatakan bahwa ia me-ndengar APA YANG KITA laku-kan ??, Tidak ! pendengaran kita lebih dari itu, diperlukan persepsi DARI yang didengar dalam pikiran, dan persepsi ini BUKAN fisik. Pada kenya-taannya,kita tidak tau SEC- ARA PERSIS apa persepsi ini.
Persepsi APA yang didengar
sendiri BUKAN getaran, juga bukan sinyal listrik, itu ada-lah sesuatu di luar fisik. Hal ini dibuat, karena ADANYA perubahan, mengeMbang kan dan memiliki urutan, Selain itu, PENDENGARAN KI- TA MEMbutuhKan spesifika- si, karena kita hanya MEND-ENGAR jumlah yang sangat
terbatas DARI suara pada setiap titik waktu.
OLEH SEBAB itu bukan CUMA
getaran yang membuat persepsi kita BISA MENDE-NGAR apa yang kita dengar, Getaran tidak memiliki kek-uatan tersebut. PeRNYATA-AN BAHWA MENDENGAR di sebabkan oleh suara YANG
memberikan sesuatU yang bergetar di telinga dan ke-mudian menjdi sinyal listrik,ITU TIDAK TEPAT ! Sekali lagi,
persepsi kita tentang YANG DI DENGAR YANG ADA dalam diri kita YANG MERUPAKAN INTI PENDENGARAN, BUKAN getaran ini atau sinyal listr-ik ITU sendiri, tetapi sesua-tu yang abstrak dari pikiran dan makna. Getaran ini me-nyediakan jembatan antara
pikiran kita dan HAL ABSTR-AK TERSEBUT, tapi ini HANYA
sebuah jembatan YANG di buat, karena ITU kita perlu Allah UNTUK menciptakan PErsepsi BAGI pikiran kita.
Getaran tidak bisa melakuk-annya sendiri. KEMUDIAN Te-linga PUN, bukanlah suatu keharusan UNTUK Pendeng-aran, tetapi CUMA pra syar-at normal. Artinya, Allah telh
menciptakan telinga sebag-ai tanda untuk kemampuan
mendengar, dan sebagai Persyaratan untuk MENDE-NGAR pada makhluk yang di ciptakan, tetapi Ia BISA me-nciptakan persepsi mende-ngar tanpa salah satu HAL YANG DI SEBUTKAN DI ATAS...!
Karena kita tidak tahu APA excactly apa pendengaran kita, di luar pengamatan soundwaves dan sinyal list- rik, yang sebenarnya hanya pengamatan dari apa yang didengar dalam bentuk yg berbeda, dan BUKAN mende-ngar ITU sendiri, yang meru-pakan persepsi dengan piki-ran kita, maka tidak heran
kemudian, bahwa kita tidak tahu realitas pendengaran Allah.
Kita tidak bisa tahu apa re-alitas pendengaran Allah,ki-ta CUMA bisa tahu BAHWA
DIA mendengar segala sesu-atu tanpa modalitas,urutan reaksi, atau instrumen, dan mendengarNya adalah SIFAT
yang diperlukan, dan bukan
sekedar kemungkinan. Artinya, pendengaran Allah bukanlah suatu tindakan, atau kemampuan seperti
pendengaran kita, tapi ITU
SIFAT yang diperlukan dari-Nya SEBAGAI DZAT YANG SE-MPURNA, Dengan kata lain, itu mutlak bahwa Allah men-dengar segala sesuatu tan-pa instrumen.
Pertanyaan: Bisakah Anda
menjelaskan pendengaran, kemudiaN MENJELASKAN ALASAN Anda Menolak TER-JEMAH "Yad" sebagai Hand /TANGAN, Jika "Yad" tidak bisa DI artiKAN "tangan TDK seperti TANGN MAHLUK", ka-rena "Tangan" masih memi-liki arti ORGAN maka pasti sebagaiAN ORANG bertanya "Mendengar" juga memiliki arti fisik.
Jawaban: Arti literal dari ta-ngan adalah anggota tubuh, yang akan setara dengan konsep telinga PADA jawa- ban di atas, BUKAN mende-ngar ITU sendiri. Anda tidak harus menerjemahkan bah-asa Arab "yad" sebagai "tangan" KARENA alasan ini. TOH Yad DALAM BAHASA ARAB TIDAK MESTI berarti anggota tubuh, bisa lihat ide-ide sep-erti perawatan atau keku-asaan.
Pertanyaan: Bukankah fak-ultas menyiratkan perlunya organ sensorik khusus, se-perti tangan menyiratkan anggota badan?
Tidak, sebenarnya INI kasus
YANG BERBEDA, karena org-an indera memerlukan pen-CIpta untuk menentukan bagaimana BENTUKNYA, dan pendengaran Allah adalah tdk diciptakan.
Perhatikan bahwa kata "ta-ngan" tidak BISA TIDAK ITU berarti anggota badan, DAN
MEMANG anggota badan.
Mendengar, bagaimanapun
bukan anggota badan, telin-gaLAH anggota badan, dan
telinga adlah anggota tubuh
yang menyiratkan mende-ngar PADA ciptaan (MAHLUK),
karena itu KETENTUAN Allah telah menghendaki DENGAN TELINGA untuk ciptaan-Nya, bukan karena MENDENGAR harUs DGN TELINGA SEPERTI DALAM FIKIRAN KITA, TAPI bi-sa saja dengan cara lain DAN BENTUK YANG LAIN...
Pertanyaan: tolong jelaskan
mengapa tidak salah untuk
mengatakan 'Allah' Melihat
tidak seperti kita 'Melihat'?
Bukankah ini bertentangan dengan perkataan Imam Tahawi yang mengatakan
'Barangsiapa MENYANDAR-
KAN SIFAT PADA Allah YANG
memiliki arti SAMA DENGAN
yang berlaku pada manusia, MAKA IA TELAK KAFIR? " Saya tahu tangan merupakan anggota tubuh tapi 'Melihat'
JUGA adalah sebuah makna yang berlaku untuk manu-sia jadi bagaimana ini di per-bolehkan ??
Jawaban: Karena ketika kita
mengatakan, "melihat Allah tidak seperti melihat KITA," atau "Allah melihat segala sesuatu tanpa awal, instru-men atau urutan," maka INI tidak menyiratkan kebutuh-an TERHADAP spesifikasi da-ri apa yang dilihat, maupun bagaimana (modalitas) dalm
melihat (seperti oleh mata,) dan apa pun YANG tidak ME-MERLUKAN spesifikasi, dan tidak mempunyai awal DAN
AKHIRAN MAKA tidak MENGA-DUNG makna yang SAMA DE-
NGAN ciptaan / MAHLUK. HAL INI BERBEDA DENGN anggota tubuh, seperti tangan,kare-na TANGAN memiliki spesifi- kasi fisik, OLEH karena itu
membutuhkan seseorang untuk menentukan bagai-mana BENTUKNYA..
Itulah sebabnya mengapa
mengatakan "TANGAN TAPI tidak seperti anggota bad-an ciptaan," adalah kekufu-ran, karena anggota badan membutuhkan spesifikasi.
PERTANYAAN: Allah SWT me-ndengar SESUATU yang fisik, dan Dia melihat SESUATU yg fisik, tapi Mendengar dan MelihatNYA tidak seperti ki-ta, BUKAN melihat dan me-ndengar DENGAN sesuatu fisik. Apakah kita mengata-kan bahwa Allah Mendengar dan Melihat merujuk kepAda
PengetahuanNYA ? ARTINYA Dia memiliki pengetahuan tntg semua yang terdengar dan terlihat?
JAWABAN:
Allah itu mendengar dan ME-lihat BUKAN dengan ORGAN fisik, tidak tergantung pada sinar atau getaran, dan bkn melalui instrumen, dan tidk urutan atau perubahan. Ka-mi tidak DI TAKLIF untuk
mengetahui lebih dari itu.
pendengaran Allah adalah bukan pengetahuan-Nya dan pengetahuan-Nya BUKN
mendengar-Nya. Allah meli-hat tanpa mata dan tanpa perantara cahaya. Allah me-lihat matahari sama seperti Dia melihat semut hitam, berjalan di atas batu hitam di malam yang gelap. Hal ini
karena Allah tidak melihat dengan mata dan juga tidak melihat dengan perantara cahaya.
Demikian pula Allah tidak mendengar dengan telinga dan juga tidak mendengar dengan perantara getaran. Sebaliknya Allah melihat se-gala sesuatu seeable dan mendengar segala sesuatu hearable. Mungkin akan me- mbantu untuk memahami
masalah ini lebih baik dngan
mencatat fakta yang telah Allah KEhendaki, DAN kita BI-SA melihat dengan telinga dan mendengar dengan ma-ta kita, ini adalah bukti bhw mendengar itu BUKAN suatu keharusan bagi seseorang untuk memiliki telinga dan melihat itu adalah BUKAN suatu keharusan BAGI SESE-ORANG untuk memiliki mata.
Lebih dari itu, dalam hubu-annya dengan Allah - Allah melihat tanpa mata, mend-engar tanpa telinga dan tau tanpa OTAK, Hal ini penting untuk diingat bahwa getar-an yang bersifat fisik, se-dangkan pendengaran tidak selalu fisik.
Pertanyaan:
1. Allah adalah Al-Sam'U arti-nya adalah Maha Mendengar bahwa MENDENGARNYA tidak seperti kami??
Tapi kita masih mengguna-kan kata yang sama 'Mend-engar' tidak seperti pende-ngaran kita jadi mengapa hanya kata 'Tangan' bukan
seperti tangan kita,TIDAK BOLEH ?? Kedua makna itu berlaku bagi manusia?
Mengapa kita tidak melaku- kan tafweed dari semua SI-
FAT Allah??
JAWABAN: Harap diperhati-kan bahwa mendengar dan melihat BUKAN organ. Kita tidak memperdebatkan kata- kata TELINGA dan mata, CUMA ketika menyeb-utkan hal-hal yang di cipta-kan, melihat adalah SIFAT
mata, dan pendengaran adalah SIFAT dari telinga. Ketika menyebut Allah Men-dengar dan Melihat, kita tahu tanpa keraguan bahwa Allah tidak membutuhkan mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar,
Meskipun kata-kata ini sa-ma TAPI artinya berbeda, karena Allah tidak menye-rupai ciptaaN, TAPI HAL Ini tidak berlaku untuk semua
kata, banyak kata yang tidak valid, ketika kata bahasa Arab yang sama diterjemahkan ke Bahasa LAIN, DAN dalam bahasa LA-IN itu hanya membawa arti fisiK, CONTOH Kami tidak mengatakan Allah bergerak TAPI dengan cara yang layk BAGINya dan gerakanNYA berbeda dengan cara berg-Erak KITA, Hal ini jelas kufur
karena gerakan tidak peduli
seberapa Anda mencoba untuk menggambarkan atau menyamarkan arti, itu
TETAP MAKNA fisik. Gerakan dan DIAM tidak dapat dikait kan dengan Allah KARENA
ITU JELAS UNTUK tubuh yang
diciptakan dan MENempat.
Jadi kita JANGAN gunakan kata yang hanya membawa arti fisik dan kemudian me-Nerapkan kata itu utk Allah, tetapi TERKADANG HAL ITU DI GUNAKAN untuk menyembu-nyikan kontradiksi dengan
mengatakan: 'Dengan yang layak BAGI ALLAH', atau 'yg berbeda DENGAN kita'. INI KONtradiksi !
PERTANYAAN: WAHABI MENY-atakan jika 'TURUN' membu-tuhkan gerakan tubuh, MK
'Melihat' JUGA memerlukan
merupakan MATA.
mereka mengatakan bahwa jika kita mengatakn Melihat tanpa mata itu tidak sesuai dengan makna Melihat lagi
jadi ini pembenaran bagi mereka untuk mengatakan 'TURUN' tidak membutuhkan gerakan tubuh juga.
APA SEBENARNYA arti dari 'Melihat'? Dan bagaimana itu
sesuai arti 'Melihat'?
Dan ketika mereka meng-atakan bahwa 'TURUN' BUKN
pergerakan tubuh bila dikait kan dengan Allah, BAGAIMNA
itu DIKATAKAN tidak sesuai arti turun lagi?
JAWABAN: KATA Wahabi: Da-patkah anda melihat tanpa mata? Tidak ada mata =tdk melihat. Yang dimaksud dgn "melihat" adalah " dengan mata".
Komentar: Itu benar bagi
manusia DALAM beberapa tingkat kebenaran. Melihat dengan mata adalah cara melihat, dan karena Allah itu melihat tanpa modus, MAKA tidak dengan mata.
Sunni BERKATA: Allah melihat tidak seperti kita melihat. Ia bebas dari SIFAT ciptaan.
LALU Wahabi MENJAWAB : TERUS apa masalahNYA ktk kita mengatakan Dia turun tidak seperti TURUN MAHLUK ? Jika MELIHAT-Nya brbeda, maka keturunan-Nya juga berbeda.
Komentar: Jika KATA turun tidak melibatkan berada di
suatu tempat, mk MEREKA membuat kesalahan (besar)
dalam menerjemahkan "nuzuul" sebagai "turun," dan tidak ADA masalah lebih lanjut.TOH TIDAK ADA MAKNA, Jalan salaf brkenaan dngan nuzuul adalah tanpa komen-tar atau mengubah (terje-mahan), atau MEREKA mem-berikan penafsiran yang da-pat diterima, tetapi untuk menerjemahkan sEcAra harfiah ke bahasa lain, ITU bukanlah sesuatu yang DI lakukan MEREKA, karena
menyesatkan.
DAN Saya tidak mengetahui adanya makna umum turun selain bergerak dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.
PERTANYAAN: WAHABI meng-atakan bahwa jika kita Mel-ihat tanpa mata itu TIDAK sesuai dengan makna Meli-hat lagi jadi ini pembenaran bagi mereka untuk meng-atakan 'TURUN' tidak memb-utuhkan gerakan tubuh jg...
JAWABAN: mata HNY sebuah
alat, BUKAN melihat ITU sen-diri.
Menurun,bagaimanapun, ad-alah gerakan dalam diri nya DENGAN arah top-down.
Bisakah Anda menjelaskan arti dari 'Melihat'??
Dan bagaimana ARTI YANG
sesuai DENGAN 'Melihat'??
Komentar: Melihat adalah
kebalikan dari kebutaan.
Dan ketika mereka meng-atakan bahwa 'TURUN' BUKN
pergerakan tubuh bila dikait kan dengan Allah,MAKA bagai mana PUN ITU tidak sesuai arti turun lagi !Karena turun adalah untuk berpindah dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Namun, jika mereka meny-angkal bahwa turun BUKAN
gerakan bagi Allah, dan bhw hal itu tidak melibatkan ber-ada di suatu tempat, maka saya menganggap ini sang-at positif. Entah bagaimana aku ragu, bagaimanapun, bahwa ini adalah apa yang mereka benar-benar YAKINI.
PERTANYAAN: satu hal lagi untuk klarifikasi klaim Wah-abi' MEREKA MENGATA KAN masalahnya adalah, bahwa TURUN ATAU NAIK yang kita KETAHUI sebagai manusia, tidak berlaku bagi Allah, apa artinya naik dari sebuah ka- mus, atau apa artinya TAN-GAN?, INGAT Allah ada sebe-lum kamus ini ditulis, dan SEMUA SIFAT TERSEBUT TE-LAH MENJADI SIFAT-Nya bah-kan sebelum Adam ada. Jadi kita harus berhenti di sini..! dan puas dengan apA YANG salaf TELAH PUAS DGN HAL ITU, bukan MALAH mulai me-ndefinisikan istilah tersebut dalam kamus manusia dan kmudian menggunakan ot-ak kita yang terbatas utk
meniadakan ini dari Allah, hanya karena kita TIDAK BO-LEH membuat tashbih TER-HADAP SIFAT-Nya kArEna ka-mus kita mendefinisikan SI-FAT tersebut.
JAWABAN: KONSEP mereka mengandung banyak kontra diksi. Di satu sisi mereka mengklaim bahwa artinya bukan yang kita ketahui da- ri kamus, di sisi lain MErEka mengklaim mengetahui ma-kna DOHIRnya DARI KAMUS. INI kontradiksi mereka !!
MEREKA berkata kita tidak harus mendefinisikan istilah tersebut, dan MEREKA BER-KATA tidak meniadakan ma-kna manusia dari Allah. Apa yang benar-benar ingin ME-REKA KATAKAN tentang tdak menyangkal makna manu-sia dari Allah. Tentu saja Sal-af menyangkal arti KESAMA-AN DGN manusia, Itulah seb-abnya SALAF berkata "bilaa kayf", atau "tanpa suatu modalitas."'
INGAT.,! Suatu definisi adalah pernyataan dari arti sebuah kata. Jadi ketika mereka mengatakan "kami meneri-ma arti tanpa definisi 'KAM-US," maka mereka SAMA DE-NGAN mengatakan bahwa mereka tidak tahu arti YG mereka Terima, DAN berte-Ntangan dengan pernyata-an mereka: "adalah arti har-fiah," karena arti harfiah kata adalah standar arti kamus !!!
Sabtu, 07 Mei 2011
Sifat Allah:''Tangan VS Mendengar & Tafwid
Label:Pujian Buat Junjungan
Aqidah asy'ariyah menjawab
Jumat, 06 Mei 2011
Maksud dari ucapan Salaf:''Al Qur'an bukan Mahluk (tidak diciptakan)''
Pengantar
Nah, Wahabi (disebut Salafi PALSU) kucing yang keluar dari kantong ....
MEREKA MEMAHAMI PERKATAAN Ahlu-s-Sunnah YANG mengatakan bahwa Al-Qur'an tidak diciptakan, artiNYA (MENURUT MEREKA):
bahwa KALAM Allah YANG BERUPA kata-kata Arab dan huruf YANG KITA LIHAT DI Mushaf, tidak diciptakan..!! Kata-kata dan huruf DI DALAM Mushaf yang memberitahu kita apa yang Allah kataKAN dengan KALAM QODIM (kekal)NYA yang MANA BUKAN BERUPA bahasa, suara, kata atau huruf.
TETAPI COBA PERHATIKAN!
Kata, huruf, dan bahasa,
bagaimanapun adalah ciptaan ATAU DI CIPTAKAN karena mempunyai awal
sehingga PASTI AWALNYA TIDAK ADA DAN dibawa ke dalam keberadaan. Ini adalah fakta YANG tak terelakkan DAN tidak ada SEORANG muslim BISA menyangkal.
NAMUN Di sisi lain, KAUM WAHABI mengklaim bahwa ketika Salaf (generasi pertama umat Islam)
mengatakan "Al-Qur'an tidak diciptakan," MENURUT mereka (WAHABI) bahwa KALAM QODIM Allah adalah
huruf dan suara, DAN tidak diciptakan.
Setelah ditanya apakah bahasa Arab ciptaan atau BUKAN ?? dan bagaimana mereka BISA mengklaim bahwa KALAM bahasa Arab TIDAK dibuat / DI CIPTAKAN ??, jawaban mereka SUNGGUH luar biasa, YAKNI: "tidak semua yang memiliki awal / PERMULAAN ITU dibuat / DI CIPTA." Jadi pandangan mereka adalah bahwa BAHASA Al-Qur'an
adalah muncul (yaitu yang
memiliki awal), tetapi tidak
diciptakan. Saat lawan KITA mencapai PUNCAK kebodohan, MERUPAKAN SUATU keajaiban jika KETEMU titik dalam
merespon MEREKA, tapi akhirnya aku Putuskan untuk melakukannya. Hal ini bukan karena saya berharap untuk meyakinkan mereka yang
percaya bahwa sesuatu YANG muncul DAN MEMILIKI PERMULAAN tidak perlu pencipta, tapi karena SAYA ingin menjelaskan hal ini KEPADA siapapun yang
mungkin bingung dengan klaim mereka.
Sulit untuk MEMAHAMI apa yang Wahabi maksud dengan PERKataan: "tidak semua yang memiliki awal ITU dibuat / DICIPTAKAN", tetapi ada dua kemungkinan YANG BISA DI TANGKAP DARI UCAPAN ITU: Yang pertama adalah bahwa mereka percaya
bahwa sesuatu YANG MUNCUL DAN MEMILIKI awal bisa menjadi ada tanpa dibawa menjadi ada (TANPA DI ADAKAN) oleh sesuatu selain dirinya sendiri. Jika demikian, maka mereka telah menghancurkan BUKTI
untuk diri mereka sendiri TENTANG keberadaan Sang
Pencipta ALAM ini.
jika BAHASA Arab canggih YANG dicatat dalam
salinan Al-Qur'an BISA menjadi ada tanpa DI CIPTAKAN (dibawa ke dalam keberadaan), maka apa
yang mencegah segala sesuatu yang lain BISA menjadi ada tanpa DI CIPTAKAN ATAU DI BUAT !?? Bahkan anak TK PUN tahu bahwa ini adalah omong
kosong, SAYA hanya bisa berharap bahwa ini bukan apa yang mereka maksud.
Semakin besar USAHA mereka UNTUK mengubah definisi bahasa Arab LAFAD KHOLAQO YANG ARTINYA MENCIPTA ATAU membuat,
SHGG Mereka mengatakan bahwa MENGADAKAN (membawa ke dalam keberadaan) tidak sama DENGAN MENCIPTAKAN.
Jadi mereka mengatakan bahwa bahasa Arab DALAM Al-Qur'an DI ADAKAN (dibawa menjadi ada) oleh Allah, tetapi tidak diciptakan, MEREMAS TANGAN tidak
cukup MENENANGKAN rasa putus asa ORANG YANG MENYATAKAN klaim ini,
dan merupakan tanda
kebingungan ATAU MUNGKIN TERKENA kegilaan...HE HE
Arti dari membuat ADALAH
kħalaqa dalam bahasa Arab, TETAPI yang TERpenting adalah bagaimana mereka memahami KALIMAT kħalaqa atau"menciptakan" dalam bahasa Arab.
Dengan melihat ISTILAH tersebut,kita dapat mengatakan apa yang dimaksud OLEH Salaf ketika mereka berkata, "Al-Qur'an tidak diciptakan." Apakah MAKSUD mereka bahwa ALQURAN muncul, DI ADAKAN (dibawa menjadi ada), tetapi tidak diciptakan, sebagai MANA KLAIM Wahabi' ?? Atau MAKSUD mereka ADALAH bahwa Al-Qur'an tidak DI BUAT(dibawa ke dalam eksistensi), karena tidak MEMILIKI AWAL ,sehingga tidak memerlukan seorang pencipta ??
SEBELUM KE PENJELASAN DETAIL DARI UCAPAN SALAF ITU, MARI KITA PERHATIKAN PENDAPAT Imam otoritatif linguistik Arab YAKNI Ibnu Faaris mengatakan dalam
Maqaayiisu-l-Lugħah:
) ﺧﻠﻖ)ﺍﻟﺨﺎﺀ ﻭﺍﻟﻼﻡ ﻭﺍﻟﻘﺎﻑ ﺃﺻﻼﻥ:
ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﺗﻘﺪﻳﺮ ﺍﻟﺸﻲﺀ,ﻭﺍﻵﺧﺮ
ﻣﻼﺳﺔ ﺍﻟﺸﻲﺀ.
(Akar KATA) khOLQ memiliki dua makna dasar ( asal KATA), PERTAMA ARTINYA MENENTUKAN SESUATU ".
KE DUA " MENGHUBUNGKAN SUATU.
SEORANG ahli bahasa Ibnu Manţħuur di DALAM Lisaanu-l-Arab, dan Az-Zabiidiyy
KETIKA menceritakan KITAB Taaju-l- Aruus dari Imam bahasa Arab, Al- Azhariyy:
ﻭﻣﻦ ﺻﻔﺎﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻟﺨﺎﻟﻖ
ﻭﺍﻟﺨﻼﻕ ﻭﻻ ﺗﺠﻮﺯ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺼﻔﺔ
ﺑﺎﻷﻟﻒ ﻭﺍﻟﻼﻡ ﻟﻐﻴﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ
ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﺃﻭﺟﺪ ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ ﺟﻤﻴﻌﻬﺎ
ﺑﻌﺪ ﺃﻥ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻣﻮﺟﻮﺩﺓ ﻭﺃﺻﻞ ﺍﻟﺨﻠﻖ
ﺍﻟﺘﻘﺪﻳﺮ ﻓﻬﻮ ﺑﺎﻋﺘﺒﺎﺭ ﺗﻘﺪﻳﺮ ﻣﺎ ﻣﻨﻪ
ﻭﺟﻮﺩﻫﺎ ﻭﺑﺎﻻﻋﺘﺒﺎﺭ ﻟﻺﻳﺠﺎﺩ ﻋﻠﻰ
ﻭﻓﻖ ﺍﻟﺘﻘﺪﻳﺮ ﺧﺎﻟﻖ
Di antara sifat-sifat Allah adalah "Pencipta" (Al-Khaaliq dan Al- Kħallaaq),ARTINYA Dia yang MENCIPTA semuanya
menjadi ADA DAN setelah itu DI TIadaKAN KEMBALI, ADAPUN akar arti kata Khalq "menentukan," ARTINYA DIA yang membuat eksistensi ATAU "yang MENentukan itu,"dan dalam arti MENGADAKAN SESUATU sesuai dengan spesifikasi DARINYA , JUGA DGN MAKNA "yang menciptakannya." untuk menciptakan ARTINYA untuk membawa ke dalam keberadaan.
MAKA Jelas, tidak ada perbedaan antara mengatakan "diciptakan"
atau "DI ADAKAN," karena apapun yang tidak ada MESTI dibawa ke dalam keberadaan (DI ADAKAN) untuk menjadi ADA, Jika tidak BEGITU, MAKA akan tetap tidak ada ATAU TIDAK "muncul.".Oleh karena itu, bahasa Arab ITU dibuat, karena AWALNYA tidak ada dan kemudian ada.
NAH KEMBALI KEPADA PERTANYAAN SEBELUMNYA : Apa YANG DI MAKSUD OLEH Salaf ketika mereka berkata "Al-Qur'an tidak diciptakan ??"
Abu Ĥaniifah menjelaskan
bahwa arti dari "Al-Qur'an
tidak diciptakan" adalah MENGACU KEPADA KALAM QODIM (abadi) Allah tidak diciptakan.
Abu Ĥaniifah, yang jelas TERMASUK Salaf menjelaskan maksud DARI PERKATAAN "Al-Qur'an tidak
diciptakan" dalam KITAB nya Al-Fiqh Al-Akbar:
ﻭﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻲ
ﺍﻟﻤﺼﺎﺣﻒ ﻣﻜﺘﻮﺏ,ﻭﻓﻲ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ
ﻣﺤﻔﻮﻅ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻷﻟﺴﻦ ﻣﻘﺮﻭﺀ,ﻭﻋﻠﻰ
ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻣﻨﺰﻝ,
ﻭﻟﻔﻈﻨﺎ ﺑﺎﻟﻘﺮﺁﻥ ﻣﺨﻠﻮﻕ ﻭﻛﺘﺎﺑﺘﻨﺎ ﻟﻪ
ﻣﺨﻠﻮﻗﺔ ﻭﻗﺮﺍﺋﺘﻨﺎ ﻟﻪ ﻣﺨﻠﻮﻗﺔ
ﻭﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻏﻴﺮ ﻣﺨﻠﻮﻕ.
Al-Qur'an adalah perkataan Allah Taaalaa, yang ditulis pada halaman (muşĥafs), diawetkan di dalam hati, dibacakan di lidah, dan DI TURUNKAN kepada Nabi (SaLLAahu alaihi wa sallam).
DAN UCAPAN kami TERHADAP Al-Qur'an ADALAH MAHLUK (diciptakan), DAN MENULISNYA KAMI TERHADAP QURAN ADALAH DI CIPTAKAN (MAHLUQ) dan bacaan KAMI dari Al-Qur'an ITU JUGA MAHLUK (dibuat), tetapi Al-Qur'an tidak diciptakan.
NAH berarti YANG DIMAKSUD "Al-Qur'an TIDAK DICIPTAKAN adalah KALAM DZAT Allah" JADI kata KATA "Al-Qur'an" DALAM UNGKAPAN: ALQURAN BUKAN MAHLUK'' mengacu pada KALAM QODIM Allah yang bukan TERDIRI DARI huruf atau suara -SEBAB huruf adalah (simbol yang mewakili suara.)
DENGAN demikian DARI PENJELASAN IMAM ABU HANIFAH MAKA TIDAK ada perbedaan (BAHASA) antara mengatakan "-SIFAT KALAM QODIM Allah " dan "Al-Qur'an," ITU adalah sinonim. BELIAU membuat LEBIH jelas LAGI ketika ia mengatakan DALAM beberapa paragraf BERIKUTNYA :
ﻭﻳﺘﻜﻠﻢ ﻻ ﻛﻜﻼﻣﻨﺎ ﻭﻧﺤﻦ ﻧﺘﻜﻠﻢ
ﺑﺎﻵﻻﺕ ﻭﺍﻟﺤﺮﻭﻑ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
ﻳﺘﻜﻠﻢ ﺑﻼ ﺁﻟﺔ ﻭﻻﺣﺮﻭﻑ.
Allah berbicara, tapi tidak seperti pembicaraan kita, kami berbicara melalui instrumen (pita suara, anggota badan, dll) dan DENGAN HURUF, tetapi Allah
berbicara tanpa instrumen atau huruf.
ﻭﺍﻟﺤﺮﻭﻑ ﻣﺨﻠﻮﻗﺔ ﻭﻛﻼﻡ ﺍﻟﻠﻪ
ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﺨﻠﻮﻕ.
HURUF adalah ciptaan, dan KALAM Allah tidak diciptakan.
Jadi Abuu Ĥaniifah mengatakan bahwa "Al Qur'an adalah perkataan Allah," dan kemudian MENJELASKAN bahwa Allah berbicara tanpa instrumen atau huruf. "Lalu" dia
menekankan lebih lanjut
dengan mengatakan "HURUF
adalah ciptaan, dan KALAM Allah tidak diciptakan.
Perhatikan bahwa kata Al-Qur'an itu, memiliki dua makna dalam bahasa Arab. Yang pertama adalah SIFAT KALAM Allah YANG QODIM / abadi , sedangkan yang kedua mengacu pada KITAB BERUPA TEXT Arab DALAM Al-Qur'an - YANG DI TUNJUKAN DGN huruF- MAKNA KE DUA INI CONTOHNYA seperti ketika seseorang mengatakan, "tolong AMBILKAN Al-Qur'an di rak".
ADAPUN UCAPAN Salaf: "Al-Qur'an tidak diciptakan," MAKA jelas MERUJUK PADA
arti pertama, bukan YANG kedua.
NAH SEKARANG bagaimana jika seseorang berkata, "Al-Qur'an diciptakan "MAKSUDNYA ADALAH KITAB ALQURAN ?? MAKA Salaf MENJAWAB bahwa mengatakan 'Al-Qur'an diciptakan' SEBAGAIMANA MAKSUD TADI -YAITU UNGKAPAN huruf DALAM QURAN-, MAKA HAL ITU adalah bidah, sebuah inovasi jelek. KENAPA SALAF menganggap itu jelek ??? karena dapat menyesatkan
seseorang untuk berpikir bahwa SIFAT KALAM QODIM Allah ITU DI CIPTAKAN/dibuat.
Ibnu Aabidiin dalam KITABnya Ĥaasħiyah mengatakan:
"Intinya adalah BAHWA MAKSUD ALQURAN tidak diciptakan adalah Al-Qur'an
dalam arti KALAM Allah, yaitu SIFAT YANG QODIM (kekal) yang ADA PADA DZAT-Nya, YANG bukan huruF" (Dar Al-Fikr 3/712)
Namun perlu dicatat, bahwa
beberapa ulama kemudian MENGiizinkan ekspresi ini (MENGATAKAN ALQURAN MAHLUK ) DENGAN tujuan mengajar, karena mereka
merasa perlu untuk
menggunakan ungkapan ini untuk menjelaskan bahwa KALAM QODIM / kekal Allah bukanlah bahasa atau huruf.
Bahkan, JUSTRU SEKARANG kebanyakan orang memahami dari kata ''Qu'raan'' ADALAH mengungkapkan UTK HURUF DAN BAHASA, dan BUKAN MERUJUK PADA KALAM QODIM Allah. OLEH SEBAB ITU ULAMA membiarkan istilah "al-Quran MAHLUK / diciptakan" untuk tujuan pengajaran, sehingga tak seorang pun akan berpikir bahwa
surat-surat dalam buku ini
diciptakan.
KEMBALI PADA MASALAH WAHABI,JADI Tidak ada perbedaaN antara mengatakan "DI ADAKAN"
dan "diciptakan." Kedua kata berarti "dibawa ke dalam keberadaan(DI ADAKAN)," ucapan bahasa Arab adalah ciptaan karena muncul. Itu PASTI ADA AWAL (muncul), SEBAB diciptakan, sehingga seseorang hanya bisa bertanya-tanya mengapa Wahabi mengatakan bahwa, "tidak SEMUA YANG MEMILIKI AWAL (muncul) ITU diciptakan ???."
Jawabannya adalah bahwa
KEPERCAYAAN Wahabi tidak seperti KEPERCAYAAN Muslim , MENURUT WAHABI : ''Allah adalah sebuah entitas fisik YANG terletak di atas ARASY. Dengan demikian, ketika ada sesuatu yang dibuat di luar FISIK ALLAH itu disebut ciptaan ATAU DI CIPTAKAN, dan ketika di BUAT DI dalam FISIK ALLAH CONTOH KALAM ALLAH, itu bukan CIPTAAN / DI CIPTAKAN "berarti mereka, dalam konteks SIFAT KALAM, "KALAMNYA memiliki lokasi yang berbeda."
Berdasarkan konsep lokasi fisik,Anda dapat memahami banyak tentang apa yang mereka YAQINI ketika mereka berbicara tentang SIFAT Allah.
Sebagai AKHIRAN,
IMAMA AsY-Sħafi'iy berkata, "Madness ITU beragam jenis.",HE HE
HUKUM ORANG YANG MENYATAKAN KALAM ALLAH TERDIRI DARI HURUF DAN SUARA
IMAM FARUDIN AR RAZI MENGATAKAN:
ﺃﻣﺎ ﺇﻟﺰﺍﻡ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺤﻠﻮﻟﻴﺔ
ﻭﺍﻟﺤﺮﻭﻓﻴﺔ ﻓﻨﺤﻦ ﻧﻜﻔﺮﻫﻢ ﻗﻄﻌﺎ
ﻓﺈﻧﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻛﻔﺮ ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﺑﺴﺒﺐ
ﺃﻧﻬﻢ ﺍﻋﺘﻘﺪﻭﺍ ﺣﻠﻮﻝ ﻛﻠﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ
ﻋﻴﺴﻰ ﻭﻫﺆﻻﺀ ﺍﻋﺘﻘﺪﻭﺍ ﺣﻠﻮﻝ ﻛﻠﻤﺔ
ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺃﻟﺴﻨﺔ ﺟﻤﻴﻊ ﻣﻦ ﻗﺮﺃ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ
ﻭﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻷﺟﺴﺎﻡ ﺍﻟﺘﻲ ﻛﺘﺐ ﻓﻴﻬﺎ
ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﺈﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺎﻟﺤﻠﻮﻝ ﻓﻲ
ﺣﻖ ﺍﻟﺬﺍﺕ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪﺓ ﻳﻮﺟﺐ ﺍﻟﺘﻜﻔﻴﺮ
ﻓﻸﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺎﻟﺤﻠﻮﻝ ﻓﻲ ﺣﻖ
ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻷﺷﺨﺎﺹ ﻭﺍﻷﺟﺴﺎﻡ ﻣﻮﺟﺒﺎ
ﻟﻠﻘﻮﻝ ﺑﺎﻟﺘﻜﻔﻴﺮ ﻛﺎﻥ ﺃﻭﻟﻰ(ﻣﻔﺎﺗﻴﺢ
ﺍﻟﻐﻴﺐ-ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ,16/
24(
ARTINYA: Adapun ĥuluuliyyah (mereka yang percaya bahwa Allah MENEMPAT
PADA MAHLUKNYA ATAU DIA MENEMPAT DI ALAM,seperti DI langit atau MENYATU DALAM tubuh manusia) dan ĥuruufiyyah (mereka yang percaya bahwa SIFAT kalam ALLAH terdiri dari huruf dan
suara), kita mengatakan DENGAN TEGAS bahwa mereka kafir. Hal ini karena Allah menyatakan KAFIR TERHADAP kristen KARENA
KEpercayaAN MEREKA bahwa KALAM Allah MENYATU DLM DIRI Yesus,sedangkan
ĥuruufiyyah percaya bahwa
KALAM ALLAH BERADA di lidah
semua orang yang membaca Al-Qur'an, dan
dalam segala BENDA yang
TERTULIS ALQURAN PADANYA. Oleh karena itu,jika keyakinan BAHWA ALLAH HULUL / MENEMPAT dalam satu tubuh (Yesus) merupakan KEKAFIRAN,maka lebih KAFIR LAGI ORANG YG percaya bahwa ALLAH
MENEMPAT dalam segala bentuk dan tubuh. "(MAFATIH ALGAIB 16/24 CET DAR KUTUB AL ALAMIYAH)
***
WALLAHU A'LAH BI HAQIQOTIH
Nah, Wahabi (disebut Salafi PALSU) kucing yang keluar dari kantong ....
MEREKA MEMAHAMI PERKATAAN Ahlu-s-Sunnah YANG mengatakan bahwa Al-Qur'an tidak diciptakan, artiNYA (MENURUT MEREKA):
bahwa KALAM Allah YANG BERUPA kata-kata Arab dan huruf YANG KITA LIHAT DI Mushaf, tidak diciptakan..!! Kata-kata dan huruf DI DALAM Mushaf yang memberitahu kita apa yang Allah kataKAN dengan KALAM QODIM (kekal)NYA yang MANA BUKAN BERUPA bahasa, suara, kata atau huruf.
TETAPI COBA PERHATIKAN!
Kata, huruf, dan bahasa,
bagaimanapun adalah ciptaan ATAU DI CIPTAKAN karena mempunyai awal
sehingga PASTI AWALNYA TIDAK ADA DAN dibawa ke dalam keberadaan. Ini adalah fakta YANG tak terelakkan DAN tidak ada SEORANG muslim BISA menyangkal.
NAMUN Di sisi lain, KAUM WAHABI mengklaim bahwa ketika Salaf (generasi pertama umat Islam)
mengatakan "Al-Qur'an tidak diciptakan," MENURUT mereka (WAHABI) bahwa KALAM QODIM Allah adalah
huruf dan suara, DAN tidak diciptakan.
Setelah ditanya apakah bahasa Arab ciptaan atau BUKAN ?? dan bagaimana mereka BISA mengklaim bahwa KALAM bahasa Arab TIDAK dibuat / DI CIPTAKAN ??, jawaban mereka SUNGGUH luar biasa, YAKNI: "tidak semua yang memiliki awal / PERMULAAN ITU dibuat / DI CIPTA." Jadi pandangan mereka adalah bahwa BAHASA Al-Qur'an
adalah muncul (yaitu yang
memiliki awal), tetapi tidak
diciptakan. Saat lawan KITA mencapai PUNCAK kebodohan, MERUPAKAN SUATU keajaiban jika KETEMU titik dalam
merespon MEREKA, tapi akhirnya aku Putuskan untuk melakukannya. Hal ini bukan karena saya berharap untuk meyakinkan mereka yang
percaya bahwa sesuatu YANG muncul DAN MEMILIKI PERMULAAN tidak perlu pencipta, tapi karena SAYA ingin menjelaskan hal ini KEPADA siapapun yang
mungkin bingung dengan klaim mereka.
Sulit untuk MEMAHAMI apa yang Wahabi maksud dengan PERKataan: "tidak semua yang memiliki awal ITU dibuat / DICIPTAKAN", tetapi ada dua kemungkinan YANG BISA DI TANGKAP DARI UCAPAN ITU: Yang pertama adalah bahwa mereka percaya
bahwa sesuatu YANG MUNCUL DAN MEMILIKI awal bisa menjadi ada tanpa dibawa menjadi ada (TANPA DI ADAKAN) oleh sesuatu selain dirinya sendiri. Jika demikian, maka mereka telah menghancurkan BUKTI
untuk diri mereka sendiri TENTANG keberadaan Sang
Pencipta ALAM ini.
jika BAHASA Arab canggih YANG dicatat dalam
salinan Al-Qur'an BISA menjadi ada tanpa DI CIPTAKAN (dibawa ke dalam keberadaan), maka apa
yang mencegah segala sesuatu yang lain BISA menjadi ada tanpa DI CIPTAKAN ATAU DI BUAT !?? Bahkan anak TK PUN tahu bahwa ini adalah omong
kosong, SAYA hanya bisa berharap bahwa ini bukan apa yang mereka maksud.
Semakin besar USAHA mereka UNTUK mengubah definisi bahasa Arab LAFAD KHOLAQO YANG ARTINYA MENCIPTA ATAU membuat,
SHGG Mereka mengatakan bahwa MENGADAKAN (membawa ke dalam keberadaan) tidak sama DENGAN MENCIPTAKAN.
Jadi mereka mengatakan bahwa bahasa Arab DALAM Al-Qur'an DI ADAKAN (dibawa menjadi ada) oleh Allah, tetapi tidak diciptakan, MEREMAS TANGAN tidak
cukup MENENANGKAN rasa putus asa ORANG YANG MENYATAKAN klaim ini,
dan merupakan tanda
kebingungan ATAU MUNGKIN TERKENA kegilaan...HE HE
Arti dari membuat ADALAH
kħalaqa dalam bahasa Arab, TETAPI yang TERpenting adalah bagaimana mereka memahami KALIMAT kħalaqa atau"menciptakan" dalam bahasa Arab.
Dengan melihat ISTILAH tersebut,kita dapat mengatakan apa yang dimaksud OLEH Salaf ketika mereka berkata, "Al-Qur'an tidak diciptakan." Apakah MAKSUD mereka bahwa ALQURAN muncul, DI ADAKAN (dibawa menjadi ada), tetapi tidak diciptakan, sebagai MANA KLAIM Wahabi' ?? Atau MAKSUD mereka ADALAH bahwa Al-Qur'an tidak DI BUAT(dibawa ke dalam eksistensi), karena tidak MEMILIKI AWAL ,sehingga tidak memerlukan seorang pencipta ??
SEBELUM KE PENJELASAN DETAIL DARI UCAPAN SALAF ITU, MARI KITA PERHATIKAN PENDAPAT Imam otoritatif linguistik Arab YAKNI Ibnu Faaris mengatakan dalam
Maqaayiisu-l-Lugħah:
) ﺧﻠﻖ)ﺍﻟﺨﺎﺀ ﻭﺍﻟﻼﻡ ﻭﺍﻟﻘﺎﻑ ﺃﺻﻼﻥ:
ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﺗﻘﺪﻳﺮ ﺍﻟﺸﻲﺀ,ﻭﺍﻵﺧﺮ
ﻣﻼﺳﺔ ﺍﻟﺸﻲﺀ.
(Akar KATA) khOLQ memiliki dua makna dasar ( asal KATA), PERTAMA ARTINYA MENENTUKAN SESUATU ".
KE DUA " MENGHUBUNGKAN SUATU.
SEORANG ahli bahasa Ibnu Manţħuur di DALAM Lisaanu-l-Arab, dan Az-Zabiidiyy
KETIKA menceritakan KITAB Taaju-l- Aruus dari Imam bahasa Arab, Al- Azhariyy:
ﻭﻣﻦ ﺻﻔﺎﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻟﺨﺎﻟﻖ
ﻭﺍﻟﺨﻼﻕ ﻭﻻ ﺗﺠﻮﺯ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺼﻔﺔ
ﺑﺎﻷﻟﻒ ﻭﺍﻟﻼﻡ ﻟﻐﻴﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ
ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﺃﻭﺟﺪ ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ ﺟﻤﻴﻌﻬﺎ
ﺑﻌﺪ ﺃﻥ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻣﻮﺟﻮﺩﺓ ﻭﺃﺻﻞ ﺍﻟﺨﻠﻖ
ﺍﻟﺘﻘﺪﻳﺮ ﻓﻬﻮ ﺑﺎﻋﺘﺒﺎﺭ ﺗﻘﺪﻳﺮ ﻣﺎ ﻣﻨﻪ
ﻭﺟﻮﺩﻫﺎ ﻭﺑﺎﻻﻋﺘﺒﺎﺭ ﻟﻺﻳﺠﺎﺩ ﻋﻠﻰ
ﻭﻓﻖ ﺍﻟﺘﻘﺪﻳﺮ ﺧﺎﻟﻖ
Di antara sifat-sifat Allah adalah "Pencipta" (Al-Khaaliq dan Al- Kħallaaq),ARTINYA Dia yang MENCIPTA semuanya
menjadi ADA DAN setelah itu DI TIadaKAN KEMBALI, ADAPUN akar arti kata Khalq "menentukan," ARTINYA DIA yang membuat eksistensi ATAU "yang MENentukan itu,"dan dalam arti MENGADAKAN SESUATU sesuai dengan spesifikasi DARINYA , JUGA DGN MAKNA "yang menciptakannya." untuk menciptakan ARTINYA untuk membawa ke dalam keberadaan.
MAKA Jelas, tidak ada perbedaan antara mengatakan "diciptakan"
atau "DI ADAKAN," karena apapun yang tidak ada MESTI dibawa ke dalam keberadaan (DI ADAKAN) untuk menjadi ADA, Jika tidak BEGITU, MAKA akan tetap tidak ada ATAU TIDAK "muncul.".Oleh karena itu, bahasa Arab ITU dibuat, karena AWALNYA tidak ada dan kemudian ada.
NAH KEMBALI KEPADA PERTANYAAN SEBELUMNYA : Apa YANG DI MAKSUD OLEH Salaf ketika mereka berkata "Al-Qur'an tidak diciptakan ??"
Abu Ĥaniifah menjelaskan
bahwa arti dari "Al-Qur'an
tidak diciptakan" adalah MENGACU KEPADA KALAM QODIM (abadi) Allah tidak diciptakan.
Abu Ĥaniifah, yang jelas TERMASUK Salaf menjelaskan maksud DARI PERKATAAN "Al-Qur'an tidak
diciptakan" dalam KITAB nya Al-Fiqh Al-Akbar:
ﻭﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻲ
ﺍﻟﻤﺼﺎﺣﻒ ﻣﻜﺘﻮﺏ,ﻭﻓﻲ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ
ﻣﺤﻔﻮﻅ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻷﻟﺴﻦ ﻣﻘﺮﻭﺀ,ﻭﻋﻠﻰ
ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻣﻨﺰﻝ,
ﻭﻟﻔﻈﻨﺎ ﺑﺎﻟﻘﺮﺁﻥ ﻣﺨﻠﻮﻕ ﻭﻛﺘﺎﺑﺘﻨﺎ ﻟﻪ
ﻣﺨﻠﻮﻗﺔ ﻭﻗﺮﺍﺋﺘﻨﺎ ﻟﻪ ﻣﺨﻠﻮﻗﺔ
ﻭﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻏﻴﺮ ﻣﺨﻠﻮﻕ.
Al-Qur'an adalah perkataan Allah Taaalaa, yang ditulis pada halaman (muşĥafs), diawetkan di dalam hati, dibacakan di lidah, dan DI TURUNKAN kepada Nabi (SaLLAahu alaihi wa sallam).
DAN UCAPAN kami TERHADAP Al-Qur'an ADALAH MAHLUK (diciptakan), DAN MENULISNYA KAMI TERHADAP QURAN ADALAH DI CIPTAKAN (MAHLUQ) dan bacaan KAMI dari Al-Qur'an ITU JUGA MAHLUK (dibuat), tetapi Al-Qur'an tidak diciptakan.
NAH berarti YANG DIMAKSUD "Al-Qur'an TIDAK DICIPTAKAN adalah KALAM DZAT Allah" JADI kata KATA "Al-Qur'an" DALAM UNGKAPAN: ALQURAN BUKAN MAHLUK'' mengacu pada KALAM QODIM Allah yang bukan TERDIRI DARI huruf atau suara -SEBAB huruf adalah (simbol yang mewakili suara.)
DENGAN demikian DARI PENJELASAN IMAM ABU HANIFAH MAKA TIDAK ada perbedaan (BAHASA) antara mengatakan "-SIFAT KALAM QODIM Allah " dan "Al-Qur'an," ITU adalah sinonim. BELIAU membuat LEBIH jelas LAGI ketika ia mengatakan DALAM beberapa paragraf BERIKUTNYA :
ﻭﻳﺘﻜﻠﻢ ﻻ ﻛﻜﻼﻣﻨﺎ ﻭﻧﺤﻦ ﻧﺘﻜﻠﻢ
ﺑﺎﻵﻻﺕ ﻭﺍﻟﺤﺮﻭﻑ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
ﻳﺘﻜﻠﻢ ﺑﻼ ﺁﻟﺔ ﻭﻻﺣﺮﻭﻑ.
Allah berbicara, tapi tidak seperti pembicaraan kita, kami berbicara melalui instrumen (pita suara, anggota badan, dll) dan DENGAN HURUF, tetapi Allah
berbicara tanpa instrumen atau huruf.
ﻭﺍﻟﺤﺮﻭﻑ ﻣﺨﻠﻮﻗﺔ ﻭﻛﻼﻡ ﺍﻟﻠﻪ
ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﺨﻠﻮﻕ.
HURUF adalah ciptaan, dan KALAM Allah tidak diciptakan.
Jadi Abuu Ĥaniifah mengatakan bahwa "Al Qur'an adalah perkataan Allah," dan kemudian MENJELASKAN bahwa Allah berbicara tanpa instrumen atau huruf. "Lalu" dia
menekankan lebih lanjut
dengan mengatakan "HURUF
adalah ciptaan, dan KALAM Allah tidak diciptakan.
Perhatikan bahwa kata Al-Qur'an itu, memiliki dua makna dalam bahasa Arab. Yang pertama adalah SIFAT KALAM Allah YANG QODIM / abadi , sedangkan yang kedua mengacu pada KITAB BERUPA TEXT Arab DALAM Al-Qur'an - YANG DI TUNJUKAN DGN huruF- MAKNA KE DUA INI CONTOHNYA seperti ketika seseorang mengatakan, "tolong AMBILKAN Al-Qur'an di rak".
ADAPUN UCAPAN Salaf: "Al-Qur'an tidak diciptakan," MAKA jelas MERUJUK PADA
arti pertama, bukan YANG kedua.
NAH SEKARANG bagaimana jika seseorang berkata, "Al-Qur'an diciptakan "MAKSUDNYA ADALAH KITAB ALQURAN ?? MAKA Salaf MENJAWAB bahwa mengatakan 'Al-Qur'an diciptakan' SEBAGAIMANA MAKSUD TADI -YAITU UNGKAPAN huruf DALAM QURAN-, MAKA HAL ITU adalah bidah, sebuah inovasi jelek. KENAPA SALAF menganggap itu jelek ??? karena dapat menyesatkan
seseorang untuk berpikir bahwa SIFAT KALAM QODIM Allah ITU DI CIPTAKAN/dibuat.
Ibnu Aabidiin dalam KITABnya Ĥaasħiyah mengatakan:
"Intinya adalah BAHWA MAKSUD ALQURAN tidak diciptakan adalah Al-Qur'an
dalam arti KALAM Allah, yaitu SIFAT YANG QODIM (kekal) yang ADA PADA DZAT-Nya, YANG bukan huruF" (Dar Al-Fikr 3/712)
Namun perlu dicatat, bahwa
beberapa ulama kemudian MENGiizinkan ekspresi ini (MENGATAKAN ALQURAN MAHLUK ) DENGAN tujuan mengajar, karena mereka
merasa perlu untuk
menggunakan ungkapan ini untuk menjelaskan bahwa KALAM QODIM / kekal Allah bukanlah bahasa atau huruf.
Bahkan, JUSTRU SEKARANG kebanyakan orang memahami dari kata ''Qu'raan'' ADALAH mengungkapkan UTK HURUF DAN BAHASA, dan BUKAN MERUJUK PADA KALAM QODIM Allah. OLEH SEBAB ITU ULAMA membiarkan istilah "al-Quran MAHLUK / diciptakan" untuk tujuan pengajaran, sehingga tak seorang pun akan berpikir bahwa
surat-surat dalam buku ini
diciptakan.
KEMBALI PADA MASALAH WAHABI,JADI Tidak ada perbedaaN antara mengatakan "DI ADAKAN"
dan "diciptakan." Kedua kata berarti "dibawa ke dalam keberadaan(DI ADAKAN)," ucapan bahasa Arab adalah ciptaan karena muncul. Itu PASTI ADA AWAL (muncul), SEBAB diciptakan, sehingga seseorang hanya bisa bertanya-tanya mengapa Wahabi mengatakan bahwa, "tidak SEMUA YANG MEMILIKI AWAL (muncul) ITU diciptakan ???."
Jawabannya adalah bahwa
KEPERCAYAAN Wahabi tidak seperti KEPERCAYAAN Muslim , MENURUT WAHABI : ''Allah adalah sebuah entitas fisik YANG terletak di atas ARASY. Dengan demikian, ketika ada sesuatu yang dibuat di luar FISIK ALLAH itu disebut ciptaan ATAU DI CIPTAKAN, dan ketika di BUAT DI dalam FISIK ALLAH CONTOH KALAM ALLAH, itu bukan CIPTAAN / DI CIPTAKAN "berarti mereka, dalam konteks SIFAT KALAM, "KALAMNYA memiliki lokasi yang berbeda."
Berdasarkan konsep lokasi fisik,Anda dapat memahami banyak tentang apa yang mereka YAQINI ketika mereka berbicara tentang SIFAT Allah.
Sebagai AKHIRAN,
IMAMA AsY-Sħafi'iy berkata, "Madness ITU beragam jenis.",HE HE
HUKUM ORANG YANG MENYATAKAN KALAM ALLAH TERDIRI DARI HURUF DAN SUARA
IMAM FARUDIN AR RAZI MENGATAKAN:
ﺃﻣﺎ ﺇﻟﺰﺍﻡ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺤﻠﻮﻟﻴﺔ
ﻭﺍﻟﺤﺮﻭﻓﻴﺔ ﻓﻨﺤﻦ ﻧﻜﻔﺮﻫﻢ ﻗﻄﻌﺎ
ﻓﺈﻧﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻛﻔﺮ ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﺑﺴﺒﺐ
ﺃﻧﻬﻢ ﺍﻋﺘﻘﺪﻭﺍ ﺣﻠﻮﻝ ﻛﻠﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ
ﻋﻴﺴﻰ ﻭﻫﺆﻻﺀ ﺍﻋﺘﻘﺪﻭﺍ ﺣﻠﻮﻝ ﻛﻠﻤﺔ
ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺃﻟﺴﻨﺔ ﺟﻤﻴﻊ ﻣﻦ ﻗﺮﺃ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ
ﻭﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻷﺟﺴﺎﻡ ﺍﻟﺘﻲ ﻛﺘﺐ ﻓﻴﻬﺎ
ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﺈﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺎﻟﺤﻠﻮﻝ ﻓﻲ
ﺣﻖ ﺍﻟﺬﺍﺕ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪﺓ ﻳﻮﺟﺐ ﺍﻟﺘﻜﻔﻴﺮ
ﻓﻸﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺎﻟﺤﻠﻮﻝ ﻓﻲ ﺣﻖ
ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻷﺷﺨﺎﺹ ﻭﺍﻷﺟﺴﺎﻡ ﻣﻮﺟﺒﺎ
ﻟﻠﻘﻮﻝ ﺑﺎﻟﺘﻜﻔﻴﺮ ﻛﺎﻥ ﺃﻭﻟﻰ(ﻣﻔﺎﺗﻴﺢ
ﺍﻟﻐﻴﺐ-ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ,16/
24(
ARTINYA: Adapun ĥuluuliyyah (mereka yang percaya bahwa Allah MENEMPAT
PADA MAHLUKNYA ATAU DIA MENEMPAT DI ALAM,seperti DI langit atau MENYATU DALAM tubuh manusia) dan ĥuruufiyyah (mereka yang percaya bahwa SIFAT kalam ALLAH terdiri dari huruf dan
suara), kita mengatakan DENGAN TEGAS bahwa mereka kafir. Hal ini karena Allah menyatakan KAFIR TERHADAP kristen KARENA
KEpercayaAN MEREKA bahwa KALAM Allah MENYATU DLM DIRI Yesus,sedangkan
ĥuruufiyyah percaya bahwa
KALAM ALLAH BERADA di lidah
semua orang yang membaca Al-Qur'an, dan
dalam segala BENDA yang
TERTULIS ALQURAN PADANYA. Oleh karena itu,jika keyakinan BAHWA ALLAH HULUL / MENEMPAT dalam satu tubuh (Yesus) merupakan KEKAFIRAN,maka lebih KAFIR LAGI ORANG YG percaya bahwa ALLAH
MENEMPAT dalam segala bentuk dan tubuh. "(MAFATIH ALGAIB 16/24 CET DAR KUTUB AL ALAMIYAH)
***
WALLAHU A'LAH BI HAQIQOTIH
Label:Pujian Buat Junjungan
Aqidah asy'ariyah menjawab
Kamis, 05 Mei 2011
Kontradiksi Wahabi dalam masalah''Qur'an kalam Allah''
SUARA dan huruf adalah
jenis KALAM makhluk,
KALAM: PEMBICARAAN YANG terdiri dari SUARA dan huruf adalah KALAM ciptaan.
KARENA alasan yang satu ini, MAKA tidak bisa mengatakan bahwa SIFAT KALAM Allah YANG QODIM (kekal) TERDIRI DARI huruf dan suara, karena Allah
berfirman:
"ﻟﻴﺲ ﻛﻤﺜﻠﻪ ﺷﻲﺀ"
Artinya: "Sama sekali tidak ada YANG menyerupai-Nya." (Al-Sħura:11)
Kata-kata dan huruf ADALAH kreasi (DI BUAT), KENAPA ?? Karena kata-kata dan huruf mempunyai awal, CONTOH dalam "bismillaah", misalnya " i " datang setelah "b", jadi ketika Anda mengatakan bismillaah, suara "i" hanya menjadi ada setelah "b" TIDAK ADA DST... Ini berarti UCAPAN "saya" menjadi ada
setelah SEBELUMNYA NON adanya, yang berarti bahwa itu memerlukan suatu YANG Mencipta MENJADI ada. Tidak ada yang bisa menjadi ada tanpa pencipta, semua muslim percaya HAL INI, Dengan kata lain, ucapan (KALAM) yang terdiri dari kata-kata dan huruf ITU diciptakan (MAHLUK), dan karena SIFAT KALAM YANG ADA PADA DZAT ALLAH ADALAH QODIM (kekal) DAN TIDAK DI CIPTAKAN, DAN KALAU KALAM Allah BERUPA kata-kata dan huruf, maka HAKIKATNYA SAMA DENGAN mengatakan bahwa KALAM ALLAH itu diciptakan (MAHLUK), bahkan jika SESEORANG mengatakan KALAM ALLAH itu"diciptakan." Di SISI lain DIA MENGATAKAN: takfiir PADA ORANG YANG MENYATAKAN KALAM ALLAH ''DI CIPTAKAN (MAHLUK)'' MAKA HAKIKATNYA SAMA DENGAN MENGKAFIRKAN KEPADA DIRI sendiri.
ketika SESEORANG berkata:
ALQURAN "KALAM QODIM ALLAH. DAN YANG mengklaim sebaliknya, DI SEBUT Mu'tazilaH, MAKA ORANG TERSEBUT SAMA DGN MENGKAFIRKAN SETENGAH-SETENGAH...!!
Mutazilah BERPENDAPAT seperti WAHABI, bahwa KALAM Allah berupa huruf dan suara. Mereka (MUKTAZILAH) mengatakan BAHWA itu diciptakan SEBAB TERDIRI DARI huruf dan suara, SEDANGKAN huruf dan suara memiliki awal,
sehingga KALAM SEPERTI ITU PASTI diciptakan (MAHLUK). NAMUN WAHABI mengambil satu langkah lebih lanjut dalam penyimpanganNYA, dengan menyangkal SESUATU YANG jelas, yaitu SESUATU YANG ADA awalNYA, seperti surat DALAM QUR'AN, adalah ciptaan, TETAPI WAHABI MENYANGKAL DENGAN MENGATAKAN SURAT DALAM QUR'AN BUKAN MAHLUK / TIDAK DI CIPTAKAN,PADAHAL SURAT-SURAT DALAM QURAN adalah ciptaan karena datang menjadi ada, yang berarti ADA YANG MENGADAKAN ke dalam eksistensi, INI adalah definisi ciptaan.
Selain itu, apakah WAHABI tidak tahu bahwa bahasa Arab dibuat / DI CIPTA oleh Allah? Jadi, jika bahasa Arab
adalah ciptaan, MAKA TIDAK BISA TIDAK bagaimana PUN berbicara DENGAN bahasa Arab DALAM KEADAAN apa pun TETAP SEBUAH ciptaan..!
APA maksud DARI kalimat "QuR'aan tidak diciptakan?"
Ketika Ahlus-Sunnah,AsY'AriyyAH dan ĤanafiyyAH, mengatakan bahwa "QuR'aan tidak diciptakan"
MAKSUD mereka ADALAH mengacu pada SIFAT KALAM QODIM ALLAH (KALAM NAFSI) yang BUKAN suara atau huruf. Dengan kata lain, bahwa kata-kata dan
huruf dalam salinan cetak
Qu'raan ADALAH DARI kalaam QODIM Allah YANG memberitahu kita dalam bahasa Arab DARI apa yang DIA katakan (KALAM QODIM), YANG BUKAN huruf, suara atau kata-kata. Oleh karena itu DIBENARKAN mengatakan bahwa "Al-Qur'an tidak diciptakan," karena ISI "Al-Qur'an" sesungguhnya Merujuk pada apa yang Allah beritahuKAN PADA kita DARI KALAM QODIMNYA, ADAPUN SIFAT KALAM-Nya tidak diciptakan., namun, untuk mengatakan bahwa kata-kata, huruf, dan suara yang ADA DALAM AL QURAN tersebut tidak diciptakan, MAKA PUN INI TIDAK BENAR !! karena kata-kata dan huruf
memerlukan pencipta, dan
karena bahasa Arab,bahasa
KITAB ini, ADALAH ciptaan.
Contoh untuk memperjelas
adalah bahwa kata "Allah"
KALIMAT ALLAH YANG MENUNJUKAN pada DZAT Allah, Aku tidak menyembah KALIMAT, atau SEPATAH KATA DAN ucapan, Sebaliknya, AKU menyembah DZAT yang NAMANYA TERTERA DALAM KALIMAT DAN BISA TERUCAPKAN, MAKA DENGAN PENGERTIAN yang sama, kata-kata, huruf dan bahasa Arab dalam KITAB AL QUR'AN BUKANLAH HAKIKAT KALAM Allah ITU SENDIRI, TEtapi BAHASA YANG MEMberitahu kami apa-APA yang Allah katakan.
Bahkan BERLAKU dalam kehidupan sehari- hari kita, kita berbicara tentang PEMBICARAAN dengan cara ini, misalnya, jika saya memiliki transkrip dalam bahasa Arab BERUPA PIDATO YANG DI KATAKAN Sekjen PBB, Aku menyebutnya sebagai "PERKATAAN Sekretaris Jenderal PBB", walaupun PERKATAAN BELIAU sebenarnya adalah sesuatu YANG ADA dalam DIRI SEKJEN ITU sendiri, YAKNI MAKNA YANG AKAN DI UNGKAPKANNYA DGN PERKATAAN TERSEBUT (seperti ketika Anda mengatakan, "Aku punya
sesuatu untuk mengatakan APA YANG ADA dalam pikiran) - INILAH PEMBICARAAN aslinyA YANG KEMUDIAN TER-EKSPRESIKAN DENGAN huruf dan suara, yang ia nyatakan dalam bahasa pada titik waktu tertentu, PEMBICARAAN awalnya, ADALAH hanya arti YANG ada dalam pikiran, ADAPUN Kertas dengan transkrip bagaimanapun hanyaLAH
HAL YANG memberitahu saya apa yang dia katakan. Jadi jika aku menyerahkan transkrip Arab ke seseorang DAN berkata, "Ini adalah PERKATAAN SekJen PBB," MAKA orang TIDAK akaN PERCAYA BAHWA TEXT ARAB ini, ADALAH PERKATAANnya, DAN Tidak ADA JUGA ORANG YANG mengatakan BAHWA:" AKU pembohong KARENA PEMBICARAAN SEKJEN PBB ITU BUKAN dalam bahasa Arab." DAN Tidak ada JUGA yang akan mengatakan padaku: ",ANDA BOHONG !, PEMBICARAAN SEKJEN PBB dari mulutnya BERUPA suara, bukan kata-kata tertulis.
BEGITU JUGA bahwa
transkrip tersebut dan JUGA bentuk- bentuk narasi, yang BENAR-BENAR merujuk pada KALAM ALLAH yang lazim disebut Al-Qur'an, BOLEH DIKATAKAN ' Kalaam ALLAH." Inilah SEBABNYA mengapa huruf dan suara YANG kita temukan DALAM AL QURAN DISEBUT KALAM ALLAH, PADAHAL KALAM-Nya kekal DAN tidak diciptakan, SEHINGGA bukan kata-kata, huruf atau suara..
Dari sini kita tahu bahwa kata "Al- Qur'an" memiliki dua makna. Yang pertama adalah KITAB, dan sekuensial BAHASA Arab terorganisir kata dan huruf dari Mushaf.
Yang kedua ADALAH KALAM QODIM/abadi Allah YAKNI kata-kata dan huruf
DALAM mushaf MERUPAKAN SEBAGIAN YANG DI TUNJUKAN DALAM KALAM QODIMNYA, dan ITU BUKANLAH HAKIKAT KALAM DZATNYA BERUPA huruf,bahasa atau urutan.
Akhir-akhir ini beberapa Wahabi merasa DIRINYA pintar dan bertanya: "Siapa yang mengatakan alif lam miim ?" MAKA KITA jawab dengan pertanyaan: "Siapa yang menciptakan bahasa Arab yang MANA alif dan lam dan miim adalah bagian DARINYA ??!"
jenis KALAM makhluk,
KALAM: PEMBICARAAN YANG terdiri dari SUARA dan huruf adalah KALAM ciptaan.
KARENA alasan yang satu ini, MAKA tidak bisa mengatakan bahwa SIFAT KALAM Allah YANG QODIM (kekal) TERDIRI DARI huruf dan suara, karena Allah
berfirman:
"ﻟﻴﺲ ﻛﻤﺜﻠﻪ ﺷﻲﺀ"
Artinya: "Sama sekali tidak ada YANG menyerupai-Nya." (Al-Sħura:11)
Kata-kata dan huruf ADALAH kreasi (DI BUAT), KENAPA ?? Karena kata-kata dan huruf mempunyai awal, CONTOH dalam "bismillaah", misalnya " i " datang setelah "b", jadi ketika Anda mengatakan bismillaah, suara "i" hanya menjadi ada setelah "b" TIDAK ADA DST... Ini berarti UCAPAN "saya" menjadi ada
setelah SEBELUMNYA NON adanya, yang berarti bahwa itu memerlukan suatu YANG Mencipta MENJADI ada. Tidak ada yang bisa menjadi ada tanpa pencipta, semua muslim percaya HAL INI, Dengan kata lain, ucapan (KALAM) yang terdiri dari kata-kata dan huruf ITU diciptakan (MAHLUK), dan karena SIFAT KALAM YANG ADA PADA DZAT ALLAH ADALAH QODIM (kekal) DAN TIDAK DI CIPTAKAN, DAN KALAU KALAM Allah BERUPA kata-kata dan huruf, maka HAKIKATNYA SAMA DENGAN mengatakan bahwa KALAM ALLAH itu diciptakan (MAHLUK), bahkan jika SESEORANG mengatakan KALAM ALLAH itu"diciptakan." Di SISI lain DIA MENGATAKAN: takfiir PADA ORANG YANG MENYATAKAN KALAM ALLAH ''DI CIPTAKAN (MAHLUK)'' MAKA HAKIKATNYA SAMA DENGAN MENGKAFIRKAN KEPADA DIRI sendiri.
ketika SESEORANG berkata:
ALQURAN "KALAM QODIM ALLAH. DAN YANG mengklaim sebaliknya, DI SEBUT Mu'tazilaH, MAKA ORANG TERSEBUT SAMA DGN MENGKAFIRKAN SETENGAH-SETENGAH...!!
Mutazilah BERPENDAPAT seperti WAHABI, bahwa KALAM Allah berupa huruf dan suara. Mereka (MUKTAZILAH) mengatakan BAHWA itu diciptakan SEBAB TERDIRI DARI huruf dan suara, SEDANGKAN huruf dan suara memiliki awal,
sehingga KALAM SEPERTI ITU PASTI diciptakan (MAHLUK). NAMUN WAHABI mengambil satu langkah lebih lanjut dalam penyimpanganNYA, dengan menyangkal SESUATU YANG jelas, yaitu SESUATU YANG ADA awalNYA, seperti surat DALAM QUR'AN, adalah ciptaan, TETAPI WAHABI MENYANGKAL DENGAN MENGATAKAN SURAT DALAM QUR'AN BUKAN MAHLUK / TIDAK DI CIPTAKAN,PADAHAL SURAT-SURAT DALAM QURAN adalah ciptaan karena datang menjadi ada, yang berarti ADA YANG MENGADAKAN ke dalam eksistensi, INI adalah definisi ciptaan.
Selain itu, apakah WAHABI tidak tahu bahwa bahasa Arab dibuat / DI CIPTA oleh Allah? Jadi, jika bahasa Arab
adalah ciptaan, MAKA TIDAK BISA TIDAK bagaimana PUN berbicara DENGAN bahasa Arab DALAM KEADAAN apa pun TETAP SEBUAH ciptaan..!
APA maksud DARI kalimat "QuR'aan tidak diciptakan?"
Ketika Ahlus-Sunnah,AsY'AriyyAH dan ĤanafiyyAH, mengatakan bahwa "QuR'aan tidak diciptakan"
MAKSUD mereka ADALAH mengacu pada SIFAT KALAM QODIM ALLAH (KALAM NAFSI) yang BUKAN suara atau huruf. Dengan kata lain, bahwa kata-kata dan
huruf dalam salinan cetak
Qu'raan ADALAH DARI kalaam QODIM Allah YANG memberitahu kita dalam bahasa Arab DARI apa yang DIA katakan (KALAM QODIM), YANG BUKAN huruf, suara atau kata-kata. Oleh karena itu DIBENARKAN mengatakan bahwa "Al-Qur'an tidak diciptakan," karena ISI "Al-Qur'an" sesungguhnya Merujuk pada apa yang Allah beritahuKAN PADA kita DARI KALAM QODIMNYA, ADAPUN SIFAT KALAM-Nya tidak diciptakan., namun, untuk mengatakan bahwa kata-kata, huruf, dan suara yang ADA DALAM AL QURAN tersebut tidak diciptakan, MAKA PUN INI TIDAK BENAR !! karena kata-kata dan huruf
memerlukan pencipta, dan
karena bahasa Arab,bahasa
KITAB ini, ADALAH ciptaan.
Contoh untuk memperjelas
adalah bahwa kata "Allah"
KALIMAT ALLAH YANG MENUNJUKAN pada DZAT Allah, Aku tidak menyembah KALIMAT, atau SEPATAH KATA DAN ucapan, Sebaliknya, AKU menyembah DZAT yang NAMANYA TERTERA DALAM KALIMAT DAN BISA TERUCAPKAN, MAKA DENGAN PENGERTIAN yang sama, kata-kata, huruf dan bahasa Arab dalam KITAB AL QUR'AN BUKANLAH HAKIKAT KALAM Allah ITU SENDIRI, TEtapi BAHASA YANG MEMberitahu kami apa-APA yang Allah katakan.
Bahkan BERLAKU dalam kehidupan sehari- hari kita, kita berbicara tentang PEMBICARAAN dengan cara ini, misalnya, jika saya memiliki transkrip dalam bahasa Arab BERUPA PIDATO YANG DI KATAKAN Sekjen PBB, Aku menyebutnya sebagai "PERKATAAN Sekretaris Jenderal PBB", walaupun PERKATAAN BELIAU sebenarnya adalah sesuatu YANG ADA dalam DIRI SEKJEN ITU sendiri, YAKNI MAKNA YANG AKAN DI UNGKAPKANNYA DGN PERKATAAN TERSEBUT (seperti ketika Anda mengatakan, "Aku punya
sesuatu untuk mengatakan APA YANG ADA dalam pikiran) - INILAH PEMBICARAAN aslinyA YANG KEMUDIAN TER-EKSPRESIKAN DENGAN huruf dan suara, yang ia nyatakan dalam bahasa pada titik waktu tertentu, PEMBICARAAN awalnya, ADALAH hanya arti YANG ada dalam pikiran, ADAPUN Kertas dengan transkrip bagaimanapun hanyaLAH
HAL YANG memberitahu saya apa yang dia katakan. Jadi jika aku menyerahkan transkrip Arab ke seseorang DAN berkata, "Ini adalah PERKATAAN SekJen PBB," MAKA orang TIDAK akaN PERCAYA BAHWA TEXT ARAB ini, ADALAH PERKATAANnya, DAN Tidak ADA JUGA ORANG YANG mengatakan BAHWA:" AKU pembohong KARENA PEMBICARAAN SEKJEN PBB ITU BUKAN dalam bahasa Arab." DAN Tidak ada JUGA yang akan mengatakan padaku: ",ANDA BOHONG !, PEMBICARAAN SEKJEN PBB dari mulutnya BERUPA suara, bukan kata-kata tertulis.
BEGITU JUGA bahwa
transkrip tersebut dan JUGA bentuk- bentuk narasi, yang BENAR-BENAR merujuk pada KALAM ALLAH yang lazim disebut Al-Qur'an, BOLEH DIKATAKAN ' Kalaam ALLAH." Inilah SEBABNYA mengapa huruf dan suara YANG kita temukan DALAM AL QURAN DISEBUT KALAM ALLAH, PADAHAL KALAM-Nya kekal DAN tidak diciptakan, SEHINGGA bukan kata-kata, huruf atau suara..
Dari sini kita tahu bahwa kata "Al- Qur'an" memiliki dua makna. Yang pertama adalah KITAB, dan sekuensial BAHASA Arab terorganisir kata dan huruf dari Mushaf.
Yang kedua ADALAH KALAM QODIM/abadi Allah YAKNI kata-kata dan huruf
DALAM mushaf MERUPAKAN SEBAGIAN YANG DI TUNJUKAN DALAM KALAM QODIMNYA, dan ITU BUKANLAH HAKIKAT KALAM DZATNYA BERUPA huruf,bahasa atau urutan.
Akhir-akhir ini beberapa Wahabi merasa DIRINYA pintar dan bertanya: "Siapa yang mengatakan alif lam miim ?" MAKA KITA jawab dengan pertanyaan: "Siapa yang menciptakan bahasa Arab yang MANA alif dan lam dan miim adalah bagian DARINYA ??!"
Label:Pujian Buat Junjungan
Aqidah asy'ariyah menjawab
Rabu, 04 Mei 2011
Wahabi : ''As'ariyah tidak berbeda dgn mu'tazilah dalam sifat kalam'' ??
Wahabi BERKATA :
Dalam KENYATAANnya, semakin aku membaca, semakin AKU menyadari bahwa As'areeYAH TIDAK JAUH BERBEDA dari Mu'tazilah, berkaitan dengan SIFAT KALAM Allah
JAWABAN: PERNYATAAN ini disayangkan, COBA katakan, buku apa YANG KALIAN PelajarI di bawah seorang guru As'ariyyAH YANG memenuhi syarat,SUPAYA KALIAN memahami apa yang KALAIAN katakan BERKAITAN TUDUHAN KALIAN !? Saya menduga jawabannya adalah "tidak ada."
kecenderungan WAHABI MENUDUH KAUM AS'ARIYAH TIDAK JAUH BERBEDA DENGAN Mutazilah adalah karena mereka ( MU'TAZILAH ), seperti WAHABI, YAITU MEYAKINI bahwa KALAM Allah adalah sesuatu yang DI ADAKAN OLEH ALLAH DAN BERUPA HURUF DAN SUARA seSUAI spesifikasi ALLAH. Satu-satu nya perbedaan ANTARA WAHABI DAN MU'TAZILAH adalah bahwa WAHABI MENYebutKAN : "KALAM ALLAH ADA PERMULAAN DAN DI ADAKAN OLEH Allah sesuai dengan spesifikasi Nya" DAN MERUPAKAN "SIFAT YANG tidak diciptakan (BUKAN MAHLUQ),"YAKNI BAHASA ALQURAN ADALAH HAQIQAT KALAM ALLAH, sedangkan Mutazilah MENYebutKAN HAL YANG sama:" KALAM ALLAH muncul DAN DI ADAKAN OLEH Allah sesuai dengan spesifikasi-Nya" TETAPI KALAM TERSEBUT"diciptakan (MAHLUK ), DAN-BUKAN MERUPAKAN HAKIKAT SIFAT ALLAH. " YAKNI MU'TAZILAH MENAFIKAN SIFAT KALAM,TETAPI ALLAH MENCIPTAKAN KALAMNYA DGN BERUPA HURUF DAN SUARA, WAHABI DAN MUKTAZILAH hanya berbeda tentang PenyebutAnya SAJA, dan
itu BUKAN perbedaan YANG nyata, dan dengan demikian JUSTRU Salaf khawatir tentang FEMAHAMAN SEPERTI ITU. Oleh karena itu, SALAF MEMBERIKAN STATUS TERHADAP WAHABI SAMA seperti mereka MEMBERIKAN STATUS TERHADAP Mutazilah.
BAGAIMANA STATUSNYA?? INSALLAH DI POSTINGAN BERIKUTNYA...!
Dalam KENYATAANnya, semakin aku membaca, semakin AKU menyadari bahwa As'areeYAH TIDAK JAUH BERBEDA dari Mu'tazilah, berkaitan dengan SIFAT KALAM Allah
JAWABAN: PERNYATAAN ini disayangkan, COBA katakan, buku apa YANG KALIAN PelajarI di bawah seorang guru As'ariyyAH YANG memenuhi syarat,SUPAYA KALIAN memahami apa yang KALAIAN katakan BERKAITAN TUDUHAN KALIAN !? Saya menduga jawabannya adalah "tidak ada."
kecenderungan WAHABI MENUDUH KAUM AS'ARIYAH TIDAK JAUH BERBEDA DENGAN Mutazilah adalah karena mereka ( MU'TAZILAH ), seperti WAHABI, YAITU MEYAKINI bahwa KALAM Allah adalah sesuatu yang DI ADAKAN OLEH ALLAH DAN BERUPA HURUF DAN SUARA seSUAI spesifikasi ALLAH. Satu-satu nya perbedaan ANTARA WAHABI DAN MU'TAZILAH adalah bahwa WAHABI MENYebutKAN : "KALAM ALLAH ADA PERMULAAN DAN DI ADAKAN OLEH Allah sesuai dengan spesifikasi Nya" DAN MERUPAKAN "SIFAT YANG tidak diciptakan (BUKAN MAHLUQ),"YAKNI BAHASA ALQURAN ADALAH HAQIQAT KALAM ALLAH, sedangkan Mutazilah MENYebutKAN HAL YANG sama:" KALAM ALLAH muncul DAN DI ADAKAN OLEH Allah sesuai dengan spesifikasi-Nya" TETAPI KALAM TERSEBUT"diciptakan (MAHLUK ), DAN-BUKAN MERUPAKAN HAKIKAT SIFAT ALLAH. " YAKNI MU'TAZILAH MENAFIKAN SIFAT KALAM,TETAPI ALLAH MENCIPTAKAN KALAMNYA DGN BERUPA HURUF DAN SUARA, WAHABI DAN MUKTAZILAH hanya berbeda tentang PenyebutAnya SAJA, dan
itu BUKAN perbedaan YANG nyata, dan dengan demikian JUSTRU Salaf khawatir tentang FEMAHAMAN SEPERTI ITU. Oleh karena itu, SALAF MEMBERIKAN STATUS TERHADAP WAHABI SAMA seperti mereka MEMBERIKAN STATUS TERHADAP Mutazilah.
BAGAIMANA STATUSNYA?? INSALLAH DI POSTINGAN BERIKUTNYA...!
Label:Pujian Buat Junjungan
Aqidah asy'ariyah menjawab
Kalam Allah bukan dengan huruf dan suara, bagaimana dengan Alqur'an???
Wahabi mengatakan:
KAUM As'ariYAH sampai hari ini tetap pengecut untuk mengungkapkan keyakinan
mereka, TUJUANNYA supaya mereka disukai oleh para PENGIKUTNYA. Saya SERING meminta MEREKA untuk menjawab pertanyaan
sederhana: APAKAH KALIMAH ''Alif-Lam Mim KALAM ALLAH BUKAN ?? Mengapa begitu sulit MEREKA untuk mengucapkan di depan umum - keyakinan MEREKA -
YAITU BAHWA Alif-Laam-Mim pada kenyataannya diciptakan dan bahwa Allah tidak pernah mengatakan TEXT YANG ADA DALAM surat-surat ALQUR'AN ?
Karena Anda tidak ingin MEMBUAT shock umat Islam, yang secara bulat percaya bahwa Allah berbicara DENGAN TEXT YG ADA DALAM surat-surat QURAN...!!
JAWABAN :
SEBELUM PADA JAWABAN INTI, Mari kita CONTOHKAN: bahwa Obama BERpidato hari ini DI sebuah konferensi pers DI Gedung Putih. Kemudian wartawan menuliskan apa yang dikatakan OBAMA dan di publikasikan di Washington Post dengan judul Sekarang "Obama Speech.", KEMUDIAN ADA seseorang datang dan berkata, "Ini bukan Pidato OBAMA ! Ini hanya kertas
dan tinta " , Apakah Anda
menganggap UCAPAN orang ini masuk akal !? Tentu saja Anda MENGATAKAN: tidak !!! Mengapa??? Mari kita lihat DULU konsep pidato dan arti dari KATA "pidato" dalam contoh ini.
Jika kita membayangkan
peristiwa seputar konferensi pers, kita dapat membayangkan bahwa sebelumNYA bahkan SEBELUM mengatakan apa pun, Obama SUDAH punya sesuatu di hatinya YANG ingin IA katakan. SESUATU YANG ADA DI HATINYA ini AKAN terekspresikan PADA pidato yang AKAN IA PERBUAT. Ini ARTI KATA' pidato', seperti yang baru saja kita PAPARKAN, ketika kita mengatakan " pidato yang AKAN ia PERbuat," INI BUKAN huruf DAN suara, Sebaliknya INI adalah kumpulan makna YANG KEMUDIAN DI ekspresikan DENGAN KATA-KATA, DENGAN PENJELASAN DI ATAS, MAKA Kata-kata, hanya koleksi suara yang merujuk pada makna DI HATI yang ingin kita ekspresikan.
NAH KEMUDIAN kita MElihat koleksi kata-kata yang disatukan dalam kalimat oleh seseorang, MAKA ITU TETAP SEBAGAI "pidatonya," WALAU PUN di terjemahkan ke bahasa lain DAN bahkan ORANG INI tidak MEMAHAMINYA. Jadi jika pidato Obama DI Terjemahkan ke Bahasa Arab, kita masih akan
menyebutnya ini ADALAH PIDATO-NYA, karena mengacu pada makna
awal BAHWA PERNYATAAN ITU berdasarkan PADA makna YANG ingin IA Sampaikan, yang MANA merupakan KUMPULAN MAKNA DI hati-Nya, "Obama Speech.".
Kata "pidato" kemudian, sedikitnya MEMILIKI dua ARTI: Yang pertama adalah pidato dalam diri kita, yang merupakan makna YANG ADA dalam diri, YANG INGIN kita ungkapkan.
Ke dua adalah ekspresi YANG KELUAR dari KUMPULAN MAKNA DI hati DENGAN kata-kata dan huruf, atau bahkan DENGAN bahasa tubuh.
Alasan mengapa ekspresi disebut "pidatonya"?? karena EKSPRESI ADALAH bentuk PeRnyataAN dari apa yang ingin DI Katakan, yang KELUAR DARIPADA pidato batinnya.
Para As'ariyyAH tidak mengatakan bahwa Al-Qur'an BUKAN KALAM / FIRMAN Allah, Mereka mengatakan itu adalah FIRMAN ATAU KALAM Allah, yang MAKSUDNYA ADALAH bahwa AYAT Al-Qur'an mengacu pada KALAM / FIRMAN Allah YANG QODIM (KALAM NAFSI ), yang bukan TERDIRI DARI huruf dan suara.
"Al-Qur'an" itu, memiliki dua makna. Yang pertama adalah KALAM / FIRMAN Allah YANG merupakan SIFATNYA YANG QODIM ( abadi ), yang BUKAN huruf, suara atau
bahasa, dan tidak berurutan.
Yang kedua adalah TULISAN dalam mushaf, yang merupakan ekspresi dalam bahasa Arab dari apa yang dikatakan OLEH Allah DALAM KALAMNYA YANG QODIM ( KALAM NAFSI ).
KITAB QUR'AN ini disebut KALAM Allah,karena merujuk kepada apa yang dikatakan Allah DALAM KALAM QODIM (kekal), ADAPUN ALASAN MENGAPA tidak BOLEH mengatakan bahwa KITAB QURAN itu bukan KALAM Allah ?? karena AKAN MENIMBULKAN PENAFIAN TERHADAP KALAM QODIM (kekal) Allah, HAL INI BUKAN untuk menarik KESAMAAN DENGAN MAHLUK, tetapi untuk tujuan penjelasan: GAMBARANNYA ADALAH kasus di mana Anda mengatakan "bukan pidato Obama," TERHADAP pidato Obama YANG dipublikasikan di Washington Post pada contoh yang TELAH disebutkan di atas. Apa yang Anda pahami DENGAN MENGatakan bahwa Obama tidak mengungkapkan makna DENGAN KATA_KATA YANG diterbitkan, Apalagi jika Anda menambahkan UCAPAN, "Ini hanya kertas dan tinta!" MAKA Anda akan dicap sebagai keledai DUNGU, karena TULISAN ITU BUKAN berarti kertas
atau tinta YANG mengacu pada pidato YANG diterbitkan YAITU "pidato Obama." Melainkan JUGA merujuk ke KUMPULAN makna DI HATINYA yang dinyatakan DENGAN kata dan huruf.
Selanjutnya, pada saat umat Islam MEMEGANG mushaf ke atas dan berkata, "ini adalah KALAM Allah," MAKSUD mereka ADALAH MERUJUK PADA KALAM Allah YANG QODIM (kekal) ATAU KALAM NAFSI, bukan kertas atau tinta.
Itulah sebabnya jika seseorang MENterjemahkan sebuah AYAT dari Al-Qur'an ke Bahasa INDONESIA dan MEnyatakan sebelumNYA:
"Allah berfirman ...." MAKA Orang tidak akan keberatan DENGAN berkata:,"KALAM Allah tidak SEPERTI ITU," kecuali dia tidak setuju dengan terjemahan Atau MAKSUDNYA ADALAH BENTUK ekspresi bahasa Arab dari KALAM QODIM (kekal) Allah, yang dianggap sebagai arti kedua dari kata "Al-
Qur'an," INI merujuk PADA PERKATAAN para ulama BAHWA ALQUR'AN ADALAH sebuah naDħAm-,atau "struktur."
Adapun ketika beberapa
as'ariyyAH kemudian berbicara tentang di perbolehkannya mengatakan "Al-Qur'an
diciptakan (MAHLUK)," ADALAH mengacu pada ekspresi bahasa ArabNYA,
bukan PADA KALAM AllahNYA (KALAM NAFSI). Mereka
mengatakan bahwa pernyataan ini dapat digunakan DALAM MAQOM BELAJAR, SEBAB UTAMAnya adalah karena DENGAN BERJALANNYA WAKTU, AYAT Al-Qur'an YANG merujuk kepada ekspresi KALAM Allah YANG QODIM / kekal ADALAH kata-kata bahasa Arab DAN BERUPA huruf, Mereka takut KETIKA MENGGUNAKAN ungkapan, "Al-Qur'an tidak diciptakan (BUKAN MAHLUK)," AKAN DI FAHAMI OLEH SEBAGIAN ORANG bahwa bahasa Arab tidak diciptakan, DAN FEMAHAMAN SEPERTI INI jauh lebih berbahaya daripada mengatakan "Al-Qur'an
diciptakan (MAHLUQ)," jika BEGITU berarti EKSPRESI BAHASA ARAB / arabic ekspresi (bukan KALAM QODIM (kekal) Allah).
Setelah PENJELESAN ITU MAKA makna keduA AL QURAN adalah HURUF DAN suara, karena ungkapan bahasa Arab memiliki awal dan tidak bisa abadi, MAKA jika BAHARA ARAB tidak kekal, maka MESTI ADA YANG MENetapkan SUSUNAN dan MESTI ADA YANG MENCIPATAKANYA YAITU oleh Allah. Dengan kata lain, BAHASA ARAB pasti di ciptakan. DAN Sisi burukNYA adalah bahwa ungkapan ini MERUPAKAN bidah dalam agama, OLEH SEBAB ITU MENGATAKAN KITAB QUR'AN MAHLUQ ITU terbatas PADA MAQOM MENJELASKAN SAJA, karena ini adalah aturan MAQOM kebutuhan YANG BERLAKU DALAM agama. Artinya, KARENA KEWAJIBAN mencegah keyakinan kufur YAITU bahwa Allah berbicara DENGAN huruf dan suara, MAKA INI jauh lebih penting daripada menghindari BID'AH (inovasi) yang DAMPAKNYA DAPAT MENIMBUL Keraguan.
BEGITU JUGA bahwa huruf Alif di buat.Alasannya adalah bahwa HURUF merupakan simbol abjad mengacu pada suara "BMPK ..."
Semua huruf abjad ditulis SEBAGAI simbol yang merujuk pada suara yang DI buat dengan suara kita.
Tidak mungkin KALAM abadi Allah BERUPA huruf, karena
KALAM-Nya BUKAN TERDIRI DARI suara.
KALAMnya tidak terdengar
karena abadi, dan OLEH SEBAB tidak mempunyai awal, tidak seperti klaim
Wahabi, BAHWA TEXT QURAN KALAM QODIM (kekal). Hal ini
tentu AKAN menyiratkan bahwa TEXT QURAN bukan suara atau huruf.
Alasannya adalah bahwa suara huruf yang membentuk kata PASTI ADA PERmulaAN dan akhirAN. Jadi jika kita berkata dengan suara kita,"bismillaah", maka kita mulai dengan mengucapkan b, maka SETELAH b kemudian mulai i, lalu akhiri
i, dll, yang berarti bahwa KALAM yang terdiri dari huruf dan suara memiliki awal, yakni muncul . Hal ini sekali lagi berarti bahwa ITU diciptakan, karena apa-apa YANG ADA awal PASTI MEMBUTUHKAN PENetapan dalam hal dan BENTUKNYA dan PASTI ADA YANG MENGADAKAN, BERARTI bahasa Arab Itu "DI buat / DI CIPTAKAN." Mengapa Wahabi dalam kebodohaN, dengan mengatakan bahwa KALAM Allah adalah huruf dan suara, ARTINYA mengatakan bahwa itu diciptakan, WALAU PUN mereka tidak tahu itu. Selain itu, dengan menyatakan bahwa KALAM Allah adalah kata-kata dan huruf, mereka telah menyamakan KALAM Nya DENGAN ciptaan / MAHLUK, dan JELAS DALAM Al-Qur'an bahwa Allah tidak menyerupai apapun. Selanjutnya, KALAM DENGAN kata-kata dan huruf, yaitu dengan suara, dan KITA TAU sebenarnya SUARA ADALAH getaran pita suara, dan MERUPAKAN GERAKAN udara di sekitar kita. Keyakinan Wahabi SEPERTI INI TENTANG SIFAT KALAM adalah cabang dari keyakinan mereka bahwa Allah adalah tubuh. Akhirnya, dengan mengklaim bahwa KALAM Allah adalah huruf dan kata, mereka telah mengatakan bahwa KALAM Allah MENGALAMI penundaan.
Alasannya adalah bahwa
informasi DENGAN kata dan huruf berasal dari rangkaian makna YANG TERSUSUN, yang berarti bahwa SEpotong
informasi akan tertunda KETIKA BICARA DGN ORANG-ORANG sebelumnya, dan akan menunda INFORMASI PADA ORANG2 BERIKUTNYA, Ini adalah ketidaksempurnaan, dan SEMUA SIFAT Allah adalah SIFAT YANG sempURNA.
KALAM Allah YANG QODIM / kekal itu sendiri bukan
sesuatu yang dapat DI gambarkan atau DI bayangkan.INTINYA kita mengerti BAHWA Allah memberitahu kita apa yang dikatakan DALAM KALAM QODIM / kekal, dengan KALAM-Nya yang BUKAN huruf, bukan suara, bukan
urutan, tanpa awal atau akhir ...Singkatnya, tanpa bagaimana (modality.) KITA tidak harus merenungkan tentang hal ini, karena realitas KALAM Allah bukanlah sesuatu yang bisa KITA FAHAMI..
WALLAHU A'LAM..
KAUM As'ariYAH sampai hari ini tetap pengecut untuk mengungkapkan keyakinan
mereka, TUJUANNYA supaya mereka disukai oleh para PENGIKUTNYA. Saya SERING meminta MEREKA untuk menjawab pertanyaan
sederhana: APAKAH KALIMAH ''Alif-Lam Mim KALAM ALLAH BUKAN ?? Mengapa begitu sulit MEREKA untuk mengucapkan di depan umum - keyakinan MEREKA -
YAITU BAHWA Alif-Laam-Mim pada kenyataannya diciptakan dan bahwa Allah tidak pernah mengatakan TEXT YANG ADA DALAM surat-surat ALQUR'AN ?
Karena Anda tidak ingin MEMBUAT shock umat Islam, yang secara bulat percaya bahwa Allah berbicara DENGAN TEXT YG ADA DALAM surat-surat QURAN...!!
JAWABAN :
SEBELUM PADA JAWABAN INTI, Mari kita CONTOHKAN: bahwa Obama BERpidato hari ini DI sebuah konferensi pers DI Gedung Putih. Kemudian wartawan menuliskan apa yang dikatakan OBAMA dan di publikasikan di Washington Post dengan judul Sekarang "Obama Speech.", KEMUDIAN ADA seseorang datang dan berkata, "Ini bukan Pidato OBAMA ! Ini hanya kertas
dan tinta " , Apakah Anda
menganggap UCAPAN orang ini masuk akal !? Tentu saja Anda MENGATAKAN: tidak !!! Mengapa??? Mari kita lihat DULU konsep pidato dan arti dari KATA "pidato" dalam contoh ini.
Jika kita membayangkan
peristiwa seputar konferensi pers, kita dapat membayangkan bahwa sebelumNYA bahkan SEBELUM mengatakan apa pun, Obama SUDAH punya sesuatu di hatinya YANG ingin IA katakan. SESUATU YANG ADA DI HATINYA ini AKAN terekspresikan PADA pidato yang AKAN IA PERBUAT. Ini ARTI KATA' pidato', seperti yang baru saja kita PAPARKAN, ketika kita mengatakan " pidato yang AKAN ia PERbuat," INI BUKAN huruf DAN suara, Sebaliknya INI adalah kumpulan makna YANG KEMUDIAN DI ekspresikan DENGAN KATA-KATA, DENGAN PENJELASAN DI ATAS, MAKA Kata-kata, hanya koleksi suara yang merujuk pada makna DI HATI yang ingin kita ekspresikan.
NAH KEMUDIAN kita MElihat koleksi kata-kata yang disatukan dalam kalimat oleh seseorang, MAKA ITU TETAP SEBAGAI "pidatonya," WALAU PUN di terjemahkan ke bahasa lain DAN bahkan ORANG INI tidak MEMAHAMINYA. Jadi jika pidato Obama DI Terjemahkan ke Bahasa Arab, kita masih akan
menyebutnya ini ADALAH PIDATO-NYA, karena mengacu pada makna
awal BAHWA PERNYATAAN ITU berdasarkan PADA makna YANG ingin IA Sampaikan, yang MANA merupakan KUMPULAN MAKNA DI hati-Nya, "Obama Speech.".
Kata "pidato" kemudian, sedikitnya MEMILIKI dua ARTI: Yang pertama adalah pidato dalam diri kita, yang merupakan makna YANG ADA dalam diri, YANG INGIN kita ungkapkan.
Ke dua adalah ekspresi YANG KELUAR dari KUMPULAN MAKNA DI hati DENGAN kata-kata dan huruf, atau bahkan DENGAN bahasa tubuh.
Alasan mengapa ekspresi disebut "pidatonya"?? karena EKSPRESI ADALAH bentuk PeRnyataAN dari apa yang ingin DI Katakan, yang KELUAR DARIPADA pidato batinnya.
Para As'ariyyAH tidak mengatakan bahwa Al-Qur'an BUKAN KALAM / FIRMAN Allah, Mereka mengatakan itu adalah FIRMAN ATAU KALAM Allah, yang MAKSUDNYA ADALAH bahwa AYAT Al-Qur'an mengacu pada KALAM / FIRMAN Allah YANG QODIM (KALAM NAFSI ), yang bukan TERDIRI DARI huruf dan suara.
"Al-Qur'an" itu, memiliki dua makna. Yang pertama adalah KALAM / FIRMAN Allah YANG merupakan SIFATNYA YANG QODIM ( abadi ), yang BUKAN huruf, suara atau
bahasa, dan tidak berurutan.
Yang kedua adalah TULISAN dalam mushaf, yang merupakan ekspresi dalam bahasa Arab dari apa yang dikatakan OLEH Allah DALAM KALAMNYA YANG QODIM ( KALAM NAFSI ).
KITAB QUR'AN ini disebut KALAM Allah,karena merujuk kepada apa yang dikatakan Allah DALAM KALAM QODIM (kekal), ADAPUN ALASAN MENGAPA tidak BOLEH mengatakan bahwa KITAB QURAN itu bukan KALAM Allah ?? karena AKAN MENIMBULKAN PENAFIAN TERHADAP KALAM QODIM (kekal) Allah, HAL INI BUKAN untuk menarik KESAMAAN DENGAN MAHLUK, tetapi untuk tujuan penjelasan: GAMBARANNYA ADALAH kasus di mana Anda mengatakan "bukan pidato Obama," TERHADAP pidato Obama YANG dipublikasikan di Washington Post pada contoh yang TELAH disebutkan di atas. Apa yang Anda pahami DENGAN MENGatakan bahwa Obama tidak mengungkapkan makna DENGAN KATA_KATA YANG diterbitkan, Apalagi jika Anda menambahkan UCAPAN, "Ini hanya kertas dan tinta!" MAKA Anda akan dicap sebagai keledai DUNGU, karena TULISAN ITU BUKAN berarti kertas
atau tinta YANG mengacu pada pidato YANG diterbitkan YAITU "pidato Obama." Melainkan JUGA merujuk ke KUMPULAN makna DI HATINYA yang dinyatakan DENGAN kata dan huruf.
Selanjutnya, pada saat umat Islam MEMEGANG mushaf ke atas dan berkata, "ini adalah KALAM Allah," MAKSUD mereka ADALAH MERUJUK PADA KALAM Allah YANG QODIM (kekal) ATAU KALAM NAFSI, bukan kertas atau tinta.
Itulah sebabnya jika seseorang MENterjemahkan sebuah AYAT dari Al-Qur'an ke Bahasa INDONESIA dan MEnyatakan sebelumNYA:
"Allah berfirman ...." MAKA Orang tidak akan keberatan DENGAN berkata:,"KALAM Allah tidak SEPERTI ITU," kecuali dia tidak setuju dengan terjemahan Atau MAKSUDNYA ADALAH BENTUK ekspresi bahasa Arab dari KALAM QODIM (kekal) Allah, yang dianggap sebagai arti kedua dari kata "Al-
Qur'an," INI merujuk PADA PERKATAAN para ulama BAHWA ALQUR'AN ADALAH sebuah naDħAm-,atau "struktur."
Adapun ketika beberapa
as'ariyyAH kemudian berbicara tentang di perbolehkannya mengatakan "Al-Qur'an
diciptakan (MAHLUK)," ADALAH mengacu pada ekspresi bahasa ArabNYA,
bukan PADA KALAM AllahNYA (KALAM NAFSI). Mereka
mengatakan bahwa pernyataan ini dapat digunakan DALAM MAQOM BELAJAR, SEBAB UTAMAnya adalah karena DENGAN BERJALANNYA WAKTU, AYAT Al-Qur'an YANG merujuk kepada ekspresi KALAM Allah YANG QODIM / kekal ADALAH kata-kata bahasa Arab DAN BERUPA huruf, Mereka takut KETIKA MENGGUNAKAN ungkapan, "Al-Qur'an tidak diciptakan (BUKAN MAHLUK)," AKAN DI FAHAMI OLEH SEBAGIAN ORANG bahwa bahasa Arab tidak diciptakan, DAN FEMAHAMAN SEPERTI INI jauh lebih berbahaya daripada mengatakan "Al-Qur'an
diciptakan (MAHLUQ)," jika BEGITU berarti EKSPRESI BAHASA ARAB / arabic ekspresi (bukan KALAM QODIM (kekal) Allah).
Setelah PENJELESAN ITU MAKA makna keduA AL QURAN adalah HURUF DAN suara, karena ungkapan bahasa Arab memiliki awal dan tidak bisa abadi, MAKA jika BAHARA ARAB tidak kekal, maka MESTI ADA YANG MENetapkan SUSUNAN dan MESTI ADA YANG MENCIPATAKANYA YAITU oleh Allah. Dengan kata lain, BAHASA ARAB pasti di ciptakan. DAN Sisi burukNYA adalah bahwa ungkapan ini MERUPAKAN bidah dalam agama, OLEH SEBAB ITU MENGATAKAN KITAB QUR'AN MAHLUQ ITU terbatas PADA MAQOM MENJELASKAN SAJA, karena ini adalah aturan MAQOM kebutuhan YANG BERLAKU DALAM agama. Artinya, KARENA KEWAJIBAN mencegah keyakinan kufur YAITU bahwa Allah berbicara DENGAN huruf dan suara, MAKA INI jauh lebih penting daripada menghindari BID'AH (inovasi) yang DAMPAKNYA DAPAT MENIMBUL Keraguan.
BEGITU JUGA bahwa huruf Alif di buat.Alasannya adalah bahwa HURUF merupakan simbol abjad mengacu pada suara "BMPK ..."
Semua huruf abjad ditulis SEBAGAI simbol yang merujuk pada suara yang DI buat dengan suara kita.
Tidak mungkin KALAM abadi Allah BERUPA huruf, karena
KALAM-Nya BUKAN TERDIRI DARI suara.
KALAMnya tidak terdengar
karena abadi, dan OLEH SEBAB tidak mempunyai awal, tidak seperti klaim
Wahabi, BAHWA TEXT QURAN KALAM QODIM (kekal). Hal ini
tentu AKAN menyiratkan bahwa TEXT QURAN bukan suara atau huruf.
Alasannya adalah bahwa suara huruf yang membentuk kata PASTI ADA PERmulaAN dan akhirAN. Jadi jika kita berkata dengan suara kita,"bismillaah", maka kita mulai dengan mengucapkan b, maka SETELAH b kemudian mulai i, lalu akhiri
i, dll, yang berarti bahwa KALAM yang terdiri dari huruf dan suara memiliki awal, yakni muncul . Hal ini sekali lagi berarti bahwa ITU diciptakan, karena apa-apa YANG ADA awal PASTI MEMBUTUHKAN PENetapan dalam hal dan BENTUKNYA dan PASTI ADA YANG MENGADAKAN, BERARTI bahasa Arab Itu "DI buat / DI CIPTAKAN." Mengapa Wahabi dalam kebodohaN, dengan mengatakan bahwa KALAM Allah adalah huruf dan suara, ARTINYA mengatakan bahwa itu diciptakan, WALAU PUN mereka tidak tahu itu. Selain itu, dengan menyatakan bahwa KALAM Allah adalah kata-kata dan huruf, mereka telah menyamakan KALAM Nya DENGAN ciptaan / MAHLUK, dan JELAS DALAM Al-Qur'an bahwa Allah tidak menyerupai apapun. Selanjutnya, KALAM DENGAN kata-kata dan huruf, yaitu dengan suara, dan KITA TAU sebenarnya SUARA ADALAH getaran pita suara, dan MERUPAKAN GERAKAN udara di sekitar kita. Keyakinan Wahabi SEPERTI INI TENTANG SIFAT KALAM adalah cabang dari keyakinan mereka bahwa Allah adalah tubuh. Akhirnya, dengan mengklaim bahwa KALAM Allah adalah huruf dan kata, mereka telah mengatakan bahwa KALAM Allah MENGALAMI penundaan.
Alasannya adalah bahwa
informasi DENGAN kata dan huruf berasal dari rangkaian makna YANG TERSUSUN, yang berarti bahwa SEpotong
informasi akan tertunda KETIKA BICARA DGN ORANG-ORANG sebelumnya, dan akan menunda INFORMASI PADA ORANG2 BERIKUTNYA, Ini adalah ketidaksempurnaan, dan SEMUA SIFAT Allah adalah SIFAT YANG sempURNA.
KALAM Allah YANG QODIM / kekal itu sendiri bukan
sesuatu yang dapat DI gambarkan atau DI bayangkan.INTINYA kita mengerti BAHWA Allah memberitahu kita apa yang dikatakan DALAM KALAM QODIM / kekal, dengan KALAM-Nya yang BUKAN huruf, bukan suara, bukan
urutan, tanpa awal atau akhir ...Singkatnya, tanpa bagaimana (modality.) KITA tidak harus merenungkan tentang hal ini, karena realitas KALAM Allah bukanlah sesuatu yang bisa KITA FAHAMI..
WALLAHU A'LAM..
Label:Pujian Buat Junjungan
Aqidah asy'ariyah menjawab
Selasa, 03 Mei 2011
Sikap jahmiyah,mu'tazilah,musyabih terhadap ayat sifat mutasabihat.
1) apa MAKSUD DARI mutazilah dan jahmiyyah MENAFIKAN SIFAT ALLAH ??
Jawaban: MAKSUDNYA mereka membantah bahwa Allah memiliki SIFAT MengetaHUI, kekuasaan, dll Mereka mengatakan bahwa ALLAH tahu tanpa SIFAT pengetahuan, menciptakan tanpa SIFAT QUDROT,Jahmiyyah adalah sejauh yang saya tahu TELAH musnaH sebagai sekte.
Namun, Ibnu Taimiyah dan
pengikutnya MENUDUH Sunni sebagai Jahmiyyah, karena Sunni MEN0LAK bahwa Allah MERUPAKAN sesuatu dengan dimensi fisik.
pengikut Ibnu Taimiyah
mengatakan bahwa KONSEP MEN0LAK DIMENSI FISIK adalah untuk menolak SIFAT Allah, dan KARENA alasan ini, MEREKA MENYEBUT SunnI SEBAGAI Jahmiyyah, dan mereka (para anthropomorphists), MENGKLAIM SEBAGAI Sunni, ini upaya untuk MEMBERI OPINI JELEK TERHADAP kaum Sunni, dan UNTUK menakut-nakuti orang SUPAYA menjauh dari AJARAN SUNNI.
BAGAIMANA PUN Ibnu Taimiyah sendiri, mengadopsi kepercayaan dari Jahmiyyah YAITU bahwa Siksaan di neraka tidak kekal, Ini adalah kepercayaan YANG MENENTANG konsensus ilmiah,SIKAP INI SebagaiMANA DIKATAKAN OLEH Imam As-Safi-iyy: "wa-l-junuun funuun,":kegilaan ADA beberapa jenis."
WAHABI BERKATA:
"madhab Salaf berkenaan
dengan sifat-sifat Allah adalah menegaskan SIFAT-SIFAT TERSEBUT SEBAGAIMANA ADANYA DENGAN arti / TERJEMAH (dhaahir), DAN meniadakan kemiripan apapun DENGAN ciptaan dan tanpa menanyakan bagaimanaNYA "(Al-Ghuniyah 'Kalaam wa Ahlihi, seperti dikutip dalam
Mukhtashar al-'Uluww (p.257/ no.311). Lihat juga al-Asmaa WAS-Sifaat (2/p.198) al-Baihaqi)
Salaf menegaskan PADA AYAT-AYAT SIFAT SEBAGAIMANA MAKNA D0hirNYA tetapi suyookh Asy'ariyyah MEyakini BAHWA HARUS MENAFIKAN MAKNA DOhir karena itu adalah makna YANG jelas MENYERUPAKAN DGN MAHLUK. Apa yang maksud UCAPAN Salaf 'SEBAGAIMANA D0hirNYA' ???
JAWABAN:
Ini adalah terjemahan sesat !! MEREKA MEMBAWAKAN UCAPAN INI :
"ﻛﺎﻥ ﻣﺬﻫﺐ
ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﻬﺎ,
ﻭﺇﺟﺮﺍﺀﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﻇﺎﻫﺮﻫﺎ ﻭﻧﻔﻲ
ﺍﻟﻜﻴﻔﻴﺔ ﻋﻨﻬﺎ"
Yang berarti: "(ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻣﺬﻫﺐ
ﻓﻴﻬﺎ) jalan orang salaf dalam (teks MUTASABEHAT Kitab Suci)-, ''DI SINI mungkin MEREKA bisa membodohI seseorang DENGAN menyamakan Allah
TERHADAP ciptaan'',
-ADALAH (ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﻬﺎ) IMAN pada TEXT TERSEBUT (ﻭﺇﺟﺮﺍﺀﻫﺎ) dan MEMBERLAKUKAN TEXT pada (ﻋﻠﻰ ﻇﺎﻫﺮﻫﺎ) DOHIRNYA, (ﻭﻧﻔﻲ ﺍﻟﻜﻴﻔﻴﺔ ﻋﻨﻬﺎ) dan MENAFIKAN setiap modalitas (KAEFIYAH) dari TEXT TRSBT..
"Kemudian MEREKA MEMBAWA riwayat dari Az-Zuhriyy dan Makĥuul bahwa
mereka berkata
" ﺍﻣﻀﻮﺍ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ
ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺟﺎﺀﺕ ", yang
berarti," (ﺍﻣﻀﻮﺍ) lulusKAN LAH (ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ) hadis-HADIS (ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺟﺎﺀﺕ) SEPERTI APA ADANYA, ", PENT. MEREKA MEMAHAMI UCAPAN SALAF INI BAHWA AYAT MUTASABEH MESTI DI AMBIL ''MAKNA / TERJEMAH'' DOHIRNYA! PADAHAL DALAM RIWAYATNYA Tidak disebutkan : 'BERLAKUKAN HADIS TRSBT DGN" ''makna/TERJEMAH'' DOHIRNYA ",TAPI DALAM REDAKSI; ''BERLAKUKAN LAFAD DOHIR..!!'' ARTINYA IMANI LAFADNYA BAHWA ITU SIFAT ALLAH ADAPUN REALITASNYA APA,HANYA ALLAH YANG TAU.
Subhana Allah, jika makna ATAU TERJEMAH YANG DOHIR DARI LAFAD-LAFAD TERSEBUT YANG dimaksud, maka mengapa salaf membuat masalah besar TENTANG TEXT MUTASABIHAT ?? Jika makna ATAU TERJEMAH DOHIR YANG di maksudkan maka SALAF tidak akan pernah menyebutkan cara-
cara menangani jenis teks MUTASABEHAT DALAM Kitab Suci..!!
PERTANYAAN:
Tapi klaim KAUM SALAFI bahwa riwayat dari Salaf mencakup semua SIFAT. misalnya jika KITA tidak BOLEH MENterjemah
harfiah Yad DENGAN ARTI Tangan, lalu mengapa menerjemahkan kata
RahmaN DENGAN ARTI PENGASIH yang merupakan terjemahan harfiah?
Sebagai contoh jika KITA ingin MEMBUAT kalimat metafora dalam bahasa INDONESIA kata Tangan mengacu PADA KEKUASAAN
maka terjemahan arab juga Yad HARUS mengacu kepada Qudrah dan bukan diterjemahkan sebagai TANGAN, DAN Qudrah mengacu pada Qudrah. Jadi apa YANG DI katakan SALAF adalah bahwa mereka nampaknya menerima Yad sebagai TANGAN karena ini adalah TERJEMAH narasi YANG muncul dan karena tidak ada Salaf mengatakan bahwa Yad adalah Ni'mah ATAU KEKUATAN sehingga
INI jelas MERUBAH MAKNA ke BENTUK lain, maka kita perlu menegaskan DENGAN TANGAN DAN meniadakan setiap kemiripan. Misalnya;ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻧﻔﺴﻲ
ﺑﻴﺪﻩ DEMI DZAT yang DIRIKU ADA PADA tanganNYA yang berarti DIRI kita ada di dalam KEUASAAN Allahl. Ini tidak BISA diterjemahkan 'Dengan DEMI DZAT YANG DIRI saya ADA PADA KEKUATAN NYA, NAH Apakah ada teks otentik jelas dari Salaf mengatakan 'MEREKA menerima LAFAD-LAFAD tampil tanpa makna' ??
JAWABAN:
Sebenarnya Abu Ĥaniifah YANG MANA BELIAU ADALAH ORANG PERSIA,secara eksplisit melarang terjemahan dari "yad" KE BAHASA Persia. Bahkan, semua ulama sepakat bahwa nama-nama dan sifat-sifat Allah tidak
dapat diterjemahkan ke bahasa lain jika terjemahan itu menyesatkan.
Bagaimana menggunakan kiasan, kita tidak BICARA DALAM HAL menerjemahkan dari NAS_NAS MUTASABEH DAN BUKAN TENTANG membuat implikasi apapun terhadap NAS, tetapi hanya
menggunakan idiom biasa dalam bahasa KESEHARIAN kita sendiri.
Seperti misalnya orang berkata dalam bahasa INDONESIA:: "URUSAN KITA di
tangan Allah."SAYA FIKIR, MEREKA tidak LAGI DALAM menerjemahkan atau merujuk pada SIFAT yad, tetapi menggunakan suatu istilah yang digunakan dalam bahasa mereka SEHARI-HARI .
Apakah hukm menggunakan
idiom seperti makna yang tersirat sangat jelas tanpa keraguan, bahwa orang tersebut tidak membuat tashbeeh atau tajseem,TOH MAKSUD UNGKAPAN; URUSAN KITA DITANGAN ALLAH ADALAH DI DALAM PENGATURAN ALLAH.
sungguh menyedihkan KEADAAN WAHABI INI, MEREKA
mengatakan hal-hal seperti "Nabi di atas kita" atau bahkan SIFAT status tinggi untuk sYuyukh mereka dengan mengatakan SYAIHK FULAN "di atas" SYAIKH FULAN, tetapi mereka kehilangan semua RASA
figurativeness / MAKNA KIASAN ketika mereka berbicara tentang Allah.
Jawaban: MAKSUDNYA mereka membantah bahwa Allah memiliki SIFAT MengetaHUI, kekuasaan, dll Mereka mengatakan bahwa ALLAH tahu tanpa SIFAT pengetahuan, menciptakan tanpa SIFAT QUDROT,Jahmiyyah adalah sejauh yang saya tahu TELAH musnaH sebagai sekte.
Namun, Ibnu Taimiyah dan
pengikutnya MENUDUH Sunni sebagai Jahmiyyah, karena Sunni MEN0LAK bahwa Allah MERUPAKAN sesuatu dengan dimensi fisik.
pengikut Ibnu Taimiyah
mengatakan bahwa KONSEP MEN0LAK DIMENSI FISIK adalah untuk menolak SIFAT Allah, dan KARENA alasan ini, MEREKA MENYEBUT SunnI SEBAGAI Jahmiyyah, dan mereka (para anthropomorphists), MENGKLAIM SEBAGAI Sunni, ini upaya untuk MEMBERI OPINI JELEK TERHADAP kaum Sunni, dan UNTUK menakut-nakuti orang SUPAYA menjauh dari AJARAN SUNNI.
BAGAIMANA PUN Ibnu Taimiyah sendiri, mengadopsi kepercayaan dari Jahmiyyah YAITU bahwa Siksaan di neraka tidak kekal, Ini adalah kepercayaan YANG MENENTANG konsensus ilmiah,SIKAP INI SebagaiMANA DIKATAKAN OLEH Imam As-Safi-iyy: "wa-l-junuun funuun,":kegilaan ADA beberapa jenis."
WAHABI BERKATA:
"madhab Salaf berkenaan
dengan sifat-sifat Allah adalah menegaskan SIFAT-SIFAT TERSEBUT SEBAGAIMANA ADANYA DENGAN arti / TERJEMAH (dhaahir), DAN meniadakan kemiripan apapun DENGAN ciptaan dan tanpa menanyakan bagaimanaNYA "(Al-Ghuniyah 'Kalaam wa Ahlihi, seperti dikutip dalam
Mukhtashar al-'Uluww (p.257/ no.311). Lihat juga al-Asmaa WAS-Sifaat (2/p.198) al-Baihaqi)
Salaf menegaskan PADA AYAT-AYAT SIFAT SEBAGAIMANA MAKNA D0hirNYA tetapi suyookh Asy'ariyyah MEyakini BAHWA HARUS MENAFIKAN MAKNA DOhir karena itu adalah makna YANG jelas MENYERUPAKAN DGN MAHLUK. Apa yang maksud UCAPAN Salaf 'SEBAGAIMANA D0hirNYA' ???
JAWABAN:
Ini adalah terjemahan sesat !! MEREKA MEMBAWAKAN UCAPAN INI :
"ﻛﺎﻥ ﻣﺬﻫﺐ
ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﻬﺎ,
ﻭﺇﺟﺮﺍﺀﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﻇﺎﻫﺮﻫﺎ ﻭﻧﻔﻲ
ﺍﻟﻜﻴﻔﻴﺔ ﻋﻨﻬﺎ"
Yang berarti: "(ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻣﺬﻫﺐ
ﻓﻴﻬﺎ) jalan orang salaf dalam (teks MUTASABEHAT Kitab Suci)-, ''DI SINI mungkin MEREKA bisa membodohI seseorang DENGAN menyamakan Allah
TERHADAP ciptaan'',
-ADALAH (ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﻬﺎ) IMAN pada TEXT TERSEBUT (ﻭﺇﺟﺮﺍﺀﻫﺎ) dan MEMBERLAKUKAN TEXT pada (ﻋﻠﻰ ﻇﺎﻫﺮﻫﺎ) DOHIRNYA, (ﻭﻧﻔﻲ ﺍﻟﻜﻴﻔﻴﺔ ﻋﻨﻬﺎ) dan MENAFIKAN setiap modalitas (KAEFIYAH) dari TEXT TRSBT..
"Kemudian MEREKA MEMBAWA riwayat dari Az-Zuhriyy dan Makĥuul bahwa
mereka berkata
" ﺍﻣﻀﻮﺍ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ
ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺟﺎﺀﺕ ", yang
berarti," (ﺍﻣﻀﻮﺍ) lulusKAN LAH (ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ) hadis-HADIS (ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺟﺎﺀﺕ) SEPERTI APA ADANYA, ", PENT. MEREKA MEMAHAMI UCAPAN SALAF INI BAHWA AYAT MUTASABEH MESTI DI AMBIL ''MAKNA / TERJEMAH'' DOHIRNYA! PADAHAL DALAM RIWAYATNYA Tidak disebutkan : 'BERLAKUKAN HADIS TRSBT DGN" ''makna/TERJEMAH'' DOHIRNYA ",TAPI DALAM REDAKSI; ''BERLAKUKAN LAFAD DOHIR..!!'' ARTINYA IMANI LAFADNYA BAHWA ITU SIFAT ALLAH ADAPUN REALITASNYA APA,HANYA ALLAH YANG TAU.
Subhana Allah, jika makna ATAU TERJEMAH YANG DOHIR DARI LAFAD-LAFAD TERSEBUT YANG dimaksud, maka mengapa salaf membuat masalah besar TENTANG TEXT MUTASABIHAT ?? Jika makna ATAU TERJEMAH DOHIR YANG di maksudkan maka SALAF tidak akan pernah menyebutkan cara-
cara menangani jenis teks MUTASABEHAT DALAM Kitab Suci..!!
PERTANYAAN:
Tapi klaim KAUM SALAFI bahwa riwayat dari Salaf mencakup semua SIFAT. misalnya jika KITA tidak BOLEH MENterjemah
harfiah Yad DENGAN ARTI Tangan, lalu mengapa menerjemahkan kata
RahmaN DENGAN ARTI PENGASIH yang merupakan terjemahan harfiah?
Sebagai contoh jika KITA ingin MEMBUAT kalimat metafora dalam bahasa INDONESIA kata Tangan mengacu PADA KEKUASAAN
maka terjemahan arab juga Yad HARUS mengacu kepada Qudrah dan bukan diterjemahkan sebagai TANGAN, DAN Qudrah mengacu pada Qudrah. Jadi apa YANG DI katakan SALAF adalah bahwa mereka nampaknya menerima Yad sebagai TANGAN karena ini adalah TERJEMAH narasi YANG muncul dan karena tidak ada Salaf mengatakan bahwa Yad adalah Ni'mah ATAU KEKUATAN sehingga
INI jelas MERUBAH MAKNA ke BENTUK lain, maka kita perlu menegaskan DENGAN TANGAN DAN meniadakan setiap kemiripan. Misalnya;ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻧﻔﺴﻲ
ﺑﻴﺪﻩ DEMI DZAT yang DIRIKU ADA PADA tanganNYA yang berarti DIRI kita ada di dalam KEUASAAN Allahl. Ini tidak BISA diterjemahkan 'Dengan DEMI DZAT YANG DIRI saya ADA PADA KEKUATAN NYA, NAH Apakah ada teks otentik jelas dari Salaf mengatakan 'MEREKA menerima LAFAD-LAFAD tampil tanpa makna' ??
JAWABAN:
Sebenarnya Abu Ĥaniifah YANG MANA BELIAU ADALAH ORANG PERSIA,secara eksplisit melarang terjemahan dari "yad" KE BAHASA Persia. Bahkan, semua ulama sepakat bahwa nama-nama dan sifat-sifat Allah tidak
dapat diterjemahkan ke bahasa lain jika terjemahan itu menyesatkan.
Bagaimana menggunakan kiasan, kita tidak BICARA DALAM HAL menerjemahkan dari NAS_NAS MUTASABEH DAN BUKAN TENTANG membuat implikasi apapun terhadap NAS, tetapi hanya
menggunakan idiom biasa dalam bahasa KESEHARIAN kita sendiri.
Seperti misalnya orang berkata dalam bahasa INDONESIA:: "URUSAN KITA di
tangan Allah."SAYA FIKIR, MEREKA tidak LAGI DALAM menerjemahkan atau merujuk pada SIFAT yad, tetapi menggunakan suatu istilah yang digunakan dalam bahasa mereka SEHARI-HARI .
Apakah hukm menggunakan
idiom seperti makna yang tersirat sangat jelas tanpa keraguan, bahwa orang tersebut tidak membuat tashbeeh atau tajseem,TOH MAKSUD UNGKAPAN; URUSAN KITA DITANGAN ALLAH ADALAH DI DALAM PENGATURAN ALLAH.
sungguh menyedihkan KEADAAN WAHABI INI, MEREKA
mengatakan hal-hal seperti "Nabi di atas kita" atau bahkan SIFAT status tinggi untuk sYuyukh mereka dengan mengatakan SYAIHK FULAN "di atas" SYAIKH FULAN, tetapi mereka kehilangan semua RASA
figurativeness / MAKNA KIASAN ketika mereka berbicara tentang Allah.
Label:Pujian Buat Junjungan
Aqidah asy'ariyah menjawab
Wahabi berkata: kontradiksi konsep asy' ariyah tentang sifat Allah
Wahhabi BERKATA: As'ariYAH dan MaturidiYAH bertentangan sendiri. Mereka menegaskan UNTUK Allah SIFAT Hidup,Power, Will,Pengetahuan,KALAM,mendengar dan melihat, TETAPI membuat Ta'wil dari istiwa, Nuzul, Maji', Ityan, Wajh, Yad, Saq, Qadam, Janb, 'Ain, dan relokasi
dalam (berbagai) tingkat. Aturan dasar berkaitan dengan SIFAT ALLAH adalah satu, jika MEREKA menegaskan tujuh SIFAT, LALU APA yang mencegah MEREKA dari menegaskan sisanya? Apa bedanya? Ini tidak kurang HANYALAH SEBUAH kontradiksi.
JAWABAN: Tidak ada kontradiksi. As'ariYAH tidak
menyangkal setiap SIFAT yang TELAH Allah tegaskan dalam ALQuran, atau yang ditetapkan oleh hadits tanpa MENGURANGI. Apa yang DI lakukan ASY-ARIYAH adalah percaya bahwa tidak ada SIFAT Allah YANG seperti ciptaan / MAHLUK, OLEH SEBAB ITU,MAKA SIFAT "yad"
bukan berarti tangan fisik, tetapi sesuatu MAKNA lain DALAM KAITAN bahasa Arab,
dan bahwa "DIA tidak menyerupai apa-apa." nuzuul tidak berarti turun fisik, tetapi sesuatu MAKNA lain dalam KAITAN dengan
bahasa Arab. Hal ini karena Allah tidak seperti ciptaan, dan BUKAN anggota badan, lokasi ATAU gerakan,KARENA INI SEMUA adalah atribut dari makhluk. Semua SIFAT Allah dipahami dengan KONSEP ini DALAM MADHAB As'ari, termasuk SIFAT HIDUP, Power, Will, Pengetahuan, KALAM,mendengar dan melihat,
sehingga tidak ada kontradiksi..!
Aturannya adalah menegaskan SIFAT YANG didirikan DENGAN tegas DAN JELAS (NAS-NAS MUHKAMAT), dan menyangkal bahwa
SEMUA SIFAT ITU memiliki kemiripan dengan ciptaan. Untuk LEBIH jelas: ini bukan
penyangkalan terhadap SIFAT, tetapi MEN0LAK kemiripan dengan ciptaan.
JUSTRU Orang-orang yang bertentangan sendiri adalah orang yang berkata, misalnya, bahwa "nuzuul" melibatkan gerakan, karena ini bertentangan,KARENA
Gerakan TURUN adalah SIFAT YANG dibuat, karena memiliki awal dan MEMILIKI kebutuhan spesifikasi, SEDANGKAN DALAM AYAT YANG LAIN ALLAH BERFIRMAN: "Dia tidak menyerupai apa pun.".NAH GERAKAN TURUN, AWALNYA tidak ada, dan kemudian ada, sehingga MEMBUTUHKAN seorang pencipta.
Selain itu, GERAKAN memerlukan spesifikasi "dari tempat ke tempat," dan JUGA "UKURAN kecepatan."
MAKA Jelas , Allah tidak dikaitkan dengan gerakan, karena SIFAT ALLAH itu tidak diciptakan.
Selain itu, untuk percaya bahwa Allah bergerak ke langit dunia ini, HAKIKATNYA percaya bahwa Allah di dalam ciptaan, karena LANGIT PERTAMA ada di bawah ENAM langit. Ini merupakan PENGINGKARAN TERHADAP konsensus semua umat Islam.
Akhir KATA, telah ditetapkan dalam sebuah hadits YANG diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan dikonfirmasi oleh Al-Asqalani (Fath-al-Baari, V.13/ P.411) bahwa Nabi berkata:
"ﻣﺎ ﺍﻟﺴﻤﺎﻭﺍﺕ ﺍﻟﺴﺒﻊ ﻣﻊ ﺍﻟﻜﺮﺳﻲ ﺇﻻ
ﻛﺤﻠﻘﺔ ﻣﻠﻘﺎﺓ ﺑﺄﺭﺽ ﻓﻼﺓ ﻭﻓﻀﻞ
ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﺮﺳﻲ ﻛﻔﻀﻞ ﺍﻟﻔﻼﺓ
ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﻠﻘﺔ" "
: Langit Tujuh dibandingkan
dengan Kursiy seperti
sebuah cincin dilemparkan di tanah gurun, dan ukuran ArAsY dibandingkan dengan Kursiy adalah seperti ukuran padang pasir dibandingkan dengan cincin
itu. "
Dengan demikian, jika seseorang percaya Allah turun secara fisik, maka HAKIKATNYA ia mengatakan bahwa Allah MENGECILKAN DZATNYA,KARENA LANGIT seperti cincin di padang
pasir dibandingkan dengan
Kursiy.
TIDAK ada keraguan bahwa semua ini adalah PENGINGKARAN !!
TANYA-JAWAB
TANYA: apakah Anda meremehkan qudra Allah ??, apakah anda berpikir
mustahil bagi Allah untuk
melakukan itu? ya SECARA logis mustahil, tetapi bagi Allah adalah mungkin !!
JAWAB: Anda tidak masuk akal. Sebagai catatan, yang saya percaya adalah tidak mungkin bagi pencipta MENJADI ciptaan / MAHLUK, KAMI tidak seperti ateis! sehingga tidak mungkin DIA harus seperti ciptaan, atau diubah oleh apapun. Saya tidak MEMPERMASALAHKAN
tentang kata-kata, tapi
tentang makna KATA ITU, TOH SETIAP KATA ADA MAKNA, dan apa pun yang berubah, atau memiliki awal, butuh KEPADA YANG lain UNTUK MENGADAKANNYA, karena sebelumnya tidak ada. Ini adalah makna yang diciptakan, karena semua
perubahan dan semua permulaan adalah dengan kehendak dan Power. Jika Anda mengatakan bahwa Allah bergerak dari satu
tempat ke tempat lain, atau menyusut untuk masuk ke langit yang lebih rendah, maka Anda HAKIKATNYA mengatakan bahwa Dia adalah subjek yang akan dipindahkan
dan dibentuk oleh kuasa DAN KEHENDAK YANG LAIN, yang berarti Dia tidak berbeda dari ciptaan , yaitu tunduk kepada kekuatan
pencipta, dan bahwa SIFAT
nuzuulNYA ADALAH SIFAT YANG dibuat. Apa yang Anda lakukan adalah menggambarkan ciptaan, dan kemudian menyebutnya PENCIPTA YANG DINAMAI Allah. Pada
kenyataannya Anda itu
ateis, karena Anda tidak percaya adanya sesuatu, selain hal-hal yang memiliki awal dan bisa berubah. Memanggil SESUATU YANG DI CIPTA DGN NAMA Allah tidak mengubah arti sebenarnya dari apa yang Anda percaya.
TANYA: Allabagaimana jika salafi mengatakan saya percaya Allah memiliki tangan yang merupakan
SIFAT seperti melihat dan tidak memiliki dimensi, ukuran, etc etc
JAWAB: Saya kira ada banyak kebingungan di antara mereka, terutama di kalangan yang belum
tahu. Para pemimpin mereka kadang-kadang menyembunyikan keyakinan sebenarnya mereka kepada pengikutnya, karena
mereka takuT MENDAPAT sedikit dari pengiKUT, misalnya SEPERTI Ibnu Taimiyah percaya bahwa
dunia adalah abadi, dan bahwa neraka akan berakhir. APA yang kaum Sunni katakan adalah SIFAT Allah BUKAN fisik.mungkin APA YANG ada dalam pikiran MEREKA TENTANG SIFAT ALLAH ADALAH fisik.
TANYA: Apakah KAUM ASY'ARIYAH DALAM hal tangan Allah ITU DIARTIKAN murni metafora??
Ataukah mereka, seperti
beberapa Salafi, MENGATAKAN bahwa
Tangan-Nya literal tetapi tidak serupa dengan tangan kita?
Juga, saya ingin tahu bagaimana menjelaskan kemarahan Allah. Jika Allah benar-benar menjadi marah, bukanKAH itu berarti DIA BERUBAH dari non-kemarahan KE marah,
pada gilirannya, akan berimplikasi ADANya perubahan?
JAWAB;"Yad", atau apaPUN MAKNA DAN diterjemahkan sebagai "tangan," kadang
ditafsirkan sebagai kekuatan.
Beberapa ULAMA, seperti al-Bayhaqiyy, mengatakan bahwa kata "yad"mengacu pada SIFAT selain TANGAN, tapi kita tidak tahu apa
artinya, meskipun sudah pasti bukan tangan.
Adapun għađab, yang Anda terjemahkan sebagai marah, beberapa ULAMA tetap diam mengenai makna, tetapi meyakini bahwa MAKNANYA BUKAN berubah atau emosi. ULAMA Lainnya, seperti Al-Baaqillaaniyy, mengatakan ARTI MARAH ALLAH mengacu pada hukuman Allah untuk
seseorang PENDOSA, dan BUKAN BERubah atau emosi.
TANYA: apa masalahNYA
menegaskan tangan Allah DENGAN mempertahankan bahwa itu tidak memiliki kemiripan apapun DENGAN ciptaan-Nya?
JAWAB: SIKAP MENAFIKAN kemiripan dan menghindari MenafsirKan adalah cara sebagian besar salaf.
Namun, saat ini HAL ITU bisa
menyesatkan. KARENA DI HAWATIRKAN, jika Anda mengatakan "tidak seperti tangan ciptaan",ADA beberapa ORANG akan BERikir TANGAN ALLAH HANYA BEDA jenis,BENTUK DAN UKURAN SAJA DENGAN anggota badan MAHLUK,! Dengan demikian MAKA lebih aman DENGAN mengatakan bahwa hal itu bisa berarti "kekuatan" ketika mengajar.
TANYA: Apakah salah
bagi seorang Muslim untuk tidak menafsirkan ayat-ayat ini karena mereka jatuh ke dalam dunia Mutashabihat?
JAWAB: Seseorang harus
menginterpretasikan sampai sebatas percaya bahwa mereka tidak MENGARTIKAN secara harfiah, dan bahwa SIFAT Allah itu tidak memiliki kemiripan dengan SIFAT fisik atau BERubah, atau yang SEPERTI dibayangkan.
dalam (berbagai) tingkat. Aturan dasar berkaitan dengan SIFAT ALLAH adalah satu, jika MEREKA menegaskan tujuh SIFAT, LALU APA yang mencegah MEREKA dari menegaskan sisanya? Apa bedanya? Ini tidak kurang HANYALAH SEBUAH kontradiksi.
JAWABAN: Tidak ada kontradiksi. As'ariYAH tidak
menyangkal setiap SIFAT yang TELAH Allah tegaskan dalam ALQuran, atau yang ditetapkan oleh hadits tanpa MENGURANGI. Apa yang DI lakukan ASY-ARIYAH adalah percaya bahwa tidak ada SIFAT Allah YANG seperti ciptaan / MAHLUK, OLEH SEBAB ITU,MAKA SIFAT "yad"
bukan berarti tangan fisik, tetapi sesuatu MAKNA lain DALAM KAITAN bahasa Arab,
dan bahwa "DIA tidak menyerupai apa-apa." nuzuul tidak berarti turun fisik, tetapi sesuatu MAKNA lain dalam KAITAN dengan
bahasa Arab. Hal ini karena Allah tidak seperti ciptaan, dan BUKAN anggota badan, lokasi ATAU gerakan,KARENA INI SEMUA adalah atribut dari makhluk. Semua SIFAT Allah dipahami dengan KONSEP ini DALAM MADHAB As'ari, termasuk SIFAT HIDUP, Power, Will, Pengetahuan, KALAM,mendengar dan melihat,
sehingga tidak ada kontradiksi..!
Aturannya adalah menegaskan SIFAT YANG didirikan DENGAN tegas DAN JELAS (NAS-NAS MUHKAMAT), dan menyangkal bahwa
SEMUA SIFAT ITU memiliki kemiripan dengan ciptaan. Untuk LEBIH jelas: ini bukan
penyangkalan terhadap SIFAT, tetapi MEN0LAK kemiripan dengan ciptaan.
JUSTRU Orang-orang yang bertentangan sendiri adalah orang yang berkata, misalnya, bahwa "nuzuul" melibatkan gerakan, karena ini bertentangan,KARENA
Gerakan TURUN adalah SIFAT YANG dibuat, karena memiliki awal dan MEMILIKI kebutuhan spesifikasi, SEDANGKAN DALAM AYAT YANG LAIN ALLAH BERFIRMAN: "Dia tidak menyerupai apa pun.".NAH GERAKAN TURUN, AWALNYA tidak ada, dan kemudian ada, sehingga MEMBUTUHKAN seorang pencipta.
Selain itu, GERAKAN memerlukan spesifikasi "dari tempat ke tempat," dan JUGA "UKURAN kecepatan."
MAKA Jelas , Allah tidak dikaitkan dengan gerakan, karena SIFAT ALLAH itu tidak diciptakan.
Selain itu, untuk percaya bahwa Allah bergerak ke langit dunia ini, HAKIKATNYA percaya bahwa Allah di dalam ciptaan, karena LANGIT PERTAMA ada di bawah ENAM langit. Ini merupakan PENGINGKARAN TERHADAP konsensus semua umat Islam.
Akhir KATA, telah ditetapkan dalam sebuah hadits YANG diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan dikonfirmasi oleh Al-Asqalani (Fath-al-Baari, V.13/ P.411) bahwa Nabi berkata:
"ﻣﺎ ﺍﻟﺴﻤﺎﻭﺍﺕ ﺍﻟﺴﺒﻊ ﻣﻊ ﺍﻟﻜﺮﺳﻲ ﺇﻻ
ﻛﺤﻠﻘﺔ ﻣﻠﻘﺎﺓ ﺑﺄﺭﺽ ﻓﻼﺓ ﻭﻓﻀﻞ
ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﺮﺳﻲ ﻛﻔﻀﻞ ﺍﻟﻔﻼﺓ
ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﻠﻘﺔ" "
: Langit Tujuh dibandingkan
dengan Kursiy seperti
sebuah cincin dilemparkan di tanah gurun, dan ukuran ArAsY dibandingkan dengan Kursiy adalah seperti ukuran padang pasir dibandingkan dengan cincin
itu. "
Dengan demikian, jika seseorang percaya Allah turun secara fisik, maka HAKIKATNYA ia mengatakan bahwa Allah MENGECILKAN DZATNYA,KARENA LANGIT seperti cincin di padang
pasir dibandingkan dengan
Kursiy.
TIDAK ada keraguan bahwa semua ini adalah PENGINGKARAN !!
TANYA-JAWAB
TANYA: apakah Anda meremehkan qudra Allah ??, apakah anda berpikir
mustahil bagi Allah untuk
melakukan itu? ya SECARA logis mustahil, tetapi bagi Allah adalah mungkin !!
JAWAB: Anda tidak masuk akal. Sebagai catatan, yang saya percaya adalah tidak mungkin bagi pencipta MENJADI ciptaan / MAHLUK, KAMI tidak seperti ateis! sehingga tidak mungkin DIA harus seperti ciptaan, atau diubah oleh apapun. Saya tidak MEMPERMASALAHKAN
tentang kata-kata, tapi
tentang makna KATA ITU, TOH SETIAP KATA ADA MAKNA, dan apa pun yang berubah, atau memiliki awal, butuh KEPADA YANG lain UNTUK MENGADAKANNYA, karena sebelumnya tidak ada. Ini adalah makna yang diciptakan, karena semua
perubahan dan semua permulaan adalah dengan kehendak dan Power. Jika Anda mengatakan bahwa Allah bergerak dari satu
tempat ke tempat lain, atau menyusut untuk masuk ke langit yang lebih rendah, maka Anda HAKIKATNYA mengatakan bahwa Dia adalah subjek yang akan dipindahkan
dan dibentuk oleh kuasa DAN KEHENDAK YANG LAIN, yang berarti Dia tidak berbeda dari ciptaan , yaitu tunduk kepada kekuatan
pencipta, dan bahwa SIFAT
nuzuulNYA ADALAH SIFAT YANG dibuat. Apa yang Anda lakukan adalah menggambarkan ciptaan, dan kemudian menyebutnya PENCIPTA YANG DINAMAI Allah. Pada
kenyataannya Anda itu
ateis, karena Anda tidak percaya adanya sesuatu, selain hal-hal yang memiliki awal dan bisa berubah. Memanggil SESUATU YANG DI CIPTA DGN NAMA Allah tidak mengubah arti sebenarnya dari apa yang Anda percaya.
TANYA: Allabagaimana jika salafi mengatakan saya percaya Allah memiliki tangan yang merupakan
SIFAT seperti melihat dan tidak memiliki dimensi, ukuran, etc etc
JAWAB: Saya kira ada banyak kebingungan di antara mereka, terutama di kalangan yang belum
tahu. Para pemimpin mereka kadang-kadang menyembunyikan keyakinan sebenarnya mereka kepada pengikutnya, karena
mereka takuT MENDAPAT sedikit dari pengiKUT, misalnya SEPERTI Ibnu Taimiyah percaya bahwa
dunia adalah abadi, dan bahwa neraka akan berakhir. APA yang kaum Sunni katakan adalah SIFAT Allah BUKAN fisik.mungkin APA YANG ada dalam pikiran MEREKA TENTANG SIFAT ALLAH ADALAH fisik.
TANYA: Apakah KAUM ASY'ARIYAH DALAM hal tangan Allah ITU DIARTIKAN murni metafora??
Ataukah mereka, seperti
beberapa Salafi, MENGATAKAN bahwa
Tangan-Nya literal tetapi tidak serupa dengan tangan kita?
Juga, saya ingin tahu bagaimana menjelaskan kemarahan Allah. Jika Allah benar-benar menjadi marah, bukanKAH itu berarti DIA BERUBAH dari non-kemarahan KE marah,
pada gilirannya, akan berimplikasi ADANya perubahan?
JAWAB;"Yad", atau apaPUN MAKNA DAN diterjemahkan sebagai "tangan," kadang
ditafsirkan sebagai kekuatan.
Beberapa ULAMA, seperti al-Bayhaqiyy, mengatakan bahwa kata "yad"mengacu pada SIFAT selain TANGAN, tapi kita tidak tahu apa
artinya, meskipun sudah pasti bukan tangan.
Adapun għađab, yang Anda terjemahkan sebagai marah, beberapa ULAMA tetap diam mengenai makna, tetapi meyakini bahwa MAKNANYA BUKAN berubah atau emosi. ULAMA Lainnya, seperti Al-Baaqillaaniyy, mengatakan ARTI MARAH ALLAH mengacu pada hukuman Allah untuk
seseorang PENDOSA, dan BUKAN BERubah atau emosi.
TANYA: apa masalahNYA
menegaskan tangan Allah DENGAN mempertahankan bahwa itu tidak memiliki kemiripan apapun DENGAN ciptaan-Nya?
JAWAB: SIKAP MENAFIKAN kemiripan dan menghindari MenafsirKan adalah cara sebagian besar salaf.
Namun, saat ini HAL ITU bisa
menyesatkan. KARENA DI HAWATIRKAN, jika Anda mengatakan "tidak seperti tangan ciptaan",ADA beberapa ORANG akan BERikir TANGAN ALLAH HANYA BEDA jenis,BENTUK DAN UKURAN SAJA DENGAN anggota badan MAHLUK,! Dengan demikian MAKA lebih aman DENGAN mengatakan bahwa hal itu bisa berarti "kekuatan" ketika mengajar.
TANYA: Apakah salah
bagi seorang Muslim untuk tidak menafsirkan ayat-ayat ini karena mereka jatuh ke dalam dunia Mutashabihat?
JAWAB: Seseorang harus
menginterpretasikan sampai sebatas percaya bahwa mereka tidak MENGARTIKAN secara harfiah, dan bahwa SIFAT Allah itu tidak memiliki kemiripan dengan SIFAT fisik atau BERubah, atau yang SEPERTI dibayangkan.
Label:Pujian Buat Junjungan
Aqidah asy'ariyah menjawab
Senin, 02 Mei 2011
Mengkompromikan antara ''ayat istawa dan ayat laesa kamitslihi''
Pertama-tama prinsip dasar untuk memahami ayaT Quran dan Hadis Nabi adalah MENGAMBIL MAKNA YANG paling mutlak, YAITU makna literal dan jelas, kecuali JIKA ada buktI BAHWA MAKNA LITERAL ITU tidak LAYAK, KARENA ADA bukti YANG MEMALINGKAN MAKNA LITERALNYA DARI ayaT-AYAT DAN hadis lain, dan bahwasanya preferensi belaka tidak dapat diterima untuk KASUS SEPERTI INI, YANG Menyortir masalah ini adalah TUGAS ILMU Usul al-Fiqh, YAITU metodologi untuk mengetahui perintah-
perintah dari Al-Qur'an dan
Sunnah, aturan ini PUN memerlukan bukti, seperti yang disebutkan DI ATAS, TUJUANNYA untuk menghindari orang DARI menafsirkan TEXT suci SESUKA HATINYA, DI SAMPING MESTI mengakui bahwa tidak semua AYAT dalam Quran dapat dipahami secara harfiah, karena hal itu akan mengarah KEPADA TERJADINYA Pertentangan
ANTARA SATU AYAT DGN AYAT YANG LAIN .
Jika ADA ORANG YANG MENGATAKAN BAHWA TIDAK BENAR KAIDAH-KAIDAH DAN bukti BISA MEMALINGKAN MAKNA LITERAL harfiah AYAT !!, maka JAWABANNYA: UNTUK APA ALLAH mengirimkan seorang nabi ??, INGATLAH BAHWA pesan DALAM NAS-NAS SUCI itu terbuka untuk interpretasi apapun SEBAGAIMANA yang di inginkan SETIAP ORANG. Misalnya, satu waktu teman saya YANG non Muslim melihat wanita SOLAT sebagai Imam DALAM SOLAT Jum `aT di Amerika Serikat, Dia berkata, "Nah,ini adalah interpretasi-nya, "
bahwa seorang wanita BOLEH memimpin SOLAT Jum `ah. Aku berkata padanya, "DALAM MEMBUAT Interpretasi memiliki aturan, SEBAB jika di perbolehkan untuk membuat penafsiran DENGAN CARA apapun, maka apa yang akan menjadi TOLAK UKUR ALLAH mengirimkan seorang nabi ??" Dia tidak bisa menjawab.
Singkatnya, pemahaman seseorang tentang pernyataan dalam Quran harus MENGAMBIL MAKNA LITERAL, jelas, kecuali ada bukti dari teks lain, atau DARI ijma,BAHWA MAKNA LITERALNYA TIDAK JELAS DAN TIDAK LAYAK..!
OLEH SEBAB itu, perbedaan antara AYAT "DIA tidak menyerupai apa-PUN ," dan AYAT "istawa" ,MAKA AYAT yang pertama menyangkal ADANYA kemiripan apa pun kepada Allah. DAN AYAT Yang KE DUA menegaskan "istawa", SUPAYA konsisten PADA MAKNA DOHIR, maka kita MENYATAKAN istawa tanpa ADANYA kemiripan dengan sesuatu JISIM / FISIK, karena hal-hal yang diciptakan (ALAM) adalah fisik, terbatas dan kuantitatif, dan karena itu MAKA membutuhkan KEPADA SANG PENCIPTA untuk menciptakan SEMUANYA.
Itulah mengapa Salaf berkata "istawa bi-laa kayf," "istawa tanpa bagaimana", DAN mereka (SALAF) tidak mengatakan "DIA menyerupai ciptaan-Nya -.
TAPI Tanpa bagaimana", Pernyataan pertama penegasan YANG diikuti oleh negasi parsial, pernyataan kedua Jelas omong kosong, KARENA JIKA MENYERUPAI MAHLUK, MAKA PASTI ADA 'BAGAIMANA'.
Ini DI ANGGAP cukup ... ..!!
.
Memahami AYAT: "ALLAH tidak menyerupai apapun"
Ketika kita ingin memahami "Dia tidak menyerupai apa-PUN," kita perlu memahami apa makna CIPTAAN (ALAM ATAU MAHLUK) dan APA ORGAN yang eksklusif PADA
ciptaan (MAHLUK ATAU ALAM). Kita juga perlu
mengidentifikasi makna DARI SIFAT YANG ADA PADA CIPTAAN, sehingga AKHIRNYA kita percaya bahwa Allah berbeda dari ciptaan-Nya SECARA MUTLAK BUKAN SEKEDAR PERBEDAAN seperti makhluk berbeda ANTARA satu sama YANG lainNYA, SEBAB Bagaimanapun,segala
sesuatu YANG diciptakan berbeda satu sama lain dalam beberapa ORGAN,APAKAH KELIHATAN jelas atau SAMAR, bahkan TERKADANG hanya BERBEDA waktu atau lokasi SAJA. Jika kita tidak memperhatikan hal ini, MAKA kita AKAN mengatakan bahwa makna dari ayat ;ALLAH BERBEDA DENGAN APA PUN" DALAM ARTIAN SEPERTI: PerbedaAN SEGALA SESUATU dari segala sesuatu yang lain," dan FEMAHAMAN SEPERTI INI, jelas tidak diperbolehkan.
Sebelum kita melakukan PENELITIAN, SUPAYA menjadi jelas bahwa AYAT: "Dia
tidak menyerupai apa pun,"
MERUPAKAN AYAT yang meniadakan sesuatu KEMIRIPAN dari Allah, AYAT INI berbeda dengan penegasan AYAT seperti "istawa"YANG BERKAITAN LANGSUNG DGN DZAT ALLAH, DAN kita dilarang dari merenungkan makna AYAT yang BERKAITAN DENGAN DZAT Allah. TETAPI Kita tidak
dilarang merenungkan DAN MENELAAH tentang ciptaanNYA, bagaimanapun,
tidak salah mengidentifikasi makna dan ORGAN YANG ADA dalam ciptaan SUPAYA TAU bahwa Allah tidak dikaitkan dengan SEMUA HAL YANG ADA PADA CIPTAAN, KARENA CIPTAAN memerlukan YANG Mencipta.
Merenungkan CIPTAAN di ANJURKAN dalam Quran, seperti di:
ﺇﻥ ﻓﻲ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺴﻤﺎﻭﺍﺕ ﻭﺍﻷﺭﺽ
ﻭﺍﺧﺘﻼﻑ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻭﺍﻟﻨﻬﺎﺭ ﻵﻳﺎﺕ
ﻷﻭﻟﻲ ﺍﻷﻟﺒﺎﺏ
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan Langit dan Bumi, dan perbedaan malam dan siang adaLAH
MENGANDUNG tanda-tanda bagi mereka yang memiliki pikiran perseptif." (Aal `Imran: 190)
ﺃﻓﻼ ﻳﻨﻈﺮﻭﻥ ﺇﻟﻰ ﭐﻹﺑﻞ ﻛﻴﻒ
ﺧﻠﻘﺖ
Artinya: "Apa, apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana
unta diciptakan"
Berdasarkan hal ini, ketika kita melihat ciptaan (ALAM), kita melihat bahwa segala ciptaan memiliki jumlah,BENTUK dan batas, yaitu memiliki ukuran fisik. Kami juga melihat bahwa ALAM datang DENGAN berbeda jenis DAN bentuk, SEMUA YANG DI ALAM tidak selalu
mirip satu sama lain dalam
segala aspek, karena mereka memiliki batas, waktu, lokasi, atribut dll YANG BERBEDA, tapi SEMUA SAMA YAITU MEMILIKI Sifat yang terbatas dan TERBAGI DARI JUZ-JUZ kuantitatif.
CONTOH kursi misalnya, sangat berbeda dari seorang manusia, tetapi SAMA dalam beberapa aspek, seperti memiliki berat dan BENTUK JUGA volume.
Dari pengamatan ini, kita tahu bahwa Allah bukanlah sesuatu yang terbatas, bukan sesuatu yang terukur atau kuantitatif,
karena Allah tidak hanya berbeda dari ciptaan / MAHLUK SEPERTI PERBEDAAN ANTARA MAHLUK satu sama YANG lain, DIA benar-benar berbeda dari ciptaan, DIA bukan sesuatu yang terukur, terbatas atau
kuantitatif. .
Perhatikan bahwa ketika kita menggunakan kata yang sama untuk SIFAT MAHLUK sebagaiMANA kita gunakan untuk SIFAT Allah,
seperti pengetahuan, maka kita tahu bahwa MAKNANYA benar-benar berbeda. pengetahuan Allah bukanlah sesuatu yang terbatas, DAN PENGETAHUANNYA tidak di lokasi seperti otak, JADI tidak seperti kita, NAH HAL INI BERBEDA DENGAN KATA naik atau Turun, KARENA NAIK DAN TURUN TDK BISA TANPA JISIM DAN TEMPAT.
Kita juga bisa mengatakan: dunia sekitar kita ini penuh dengan entitas dengan ukuran, meskipun berbeda dalam atribut seperti bentuk, kepadatan,rasa,JENIS dll, MAKA bagaimanapun hal-hal dengan ukuran, adalah sama YAITU untuk semua CIPTAAN / ALAM / MAHLUK. Karena Allah BUKAN jenis yang sama seperti ciptaan / MAHLUK, maka DIA bukanlah sesuatu dengan ukuran, dan tidak di suatu tempat. Selanjutnya, kita Katakan bahwa YANG BUTUH tempat adalah ciptaan, karena itu sesuatu selain Allah, DAN ALLAH tidak di dalam TEMPAT, karena ALLAH ada sebelum SEMUA itu ADA.
Untuk menjelaskan lebih lanjut arti AYAT "Dia tidak menyerupai apa-apa," KITA ambil bukti DARI PERKATAAN Abu Hanifah yang menunjukkan kemustahilan KEPADA seorang ateis: "Anda tidak bisa membayangkan satu kapal
berjalan tanpa ada orang YANG MENJALANKAN DAN YANG MENGATURnya, Namun Anda berpikir bahwa seluruh dunia ini, yang berjalan tepat, KENAPA ANDA BISA MEMBAYANGKAN tidak ada yang MENGATURNYA ?, dan tak ADA YANG memilikiNYA "
bukti seperti ini ADALAH argumen yang didasarkan pada desain, urutan penciptaan, dan SEMUA INI
juga ditemukan dalam Quran, DALAM Quran tidak ADA bukti-bukti logis YANG cacat, jadi kita bisa berasumsi bahwa ARGUMEN DGN SEMUA ITU adalah sah. Jika Anda perhatikan dengan teliti bukti tersebut, dan SElain DARI itu, maka Anda dapat mendeteksi arti bahwa Allah tidak menyerupai ciptaan-Nya. Hal ini karena ketika Anda menentukan SIFAT ciptaan / ALAM yang begitu jelas,MAKA ALAM perlu KEPADA
pencipta, maka Anda dapat
mengetahui BAGAI MANA SIFAT YANG MUSTAHIL ADA PADA Sang Pencipta. Anda
dapat mengetahui hal ini, karena Allah tidak memiliki DAN TIDAK BUTUH PADA Pencipta.
Dari bukti BAHWA SEMUA YANG ADA DI ALAM INI MEMPUNYAI kreasi DAN spesifikasi kebutuhan KEPADA YANG MENENTUKANNYA, Seperti apa? DI lokasi MANA? Berapa volume? BAGAMAINA kuantitas ? BGMN Ukuran ? BGMN bentuknya? Bagaimana lebar? Apa warna? Apa rasa? Apa suhu? Apa batas ? Dimana? Seberapa cepat? Dll
Semua SIFAT ALAM /MAHLUK /CIPTAAN MeMbutuhKan
spesifikasi,DENGAN INI Jelas BAHWA Allah bukanlah sesuatu spesifikasi YANG berlaku untuk JISIM,sehingga Ia bukan tubuh, dan karenanya tidak MENempat, karena tubuh adalah SEsuatu YANG MENempat.
Ulama besar Salaf IMAM At-Tahaawi menyatakan:
{Allah TIDAK memiliki,ekstrem batas, sudut,anggota badan atau instrumen,TIDAK DI Keenam arah atas, bawah,depan, belakang, kiri dan kanan, tidak, sepertI segala sesuatu DARI CIPTAANYA }.
D iriwayatkan oleh Muslim dan Al-Baihaqi:
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻧﺖ ﺍﻷﻭﻝ ﻓﻠﻴﺲ ﻗﺒﻠﻚ ﺷﻲﺀ
ﻭﺃﻧﺖ ﺍﻵﺧﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﺑﻌﺪﻙ ﺷﻲﺀ ﻭﺃﻧﺖ
ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﻓﻮﻗﻚ ﺷﻲﺀ ﻭﺃﻧﺖ
ﺍﻟﺒﺎﻃﻦ ﻓﻠﻴﺲ ﺩﻭﻧﻚ ﺷﻲﺀ
"Ya Allah, Engkau adalah AL AWAL, DAN tidak ada APA_APA sebelum ENGKAU, dan ENGKAU adalah AL akhir DAN tidak ada APA_APA setelah ENGKAU. DAN ENGKAU Al-DH0hir DAN tidak ada APA-APA di atas ENGKAU Dan ENGKAU adalah Al-Baatin,DAN tidak ada APA-APA di bawah ENGKAU.
"Jika tidak ada di atas-Nya dan tidak ada yang di bawah-Nya., Maka ALLAH bukanlah tubuh atau DI arah, dan Dia tidak memiliki
spesifikasi fisik.
INILAH SEBABNYA Mengapa orang tidak dapat berkata "Dia tidak menyerupai apa pun," TETAPI Dia BERTEMPAT DAN BERarah''.
Perbedaan lain antara AYAT:"Dia tidak menyerupai apa-apa," dan "istawa" adalah bahwa AYAT pertama MEMILIKI ARTI YANG jelas,sedangkan yang kedua tidak,KARENA LAFAD "istawa" memiliki BAYAK KEMUNGKINAN arti dalam bahasa Arab.
Untuk MENGKOMPROMIKAN antara kedua AYAT INI, KITA TAU BAHWA UTK memahami AYAT:"Dia tidak menyerupai apa-PUN," ITU ADALAH AYAT mutlak dan harfiah (AYAT MUHKAMAT), MAKA DALAM arti "istawa" KITA CARI salah satu makna dalam bahasa Arab yang tidak bertentangan dengan AYAT:"Dia tidak menyerupai apa-PUN " YAITU ARTI YANG TDK memiliki makna BAHWA Allah berada di suatu tempat atau arah, karena
HAL ITU berarti Dia memiliki batas fisik, dan INI akaN membatalkan AYAT:". Dia tidak menyerupai "apa-PUN .
JUGA alasan lain mengapa
tempat atau arah tidak dapat dikecualikan dari literal AYAT:"Dia tidak menyerupai apapun" KARENA ADA teks eksplisit YANG SUDAH disebutkan sebelumnya, yaitu SABDA Nabi SAWA:
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻧﺖ ﺍﻷﻭﻝ ﻓﻠﻴﺲ ﻗﺒﻠﻚ ﺷﻲﺀ
ﻭﺃﻧﺖ ﺍﻵﺧﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﺑﻌﺪﻙ ﺷﻲﺀ ﻭﺃﻧﺖ
ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﻓﻮﻗﻚ ﺷﻲﺀ ﻭﺃﻧﺖ
ﺍﻟﺒﺎﻃﻦ ﻓﻠﻴﺲ ﺩﻭﻧﻚ ﺷﻲﺀ
"Ya Allah, Engkau YANG AWAL, DAN tidak ada APAPUN sebelum ENGKAU, dan ENGKAU adalah AL akhir DAN tidak ada SESUATU
setelah ENGKAU,. ENGKAU Al-Dh0hir DAN tidak ada SESUATU di atas ENGKAU.
Dan ENGKAU adalah Al-Baatin, DAN tidak ada SESUATU di bawaH ENGKAU. "
Jika TIDAK ada sesuatu pun di atas-Nya dan tidak ada SESUATU di bawah Dia, maka
Dia tidak BERTempat atau arah, jadi jika seseorang percaya istawa memiliki arti harfiah Allah berada di suatu tempat atau arah, maka BERTENTANGAN DENGAN AYAT YANG JELAS:"Dia tidak menyerupai apapun ", DAN AYAT INI hampir tidak berarti, karena semua ciptaan seperti yang kita tahu,
adalah BERtempat dan BERarah DAN menjadi terbatas OLEH ALAM dan JUGA kuantitatif . DI SISI LAIN juga bertentangan dengan HADIS YANG jelas "" Kau adalah Al-DHOhir DAN tidak ada SESUATU di atas ENGKAU.Dan ENGKAU adalah Al-Baatin, DAN tidak ada SESUATU di bawah ENGKAU. "
Perhatikan bahwa hadits ini
adalah pujian UNTUK Allah, nama-Nya DAN SIFATNYA adalah kesempurnaan dan kebesaran.
Berada di tempat atau arah
bukanlah SIFAT kesempurnaan; secara fisik di tempat yang tinggi BUKAN kebesaran, karena jika KETINGGIAN TEMPAT itu KEBESARAN, maka Tibet akan lebih baik dari Makkah. Selain itu, berada di arah PASTI memiliki batas. Nabi SAW kemudian,menyatakan dengan jelas dalam ĥadiitS bahwa KETINGGIAN Allah disebutkan dalam teks-teks lainnya tidak MERUJUK PADA arah.
Akhirnya, dengan menyatakan "istawa" secara fisik di atas, MAKA INI SAMA DENGAN MENYATAKAN batas PADA pencipta dan dengan demikian SAMA DGN menyatakaN BAHWA hal-hal
yang terbatas BISA ada, tanpa pencipta. Dengan melakukan METODE ini akan bertentangan dengan bukti-bukti keberadaan Allah,karena orang tidak dapat mengatakan bahwa: 'tidak ada ''SESUATU yang terbatas'' bisa eksis tanpa ADA pencipta'',DI SISI LAIN juga SAMA DGN menghina Allah KARENA menghubungkan BATAS kepada-Nya.
Bagaimana menangani arti "istawa"??
Solusi yang terbaik, SALAH SATUNYA adalah hanya MENGATAKAN: "istawa" ADALAH SIFAT ALLAH dan "tanpa bagaimana" SUPAYA SELARAS DGN AYAT: "Dia
tidak menyerupai apapun". DAN satu cara yang tersisa YAITU dengan MEMAKNAI ISTAWA DENGAN MAKNA YANG MUNGKIN DARI berbagai MAKNA YANG ADA PADA LAFAD " istawa" DENGAN MAKNA yang BUKAN dalam arti FISIK, dan tidak
bertentangan DENGAN ayat-ayat yang sangat jelas dan spesifik lainnya, Dengan
kata lain, kita harus menghindari membatasi arti harfiah ISTIWA DENGAN KESIMPULAN DARI AYAT;"Dia tidak menyerupai apapun" dan HADIS:"Ya Allah, Engkau adalah Al-DOhir DAN tidak ada SESUATU di atas ENGKAU. . Dan ENGKAU adalah Al-Batin, DAN tidak ada SESUATU di bawah ENGKAU ",
DI ANTARA ALASAN LAIN KEHARUSAN menghindari batas kepada Allah ADALAH KARENA bertentangan dengan firman Allah:
ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﻫﻮ ﻟﻪ ﺍﻷﺳﻤﺎﺀ ﺍﻟﺤﺴﻨﻰ
Arti "Tidak ada Tuhan selain Dia,Dia mempunyai nama-nama yang INDAH." (THaha: 8)
Bagaimanapun,TIDAK BISA menetapkan salah satu ARTI spesifik non-fisik untuk "istawa", karena tidak jelas dalam bahasa Arab mana MAKNA YANG dimaksudkan, dan MANA makna yang tidak DI MAKSUD, OLEH KARENA ITU sebagian besar Salaf
meninggalkannya DENGAN mengatakan "istawa tanpa bagaimana," dan JUGA tidak DENGAN menafsirkan makna non-fisik,LALU mengatakan "tanpa bagaimana".
Hal ini karena takut berbicara tentang Allah tanpa bukti, dan TAKUT AKAN berakhir DENGAN memberi arti yang tidak TEPAT, sehingga SALAF menyangkal salah satu MAKNA YANG dimaksud, YAITU ta `Wiil dalam ISTILAH bahasa Arab.
Perhatikan bahwa ketika Salaf berkata "istawa bi-laa kayf," BUKAN berarti BAHWA :"ADA MAKNA FISIK CUMA tanpa mengetahui bagaimana KEADAANNYA," karena beberapa ORANG berpikir SEPERTI ITU. Secara
harfiah, bi-laa kayf berarti, "bi-(dengan) laa ( tidak ADA) kayf ( KEADAAN.)" APAKAH SALAF TIDAK FAHAM BAHASA ARAB,SHGG CUKUP MENGATAKAN BILA KAIF?? mereka tahu bahasa Arab dengan sangat baik,dan MEREKA tahu ISARAH Allah DALAM AYAT MUTASABIH, SIKAF SALAF SEPERTI INI membuat jelas bahwa Allah bukan sesuatu fisik atau
temporal. Ini BERBEDA dengan KEJADIAN SEKARANG PADA FEMAHAMAN kebanyakan orang.
SEM0GA PENJELASAN INI berhasil membuat jelas bahwa BUKAN MENOLAK istawa TETAPI menolak SIFAT fisik.
Anda bisa melihat PERKATAAN Ibn Al-Jawzi's DALAM "Daf 'Shubah al Tashbhi"":Dan mereka (ULAMA MADHAB Hanbali YANG MENYIMPANG) membuat KETINGGIAN SECARA fisik PADA Allah, dan MEREKA LALAI bahwa KETINGGIAN fisik hanya
bisa untuk tubuh, atau elemen YANG terbagi DARI JUZ, dan KETINGGIAN yang
dapat digunakan untuk SIFAT ALLAH ADALAH KETINGGIAN DALAM arti
status yang tinggi, misalnya: RAJA BERADA DI ATAS RAKYAT'
KETINGGIAN fisik disangkal, karena merupakan KETINGGIAN terbatas,karena melibatkan setidaknya
satu batas fisik. Misalnya, jika seseorang mengatakan bahwa Allah secara fisik di atas `Arsy, maka SEOLAH ia mengatakan bahwa Allah memiliki batas berdekatan dengan ARASY.
Namun, perlu diketahui bahwa BEBERAPA ORANG mencoba untuk menggunakan DIAMNYA para ulama SALAF tentang istawa untuk menyebarkan
kepalsuan bahwa Allah adalah fisik / JISIM, SHGG SEBAGIAN ULAMA memutuskan untuk menyebutkan MAKNA khusus non-arti fisik,TERHADAP ISTAWA seperti MENGUASAI. Hal ini TERJADI JUGA DI KALANGAN Salaf,SIKAP INI untuk menenangkan pikiran 0RANG YANG tidak berpendidikan (yang jauh dari pola pikir dan kemampuan FEMAHAMAN para sahabat Nabi) sehingga mereka tidak akan terus memikirkan masalah ini.
Mereka melakukan HAL ini, meskipun kebanyakan dari
mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan tertentu tentang makna istawa
SECARA spesifik, dan bahwa pendekatan paling aman adalah tetap diam ketika seseorang tidak memiliki pengetahuan tertentu TENTANGNYA, TETAPI BAGAIMANA PUN HAL ini dianggap masalah kecil dibandingkan DENGAN bahaya orang yang mempercayai BAHWA Allah ADALAH sesuatu YANG MENempat atau BERarah.
Perhatikan juga bahwa apakah arti non-fisik teks Kitab Suci yang memiliki makna fisik jelas diketahui atau tidak?!?, misalnya, banyak ahli MENtafsirkan AYAT YANG secara TERJEMAH harfiah:, "Ia BERSAMA KALIAN di manapun KALIAN berada, DI ARTIKAN DENGAN "pengetahuan," YAKNI Allah TAU tentang KALIAN, dan apa yang KALIAN lakukan, di manapun KALIAN berada. Jelas ayat ini juga tidak DI ARTIKAN secara harfiah.
Teks Quran dan hadits penuh dengan ekspresi kiasan seperti CONTOH TADI, dan HAL INI dikenal luas.
TEXT MUTASABEHAT TIDAK menimbulkan KEMUSKILAN di kalangan para sahabat,karena mereka tahu bahwa Allah tidak terbatas,sebagaimana DIA tidak memiliki Pencipta, dengan kata lain, bahkan tidak TERBERSIT MAKNA FISIK PADA pikiran mereka, sama seperti ketika Anda
mendengar "SAYA menyentuh HATI seseorang," ANDA tahu bahwa itu
bukan ARTI harfiah, karena Anda tahu TANGAN SAYA TIDAK BISA MENYENTUH HATI ORANG.
Jika seseorang mengatakan:
1) bahwa Allah Dhat DI ATAS arsy tanpa BERSENTUHAN dengan arsy tersebut.
2) Allah tanpa batas
3) arsy tersebut memiliki
batasan.
INI ADALAH cara KONTRADIKSI, melakukan 1 dan hasil 3 berarti bahwa Allah TERbatasi. 1 dan 3 bertentangan.
-
PERTANYAAN:
jika seseorang mengatakan
bahwa DI ATAS adalah DI ATAS fisik tanpa di bawah.
APAKAH ini berlaku? jika tidak. mengapa?
JAWABAN:
Saya pikir itu adalah jelas bahwa jika ada sesuatu yang di atas sesuatu maka ia harus memiliki batas berdekatan dengan itu. Ini
tidak perlu penjelasan. Hal ini juga jelas bahwa ketika sesuatu secara fisik di atas sesuatu, maka ADA sesuatu yang di bawahnya, jika tidak, MAKA bagaimana hal itu DIKATAKAN berada di atas itu??!
perintah dari Al-Qur'an dan
Sunnah, aturan ini PUN memerlukan bukti, seperti yang disebutkan DI ATAS, TUJUANNYA untuk menghindari orang DARI menafsirkan TEXT suci SESUKA HATINYA, DI SAMPING MESTI mengakui bahwa tidak semua AYAT dalam Quran dapat dipahami secara harfiah, karena hal itu akan mengarah KEPADA TERJADINYA Pertentangan
ANTARA SATU AYAT DGN AYAT YANG LAIN .
Jika ADA ORANG YANG MENGATAKAN BAHWA TIDAK BENAR KAIDAH-KAIDAH DAN bukti BISA MEMALINGKAN MAKNA LITERAL harfiah AYAT !!, maka JAWABANNYA: UNTUK APA ALLAH mengirimkan seorang nabi ??, INGATLAH BAHWA pesan DALAM NAS-NAS SUCI itu terbuka untuk interpretasi apapun SEBAGAIMANA yang di inginkan SETIAP ORANG. Misalnya, satu waktu teman saya YANG non Muslim melihat wanita SOLAT sebagai Imam DALAM SOLAT Jum `aT di Amerika Serikat, Dia berkata, "Nah,ini adalah interpretasi-nya, "
bahwa seorang wanita BOLEH memimpin SOLAT Jum `ah. Aku berkata padanya, "DALAM MEMBUAT Interpretasi memiliki aturan, SEBAB jika di perbolehkan untuk membuat penafsiran DENGAN CARA apapun, maka apa yang akan menjadi TOLAK UKUR ALLAH mengirimkan seorang nabi ??" Dia tidak bisa menjawab.
Singkatnya, pemahaman seseorang tentang pernyataan dalam Quran harus MENGAMBIL MAKNA LITERAL, jelas, kecuali ada bukti dari teks lain, atau DARI ijma,BAHWA MAKNA LITERALNYA TIDAK JELAS DAN TIDAK LAYAK..!
OLEH SEBAB itu, perbedaan antara AYAT "DIA tidak menyerupai apa-PUN ," dan AYAT "istawa" ,MAKA AYAT yang pertama menyangkal ADANYA kemiripan apa pun kepada Allah. DAN AYAT Yang KE DUA menegaskan "istawa", SUPAYA konsisten PADA MAKNA DOHIR, maka kita MENYATAKAN istawa tanpa ADANYA kemiripan dengan sesuatu JISIM / FISIK, karena hal-hal yang diciptakan (ALAM) adalah fisik, terbatas dan kuantitatif, dan karena itu MAKA membutuhkan KEPADA SANG PENCIPTA untuk menciptakan SEMUANYA.
Itulah mengapa Salaf berkata "istawa bi-laa kayf," "istawa tanpa bagaimana", DAN mereka (SALAF) tidak mengatakan "DIA menyerupai ciptaan-Nya -.
TAPI Tanpa bagaimana", Pernyataan pertama penegasan YANG diikuti oleh negasi parsial, pernyataan kedua Jelas omong kosong, KARENA JIKA MENYERUPAI MAHLUK, MAKA PASTI ADA 'BAGAIMANA'.
Ini DI ANGGAP cukup ... ..!!
.
Memahami AYAT: "ALLAH tidak menyerupai apapun"
Ketika kita ingin memahami "Dia tidak menyerupai apa-PUN," kita perlu memahami apa makna CIPTAAN (ALAM ATAU MAHLUK) dan APA ORGAN yang eksklusif PADA
ciptaan (MAHLUK ATAU ALAM). Kita juga perlu
mengidentifikasi makna DARI SIFAT YANG ADA PADA CIPTAAN, sehingga AKHIRNYA kita percaya bahwa Allah berbeda dari ciptaan-Nya SECARA MUTLAK BUKAN SEKEDAR PERBEDAAN seperti makhluk berbeda ANTARA satu sama YANG lainNYA, SEBAB Bagaimanapun,segala
sesuatu YANG diciptakan berbeda satu sama lain dalam beberapa ORGAN,APAKAH KELIHATAN jelas atau SAMAR, bahkan TERKADANG hanya BERBEDA waktu atau lokasi SAJA. Jika kita tidak memperhatikan hal ini, MAKA kita AKAN mengatakan bahwa makna dari ayat ;ALLAH BERBEDA DENGAN APA PUN" DALAM ARTIAN SEPERTI: PerbedaAN SEGALA SESUATU dari segala sesuatu yang lain," dan FEMAHAMAN SEPERTI INI, jelas tidak diperbolehkan.
Sebelum kita melakukan PENELITIAN, SUPAYA menjadi jelas bahwa AYAT: "Dia
tidak menyerupai apa pun,"
MERUPAKAN AYAT yang meniadakan sesuatu KEMIRIPAN dari Allah, AYAT INI berbeda dengan penegasan AYAT seperti "istawa"YANG BERKAITAN LANGSUNG DGN DZAT ALLAH, DAN kita dilarang dari merenungkan makna AYAT yang BERKAITAN DENGAN DZAT Allah. TETAPI Kita tidak
dilarang merenungkan DAN MENELAAH tentang ciptaanNYA, bagaimanapun,
tidak salah mengidentifikasi makna dan ORGAN YANG ADA dalam ciptaan SUPAYA TAU bahwa Allah tidak dikaitkan dengan SEMUA HAL YANG ADA PADA CIPTAAN, KARENA CIPTAAN memerlukan YANG Mencipta.
Merenungkan CIPTAAN di ANJURKAN dalam Quran, seperti di:
ﺇﻥ ﻓﻲ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺴﻤﺎﻭﺍﺕ ﻭﺍﻷﺭﺽ
ﻭﺍﺧﺘﻼﻑ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻭﺍﻟﻨﻬﺎﺭ ﻵﻳﺎﺕ
ﻷﻭﻟﻲ ﺍﻷﻟﺒﺎﺏ
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan Langit dan Bumi, dan perbedaan malam dan siang adaLAH
MENGANDUNG tanda-tanda bagi mereka yang memiliki pikiran perseptif." (Aal `Imran: 190)
ﺃﻓﻼ ﻳﻨﻈﺮﻭﻥ ﺇﻟﻰ ﭐﻹﺑﻞ ﻛﻴﻒ
ﺧﻠﻘﺖ
Artinya: "Apa, apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana
unta diciptakan"
Berdasarkan hal ini, ketika kita melihat ciptaan (ALAM), kita melihat bahwa segala ciptaan memiliki jumlah,BENTUK dan batas, yaitu memiliki ukuran fisik. Kami juga melihat bahwa ALAM datang DENGAN berbeda jenis DAN bentuk, SEMUA YANG DI ALAM tidak selalu
mirip satu sama lain dalam
segala aspek, karena mereka memiliki batas, waktu, lokasi, atribut dll YANG BERBEDA, tapi SEMUA SAMA YAITU MEMILIKI Sifat yang terbatas dan TERBAGI DARI JUZ-JUZ kuantitatif.
CONTOH kursi misalnya, sangat berbeda dari seorang manusia, tetapi SAMA dalam beberapa aspek, seperti memiliki berat dan BENTUK JUGA volume.
Dari pengamatan ini, kita tahu bahwa Allah bukanlah sesuatu yang terbatas, bukan sesuatu yang terukur atau kuantitatif,
karena Allah tidak hanya berbeda dari ciptaan / MAHLUK SEPERTI PERBEDAAN ANTARA MAHLUK satu sama YANG lain, DIA benar-benar berbeda dari ciptaan, DIA bukan sesuatu yang terukur, terbatas atau
kuantitatif. .
Perhatikan bahwa ketika kita menggunakan kata yang sama untuk SIFAT MAHLUK sebagaiMANA kita gunakan untuk SIFAT Allah,
seperti pengetahuan, maka kita tahu bahwa MAKNANYA benar-benar berbeda. pengetahuan Allah bukanlah sesuatu yang terbatas, DAN PENGETAHUANNYA tidak di lokasi seperti otak, JADI tidak seperti kita, NAH HAL INI BERBEDA DENGAN KATA naik atau Turun, KARENA NAIK DAN TURUN TDK BISA TANPA JISIM DAN TEMPAT.
Kita juga bisa mengatakan: dunia sekitar kita ini penuh dengan entitas dengan ukuran, meskipun berbeda dalam atribut seperti bentuk, kepadatan,rasa,JENIS dll, MAKA bagaimanapun hal-hal dengan ukuran, adalah sama YAITU untuk semua CIPTAAN / ALAM / MAHLUK. Karena Allah BUKAN jenis yang sama seperti ciptaan / MAHLUK, maka DIA bukanlah sesuatu dengan ukuran, dan tidak di suatu tempat. Selanjutnya, kita Katakan bahwa YANG BUTUH tempat adalah ciptaan, karena itu sesuatu selain Allah, DAN ALLAH tidak di dalam TEMPAT, karena ALLAH ada sebelum SEMUA itu ADA.
Untuk menjelaskan lebih lanjut arti AYAT "Dia tidak menyerupai apa-apa," KITA ambil bukti DARI PERKATAAN Abu Hanifah yang menunjukkan kemustahilan KEPADA seorang ateis: "Anda tidak bisa membayangkan satu kapal
berjalan tanpa ada orang YANG MENJALANKAN DAN YANG MENGATURnya, Namun Anda berpikir bahwa seluruh dunia ini, yang berjalan tepat, KENAPA ANDA BISA MEMBAYANGKAN tidak ada yang MENGATURNYA ?, dan tak ADA YANG memilikiNYA "
bukti seperti ini ADALAH argumen yang didasarkan pada desain, urutan penciptaan, dan SEMUA INI
juga ditemukan dalam Quran, DALAM Quran tidak ADA bukti-bukti logis YANG cacat, jadi kita bisa berasumsi bahwa ARGUMEN DGN SEMUA ITU adalah sah. Jika Anda perhatikan dengan teliti bukti tersebut, dan SElain DARI itu, maka Anda dapat mendeteksi arti bahwa Allah tidak menyerupai ciptaan-Nya. Hal ini karena ketika Anda menentukan SIFAT ciptaan / ALAM yang begitu jelas,MAKA ALAM perlu KEPADA
pencipta, maka Anda dapat
mengetahui BAGAI MANA SIFAT YANG MUSTAHIL ADA PADA Sang Pencipta. Anda
dapat mengetahui hal ini, karena Allah tidak memiliki DAN TIDAK BUTUH PADA Pencipta.
Dari bukti BAHWA SEMUA YANG ADA DI ALAM INI MEMPUNYAI kreasi DAN spesifikasi kebutuhan KEPADA YANG MENENTUKANNYA, Seperti apa? DI lokasi MANA? Berapa volume? BAGAMAINA kuantitas ? BGMN Ukuran ? BGMN bentuknya? Bagaimana lebar? Apa warna? Apa rasa? Apa suhu? Apa batas ? Dimana? Seberapa cepat? Dll
Semua SIFAT ALAM /MAHLUK /CIPTAAN MeMbutuhKan
spesifikasi,DENGAN INI Jelas BAHWA Allah bukanlah sesuatu spesifikasi YANG berlaku untuk JISIM,sehingga Ia bukan tubuh, dan karenanya tidak MENempat, karena tubuh adalah SEsuatu YANG MENempat.
Ulama besar Salaf IMAM At-Tahaawi menyatakan:
{Allah TIDAK memiliki,ekstrem batas, sudut,anggota badan atau instrumen,TIDAK DI Keenam arah atas, bawah,depan, belakang, kiri dan kanan, tidak, sepertI segala sesuatu DARI CIPTAANYA }.
D iriwayatkan oleh Muslim dan Al-Baihaqi:
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻧﺖ ﺍﻷﻭﻝ ﻓﻠﻴﺲ ﻗﺒﻠﻚ ﺷﻲﺀ
ﻭﺃﻧﺖ ﺍﻵﺧﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﺑﻌﺪﻙ ﺷﻲﺀ ﻭﺃﻧﺖ
ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﻓﻮﻗﻚ ﺷﻲﺀ ﻭﺃﻧﺖ
ﺍﻟﺒﺎﻃﻦ ﻓﻠﻴﺲ ﺩﻭﻧﻚ ﺷﻲﺀ
"Ya Allah, Engkau adalah AL AWAL, DAN tidak ada APA_APA sebelum ENGKAU, dan ENGKAU adalah AL akhir DAN tidak ada APA_APA setelah ENGKAU. DAN ENGKAU Al-DH0hir DAN tidak ada APA-APA di atas ENGKAU Dan ENGKAU adalah Al-Baatin,DAN tidak ada APA-APA di bawah ENGKAU.
"Jika tidak ada di atas-Nya dan tidak ada yang di bawah-Nya., Maka ALLAH bukanlah tubuh atau DI arah, dan Dia tidak memiliki
spesifikasi fisik.
INILAH SEBABNYA Mengapa orang tidak dapat berkata "Dia tidak menyerupai apa pun," TETAPI Dia BERTEMPAT DAN BERarah''.
Perbedaan lain antara AYAT:"Dia tidak menyerupai apa-apa," dan "istawa" adalah bahwa AYAT pertama MEMILIKI ARTI YANG jelas,sedangkan yang kedua tidak,KARENA LAFAD "istawa" memiliki BAYAK KEMUNGKINAN arti dalam bahasa Arab.
Untuk MENGKOMPROMIKAN antara kedua AYAT INI, KITA TAU BAHWA UTK memahami AYAT:"Dia tidak menyerupai apa-PUN," ITU ADALAH AYAT mutlak dan harfiah (AYAT MUHKAMAT), MAKA DALAM arti "istawa" KITA CARI salah satu makna dalam bahasa Arab yang tidak bertentangan dengan AYAT:"Dia tidak menyerupai apa-PUN " YAITU ARTI YANG TDK memiliki makna BAHWA Allah berada di suatu tempat atau arah, karena
HAL ITU berarti Dia memiliki batas fisik, dan INI akaN membatalkan AYAT:". Dia tidak menyerupai "apa-PUN .
JUGA alasan lain mengapa
tempat atau arah tidak dapat dikecualikan dari literal AYAT:"Dia tidak menyerupai apapun" KARENA ADA teks eksplisit YANG SUDAH disebutkan sebelumnya, yaitu SABDA Nabi SAWA:
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻧﺖ ﺍﻷﻭﻝ ﻓﻠﻴﺲ ﻗﺒﻠﻚ ﺷﻲﺀ
ﻭﺃﻧﺖ ﺍﻵﺧﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﺑﻌﺪﻙ ﺷﻲﺀ ﻭﺃﻧﺖ
ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﻓﻮﻗﻚ ﺷﻲﺀ ﻭﺃﻧﺖ
ﺍﻟﺒﺎﻃﻦ ﻓﻠﻴﺲ ﺩﻭﻧﻚ ﺷﻲﺀ
"Ya Allah, Engkau YANG AWAL, DAN tidak ada APAPUN sebelum ENGKAU, dan ENGKAU adalah AL akhir DAN tidak ada SESUATU
setelah ENGKAU,. ENGKAU Al-Dh0hir DAN tidak ada SESUATU di atas ENGKAU.
Dan ENGKAU adalah Al-Baatin, DAN tidak ada SESUATU di bawaH ENGKAU. "
Jika TIDAK ada sesuatu pun di atas-Nya dan tidak ada SESUATU di bawah Dia, maka
Dia tidak BERTempat atau arah, jadi jika seseorang percaya istawa memiliki arti harfiah Allah berada di suatu tempat atau arah, maka BERTENTANGAN DENGAN AYAT YANG JELAS:"Dia tidak menyerupai apapun ", DAN AYAT INI hampir tidak berarti, karena semua ciptaan seperti yang kita tahu,
adalah BERtempat dan BERarah DAN menjadi terbatas OLEH ALAM dan JUGA kuantitatif . DI SISI LAIN juga bertentangan dengan HADIS YANG jelas "" Kau adalah Al-DHOhir DAN tidak ada SESUATU di atas ENGKAU.Dan ENGKAU adalah Al-Baatin, DAN tidak ada SESUATU di bawah ENGKAU. "
Perhatikan bahwa hadits ini
adalah pujian UNTUK Allah, nama-Nya DAN SIFATNYA adalah kesempurnaan dan kebesaran.
Berada di tempat atau arah
bukanlah SIFAT kesempurnaan; secara fisik di tempat yang tinggi BUKAN kebesaran, karena jika KETINGGIAN TEMPAT itu KEBESARAN, maka Tibet akan lebih baik dari Makkah. Selain itu, berada di arah PASTI memiliki batas. Nabi SAW kemudian,menyatakan dengan jelas dalam ĥadiitS bahwa KETINGGIAN Allah disebutkan dalam teks-teks lainnya tidak MERUJUK PADA arah.
Akhirnya, dengan menyatakan "istawa" secara fisik di atas, MAKA INI SAMA DENGAN MENYATAKAN batas PADA pencipta dan dengan demikian SAMA DGN menyatakaN BAHWA hal-hal
yang terbatas BISA ada, tanpa pencipta. Dengan melakukan METODE ini akan bertentangan dengan bukti-bukti keberadaan Allah,karena orang tidak dapat mengatakan bahwa: 'tidak ada ''SESUATU yang terbatas'' bisa eksis tanpa ADA pencipta'',DI SISI LAIN juga SAMA DGN menghina Allah KARENA menghubungkan BATAS kepada-Nya.
Bagaimana menangani arti "istawa"??
Solusi yang terbaik, SALAH SATUNYA adalah hanya MENGATAKAN: "istawa" ADALAH SIFAT ALLAH dan "tanpa bagaimana" SUPAYA SELARAS DGN AYAT: "Dia
tidak menyerupai apapun". DAN satu cara yang tersisa YAITU dengan MEMAKNAI ISTAWA DENGAN MAKNA YANG MUNGKIN DARI berbagai MAKNA YANG ADA PADA LAFAD " istawa" DENGAN MAKNA yang BUKAN dalam arti FISIK, dan tidak
bertentangan DENGAN ayat-ayat yang sangat jelas dan spesifik lainnya, Dengan
kata lain, kita harus menghindari membatasi arti harfiah ISTIWA DENGAN KESIMPULAN DARI AYAT;"Dia tidak menyerupai apapun" dan HADIS:"Ya Allah, Engkau adalah Al-DOhir DAN tidak ada SESUATU di atas ENGKAU. . Dan ENGKAU adalah Al-Batin, DAN tidak ada SESUATU di bawah ENGKAU ",
DI ANTARA ALASAN LAIN KEHARUSAN menghindari batas kepada Allah ADALAH KARENA bertentangan dengan firman Allah:
ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﻫﻮ ﻟﻪ ﺍﻷﺳﻤﺎﺀ ﺍﻟﺤﺴﻨﻰ
Arti "Tidak ada Tuhan selain Dia,Dia mempunyai nama-nama yang INDAH." (THaha: 8)
Bagaimanapun,TIDAK BISA menetapkan salah satu ARTI spesifik non-fisik untuk "istawa", karena tidak jelas dalam bahasa Arab mana MAKNA YANG dimaksudkan, dan MANA makna yang tidak DI MAKSUD, OLEH KARENA ITU sebagian besar Salaf
meninggalkannya DENGAN mengatakan "istawa tanpa bagaimana," dan JUGA tidak DENGAN menafsirkan makna non-fisik,LALU mengatakan "tanpa bagaimana".
Hal ini karena takut berbicara tentang Allah tanpa bukti, dan TAKUT AKAN berakhir DENGAN memberi arti yang tidak TEPAT, sehingga SALAF menyangkal salah satu MAKNA YANG dimaksud, YAITU ta `Wiil dalam ISTILAH bahasa Arab.
Perhatikan bahwa ketika Salaf berkata "istawa bi-laa kayf," BUKAN berarti BAHWA :"ADA MAKNA FISIK CUMA tanpa mengetahui bagaimana KEADAANNYA," karena beberapa ORANG berpikir SEPERTI ITU. Secara
harfiah, bi-laa kayf berarti, "bi-(dengan) laa ( tidak ADA) kayf ( KEADAAN.)" APAKAH SALAF TIDAK FAHAM BAHASA ARAB,SHGG CUKUP MENGATAKAN BILA KAIF?? mereka tahu bahasa Arab dengan sangat baik,dan MEREKA tahu ISARAH Allah DALAM AYAT MUTASABIH, SIKAF SALAF SEPERTI INI membuat jelas bahwa Allah bukan sesuatu fisik atau
temporal. Ini BERBEDA dengan KEJADIAN SEKARANG PADA FEMAHAMAN kebanyakan orang.
SEM0GA PENJELASAN INI berhasil membuat jelas bahwa BUKAN MENOLAK istawa TETAPI menolak SIFAT fisik.
Anda bisa melihat PERKATAAN Ibn Al-Jawzi's DALAM "Daf 'Shubah al Tashbhi"":Dan mereka (ULAMA MADHAB Hanbali YANG MENYIMPANG) membuat KETINGGIAN SECARA fisik PADA Allah, dan MEREKA LALAI bahwa KETINGGIAN fisik hanya
bisa untuk tubuh, atau elemen YANG terbagi DARI JUZ, dan KETINGGIAN yang
dapat digunakan untuk SIFAT ALLAH ADALAH KETINGGIAN DALAM arti
status yang tinggi, misalnya: RAJA BERADA DI ATAS RAKYAT'
KETINGGIAN fisik disangkal, karena merupakan KETINGGIAN terbatas,karena melibatkan setidaknya
satu batas fisik. Misalnya, jika seseorang mengatakan bahwa Allah secara fisik di atas `Arsy, maka SEOLAH ia mengatakan bahwa Allah memiliki batas berdekatan dengan ARASY.
Namun, perlu diketahui bahwa BEBERAPA ORANG mencoba untuk menggunakan DIAMNYA para ulama SALAF tentang istawa untuk menyebarkan
kepalsuan bahwa Allah adalah fisik / JISIM, SHGG SEBAGIAN ULAMA memutuskan untuk menyebutkan MAKNA khusus non-arti fisik,TERHADAP ISTAWA seperti MENGUASAI. Hal ini TERJADI JUGA DI KALANGAN Salaf,SIKAP INI untuk menenangkan pikiran 0RANG YANG tidak berpendidikan (yang jauh dari pola pikir dan kemampuan FEMAHAMAN para sahabat Nabi) sehingga mereka tidak akan terus memikirkan masalah ini.
Mereka melakukan HAL ini, meskipun kebanyakan dari
mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan tertentu tentang makna istawa
SECARA spesifik, dan bahwa pendekatan paling aman adalah tetap diam ketika seseorang tidak memiliki pengetahuan tertentu TENTANGNYA, TETAPI BAGAIMANA PUN HAL ini dianggap masalah kecil dibandingkan DENGAN bahaya orang yang mempercayai BAHWA Allah ADALAH sesuatu YANG MENempat atau BERarah.
Perhatikan juga bahwa apakah arti non-fisik teks Kitab Suci yang memiliki makna fisik jelas diketahui atau tidak?!?, misalnya, banyak ahli MENtafsirkan AYAT YANG secara TERJEMAH harfiah:, "Ia BERSAMA KALIAN di manapun KALIAN berada, DI ARTIKAN DENGAN "pengetahuan," YAKNI Allah TAU tentang KALIAN, dan apa yang KALIAN lakukan, di manapun KALIAN berada. Jelas ayat ini juga tidak DI ARTIKAN secara harfiah.
Teks Quran dan hadits penuh dengan ekspresi kiasan seperti CONTOH TADI, dan HAL INI dikenal luas.
TEXT MUTASABEHAT TIDAK menimbulkan KEMUSKILAN di kalangan para sahabat,karena mereka tahu bahwa Allah tidak terbatas,sebagaimana DIA tidak memiliki Pencipta, dengan kata lain, bahkan tidak TERBERSIT MAKNA FISIK PADA pikiran mereka, sama seperti ketika Anda
mendengar "SAYA menyentuh HATI seseorang," ANDA tahu bahwa itu
bukan ARTI harfiah, karena Anda tahu TANGAN SAYA TIDAK BISA MENYENTUH HATI ORANG.
Jika seseorang mengatakan:
1) bahwa Allah Dhat DI ATAS arsy tanpa BERSENTUHAN dengan arsy tersebut.
2) Allah tanpa batas
3) arsy tersebut memiliki
batasan.
INI ADALAH cara KONTRADIKSI, melakukan 1 dan hasil 3 berarti bahwa Allah TERbatasi. 1 dan 3 bertentangan.
-
PERTANYAAN:
jika seseorang mengatakan
bahwa DI ATAS adalah DI ATAS fisik tanpa di bawah.
APAKAH ini berlaku? jika tidak. mengapa?
JAWABAN:
Saya pikir itu adalah jelas bahwa jika ada sesuatu yang di atas sesuatu maka ia harus memiliki batas berdekatan dengan itu. Ini
tidak perlu penjelasan. Hal ini juga jelas bahwa ketika sesuatu secara fisik di atas sesuatu, maka ADA sesuatu yang di bawahnya, jika tidak, MAKA bagaimana hal itu DIKATAKAN berada di atas itu??!
Label:Pujian Buat Junjungan
Aqidah asy'ariyah menjawab
Wahabi klaim Allah di atas langit dengan ucapan fir'aun
PERTANYAAN: Wahabi klaim ALLAH DI ATAS LANGIT DENGAN PERKATAAN FIR'AUN YANG DICERITAKAN ALLAH DALAM AL QURAN : Firaun berkata: "Hai Haman!
bangunKAN LAH BUATKU sebuah MENARA YANG tinggi sehingga aku bisA mencapai jalan,JALAN dari langit, dan BISA memandang TUHAN Musa', "(ALMU'MIN, 36-37), INI membuktikan bahwa Musa AS percaya Allah MENempat di LaNGIT, Mereka juga MEMBAWAKAN beberapa REFERENSI DARI kutipan karya-karya ilmiah dalam mendukung ide TERSEBUT..
.
Jawabannya:
Pertama, tidak mungkin untuk mendirikan sebuah AQIDAH Islam YANG tak
terbantahkan berdasarkan TERHADAP apa yang DIKATAKAN ORANG kafir. ARGUMEN BAHWA FIRAUN percaya tuhan Musa AS DI LANGIT,KARENA Musa AS telah mengatakan HAL ITU padanya, INI TIDAK ADA BUKTI, DAN apapun YANG FIRAUN KAtakan tentang "Tuhan Musa AS" bisa menjadi sesuatu yang dianggap salah OLEH FIRAUN atau disalahartikan.
Kedua, DENGAN mengutip dari AL QUR'AN tentang apa YANG TIDAK DIKATAKAN OLEH Nabi SAW, MAKA tidak membuktikan SOHEHNYA
keyakinan ITU. ARGUMENT membutuhkan ĥadiitS yang sangat otentik atau pernyataan AL Quran (selain mengutip dari PERKATAKAN OLEH kafiR,) dan mereka PERLU MEMAHAMINYA dengan cara yang tidak bertentangan dengan teks-teks ATAU riwayat lain,atau TIDAK ADA fakta YANG MEMbantaH KLAIMNYA.
Ketiga, LANGIT berada di bawah Arsy dan di dalam CAKUPAN ciptaan.
Untuk percaya bahwa Allah ada di LANGIT, ITU bertentangan dengan MENEMPAT " di atas ARASY" ,
Jika mereka mengatakan BAHWA REDAKSI "DI DALAM LANGIT" MAKSUDNYA "di atas Langit," maka mereka memiliki PENafsiran YANG BERBEDA DENGAN DOHIR LAFAD, KARENA FISAMA (MEMAKAI HURUF JAR FI) ARTINYA DI DALAM LANGIT,BUKAN DI ATAS LANGIT, dan KLAIM ALLAH DI LANGIT DENGAN MELIHAT DOHIR LAFADNYA, ADALAH penafsiran yang bertentangan dengan "Dia tidak menyerupai apa-apa," dan DENGAN SABDA NABI SAW: "Ya Allah, Engkau adalah AWAL, sehingga tidak ada APA-APA sebelum ENGKAU, dan ENGKAU adalah AL akhir DAN tidak ada APA-APA setelah ENGKAU. ENGKAU Al-DHOhir DAN tidak ada APA-APA di atas ENGKAU.Dan ENGKAU adalah Al-Baatin, DAN tidak ada APA-APA di bawah ENGKAU. (HR Muslim) .
Dan yang paling penting, tempat merupakan aspek partikel, Jika Allah berada di tempat Dia PASTI MEMPUNYAI ukuran, partikel atau tubuh, dan semua partikel dan tubuh memerlukan pencipta, karena perlu spesifikasi.
MENGANGGAP ALLAH BERTEMPAT, ini bertentangan dengan premis utama TENTANG bukti keberadaan Pencipta.
KE EMPAT: Beberapa salafi MENGutipan PENAFSIRAN Imam Al-Tabari (wafat 310 H):
ﻭﻗﻮﻟﻪ: (ﻭﺇﻧﻲ ﻷﻇﻨﻪ ﻛﺎﺫﺑﺎ) ﻳﻘﻮﻝ: ﻭﺇﻧﻲ ﻷﻇﻦ ﻣﻮﺳﻰ ﻛﺎﺫﺑﺎ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﻭﻳﺪﻋﻲ ﻣﻦ ﺃﻥ ﻟﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺭﺑﺎ ﺃﺭﺳﻠﻪ ﺇﻟﻲﻧﺎ
Dan (Firaun) berkata: "Hai
Haman! bangunLAH menara supaya aku BISA tiba PADA JALAN, JALAN di langit, dan aku BISA Melihat pada Ilah (Tuhan) Musa, tetapi sesungguhnya, saya pikir dia pembohong. "(40:37)
Imam Al-Tabari berkata, "Fir'aun mengatakan ''Saya MENGIRA dia pembohong'' yakni : 'bahwa saya MENGIRA Musa adalah pendusta'' ketika ia mengatakan bahwa Allahnya ada di atas langit, yang mengutus dia (Musa) kepada saya "(Tafsir Al-Tabari)
Mereka ( SALAFI ) tidak menjelaskan LEBIH LANJUT apa YANG DI MAKSUD OLEH IMAM AT THabari dengan UNGKAPAN ''ALLAHNYA di atas langit''.
PADAHAL IMAM al-Tabari mengatakan dalaM TAFSIR tentang ayat:
"Lalu DIA berpaling KE LANGIT (tsumma istawa ILA SAMA'I)" (2:29): Yang dimaksud dengan istiwa 'dalam ayat ini adalah ketinggian (AL ULUW DAN IRTIFA) ...IMAM THOBARI MENGatakan: Dia tinggi di atas langit dengan ketinggian kedaulatan dan kekuasaan, bukan tinggi perpindahan TEMPAT dan gerakan.
Jadi, ketika IMAM Tabari
mengatakan TAFSIR bahwa Musa AS BERKATA KEPADA FIR'AUN: "Allah di atas langit",MAKSUD Imam Tabari ADALAH di atas langit SECARA ketinggian kedaulatan & kekuasaan. TETapi salafie SEKARANG MENTafsirkan secara harfiah menjadi lokasi DAN TEMPAT SAMA SEPERTI FIRAUN, dan karena ITU FIRAUN MEMERINTAHKAN membangun menara untuk memastikan kebenaran klaim Musa alaihi salam.
Ini sulit dipercaya, betapa ta'weel Salafi itu sendiri berlaku tetapi mengutuk orang lain MELAKUKAN TAKWIL,. SALAFI MEMAKNAI "FI: DI DALAM" DENGAN arti "Ala: DI ATAS" UNTUK konteks itu, Salafi "MEMaksa" untuk membuat ta'weel dari "FI"
KE MAKNA "Ala" bila mengacu pada Allâh.
AT-THabraniy mengatakan:
Firaun BERpikir DENGAN ketidak tahuannya bahwa dengan menara ia akan
mampu mencapai Langit, dan IA berpikir bahwa Allah Muusaa adalah FISIK yang dapat dilihat, seperti PERKATAAN anthropomorphist BAHWA
Allah sangat jelas di atas LANGIT.
TANYA JAWAB
TANYA: jika dipraktekkan tafwid salaf al ma'na: MENYERAHKAN MAKNA PADA ALLAH, maka bagaimana mungkin mereka (WAHABI) menggunakan ayat istiwa sebagai penolakan terhadap pandangan jahmi bahwa Allah ada dimana-mana.
DENGAN TAFWID AL MAKNA, Apakah AKAN MEMBUAT jahmi mudah menjawab DENGAN MENGATAKAN bahwa KALIAN tidak tahu arti dari ayat ISTIWA maka bagaimana KALIAN dapat menggunakannya untuk menolak KEYAKINAN KAMI?
JAWAB: PENDIRI JAHMIYAH YAITU Jahm ibn Safwaan
berpendapat bahwa Allah ada dimana-mana di dasarkan pada firman Allah yang diterjemahkan SECARA HARFIAH: "Dia bersama kamu di manapun KAMU berada." Jika diambil secara harfiah ini berarti bahwa Allah ada dimana-mana, tetapi penafsiran seperti INI bertentangan DENGAN interpretasi LITERAL dari
"istawa", jadi apa yang diklaim sebagai bukti / HUJAH, bukanlah bukti.
Itulah sebabnya firman Allah istawa SECARA LITERAL MENENTANG bukti terhadap klaim JAHMIYAH,. Selain itu, beberapa salaf MEMahami "istawa ala-l-ARSYI" DENGAN arti bahwa Allah BUKAN di lokasi, Dengan kata lain, mereka mengerti istilah "di atas ARASY" ADALAH PEN0LAKAN ATAS JAHMI YAITU KEBERADAAN ALLAH di lokasi di bawah, TETAPI PENGERTIAN SALAF INI BUKAN sebagai penegasan BAHWA ALLAH DI lokasi atas, tidak seperti apa yang klaim Wahabi. Ini seperti ketika kita mengatakan "sebelum waktu," yang merupakan PENAFIAN waktu, bukan penegasan ADA waktu sebelum waktu. ekspresi membingungkan tersebut terjadi karena KETERBATASAN bahasa, karena tujuan utama bahasa adalah untuk
berbicara tentang urusan sehari- hari, bukan HAL metafisika. Ungkapan semacam ini yang bisa Anda
TERAPkan dalam UCAPAN
"terpisah dari ciptaan,"yang berarti "tidak dicampur atau TIDAK kontak dengan CIPTAAN," dan BUKAN DALAM
arti TERPisah ruang atau
badan, tidak seperti PEMAHAMAN WAHABI. Akhir KATA, banyak dari Salaf, seperti At-Ţabariy,MEMahami "istawa alaa" DENGAN arti "di atas kepemilikan dan kekuasaan," ini adalah YANG DI maksud SALAF, ini sangat dekat dengan makna YANG pertama kali disebutkan
BAHWA KATA "DIATAS." sangat kompatibel dengan HAL itu, kita bisa mengatakan "Dia berada di atas tahta kekuasaan dan
kepemilikan, bukan di lokasi." DI KARENA SALAF MEMAHAMI HAL INI, SEHINGGA banyak dari mereka hanya berkata, "di atas" tanpa penjelasan lebih lanjut, karenA MEREKA MEMahami bahwa KATA 'DI ATAS' adalah tanpa " kayf, "atau modalitas, jadi tidak dalam arti LOKASI.
bangunKAN LAH BUATKU sebuah MENARA YANG tinggi sehingga aku bisA mencapai jalan,JALAN dari langit, dan BISA memandang TUHAN Musa', "(ALMU'MIN, 36-37), INI membuktikan bahwa Musa AS percaya Allah MENempat di LaNGIT, Mereka juga MEMBAWAKAN beberapa REFERENSI DARI kutipan karya-karya ilmiah dalam mendukung ide TERSEBUT..
.
Jawabannya:
Pertama, tidak mungkin untuk mendirikan sebuah AQIDAH Islam YANG tak
terbantahkan berdasarkan TERHADAP apa yang DIKATAKAN ORANG kafir. ARGUMEN BAHWA FIRAUN percaya tuhan Musa AS DI LANGIT,KARENA Musa AS telah mengatakan HAL ITU padanya, INI TIDAK ADA BUKTI, DAN apapun YANG FIRAUN KAtakan tentang "Tuhan Musa AS" bisa menjadi sesuatu yang dianggap salah OLEH FIRAUN atau disalahartikan.
Kedua, DENGAN mengutip dari AL QUR'AN tentang apa YANG TIDAK DIKATAKAN OLEH Nabi SAW, MAKA tidak membuktikan SOHEHNYA
keyakinan ITU. ARGUMENT membutuhkan ĥadiitS yang sangat otentik atau pernyataan AL Quran (selain mengutip dari PERKATAKAN OLEH kafiR,) dan mereka PERLU MEMAHAMINYA dengan cara yang tidak bertentangan dengan teks-teks ATAU riwayat lain,atau TIDAK ADA fakta YANG MEMbantaH KLAIMNYA.
Ketiga, LANGIT berada di bawah Arsy dan di dalam CAKUPAN ciptaan.
Untuk percaya bahwa Allah ada di LANGIT, ITU bertentangan dengan MENEMPAT " di atas ARASY" ,
Jika mereka mengatakan BAHWA REDAKSI "DI DALAM LANGIT" MAKSUDNYA "di atas Langit," maka mereka memiliki PENafsiran YANG BERBEDA DENGAN DOHIR LAFAD, KARENA FISAMA (MEMAKAI HURUF JAR FI) ARTINYA DI DALAM LANGIT,BUKAN DI ATAS LANGIT, dan KLAIM ALLAH DI LANGIT DENGAN MELIHAT DOHIR LAFADNYA, ADALAH penafsiran yang bertentangan dengan "Dia tidak menyerupai apa-apa," dan DENGAN SABDA NABI SAW: "Ya Allah, Engkau adalah AWAL, sehingga tidak ada APA-APA sebelum ENGKAU, dan ENGKAU adalah AL akhir DAN tidak ada APA-APA setelah ENGKAU. ENGKAU Al-DHOhir DAN tidak ada APA-APA di atas ENGKAU.Dan ENGKAU adalah Al-Baatin, DAN tidak ada APA-APA di bawah ENGKAU. (HR Muslim) .
Dan yang paling penting, tempat merupakan aspek partikel, Jika Allah berada di tempat Dia PASTI MEMPUNYAI ukuran, partikel atau tubuh, dan semua partikel dan tubuh memerlukan pencipta, karena perlu spesifikasi.
MENGANGGAP ALLAH BERTEMPAT, ini bertentangan dengan premis utama TENTANG bukti keberadaan Pencipta.
KE EMPAT: Beberapa salafi MENGutipan PENAFSIRAN Imam Al-Tabari (wafat 310 H):
ﻭﻗﻮﻟﻪ: (ﻭﺇﻧﻲ ﻷﻇﻨﻪ ﻛﺎﺫﺑﺎ) ﻳﻘﻮﻝ: ﻭﺇﻧﻲ ﻷﻇﻦ ﻣﻮﺳﻰ ﻛﺎﺫﺑﺎ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﻭﻳﺪﻋﻲ ﻣﻦ ﺃﻥ ﻟﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺭﺑﺎ ﺃﺭﺳﻠﻪ ﺇﻟﻲﻧﺎ
Dan (Firaun) berkata: "Hai
Haman! bangunLAH menara supaya aku BISA tiba PADA JALAN, JALAN di langit, dan aku BISA Melihat pada Ilah (Tuhan) Musa, tetapi sesungguhnya, saya pikir dia pembohong. "(40:37)
Imam Al-Tabari berkata, "Fir'aun mengatakan ''Saya MENGIRA dia pembohong'' yakni : 'bahwa saya MENGIRA Musa adalah pendusta'' ketika ia mengatakan bahwa Allahnya ada di atas langit, yang mengutus dia (Musa) kepada saya "(Tafsir Al-Tabari)
Mereka ( SALAFI ) tidak menjelaskan LEBIH LANJUT apa YANG DI MAKSUD OLEH IMAM AT THabari dengan UNGKAPAN ''ALLAHNYA di atas langit''.
PADAHAL IMAM al-Tabari mengatakan dalaM TAFSIR tentang ayat:
"Lalu DIA berpaling KE LANGIT (tsumma istawa ILA SAMA'I)" (2:29): Yang dimaksud dengan istiwa 'dalam ayat ini adalah ketinggian (AL ULUW DAN IRTIFA) ...IMAM THOBARI MENGatakan: Dia tinggi di atas langit dengan ketinggian kedaulatan dan kekuasaan, bukan tinggi perpindahan TEMPAT dan gerakan.
Jadi, ketika IMAM Tabari
mengatakan TAFSIR bahwa Musa AS BERKATA KEPADA FIR'AUN: "Allah di atas langit",MAKSUD Imam Tabari ADALAH di atas langit SECARA ketinggian kedaulatan & kekuasaan. TETapi salafie SEKARANG MENTafsirkan secara harfiah menjadi lokasi DAN TEMPAT SAMA SEPERTI FIRAUN, dan karena ITU FIRAUN MEMERINTAHKAN membangun menara untuk memastikan kebenaran klaim Musa alaihi salam.
Ini sulit dipercaya, betapa ta'weel Salafi itu sendiri berlaku tetapi mengutuk orang lain MELAKUKAN TAKWIL,. SALAFI MEMAKNAI "FI: DI DALAM" DENGAN arti "Ala: DI ATAS" UNTUK konteks itu, Salafi "MEMaksa" untuk membuat ta'weel dari "FI"
KE MAKNA "Ala" bila mengacu pada Allâh.
AT-THabraniy mengatakan:
Firaun BERpikir DENGAN ketidak tahuannya bahwa dengan menara ia akan
mampu mencapai Langit, dan IA berpikir bahwa Allah Muusaa adalah FISIK yang dapat dilihat, seperti PERKATAAN anthropomorphist BAHWA
Allah sangat jelas di atas LANGIT.
TANYA JAWAB
TANYA: jika dipraktekkan tafwid salaf al ma'na: MENYERAHKAN MAKNA PADA ALLAH, maka bagaimana mungkin mereka (WAHABI) menggunakan ayat istiwa sebagai penolakan terhadap pandangan jahmi bahwa Allah ada dimana-mana.
DENGAN TAFWID AL MAKNA, Apakah AKAN MEMBUAT jahmi mudah menjawab DENGAN MENGATAKAN bahwa KALIAN tidak tahu arti dari ayat ISTIWA maka bagaimana KALIAN dapat menggunakannya untuk menolak KEYAKINAN KAMI?
JAWAB: PENDIRI JAHMIYAH YAITU Jahm ibn Safwaan
berpendapat bahwa Allah ada dimana-mana di dasarkan pada firman Allah yang diterjemahkan SECARA HARFIAH: "Dia bersama kamu di manapun KAMU berada." Jika diambil secara harfiah ini berarti bahwa Allah ada dimana-mana, tetapi penafsiran seperti INI bertentangan DENGAN interpretasi LITERAL dari
"istawa", jadi apa yang diklaim sebagai bukti / HUJAH, bukanlah bukti.
Itulah sebabnya firman Allah istawa SECARA LITERAL MENENTANG bukti terhadap klaim JAHMIYAH,. Selain itu, beberapa salaf MEMahami "istawa ala-l-ARSYI" DENGAN arti bahwa Allah BUKAN di lokasi, Dengan kata lain, mereka mengerti istilah "di atas ARASY" ADALAH PEN0LAKAN ATAS JAHMI YAITU KEBERADAAN ALLAH di lokasi di bawah, TETAPI PENGERTIAN SALAF INI BUKAN sebagai penegasan BAHWA ALLAH DI lokasi atas, tidak seperti apa yang klaim Wahabi. Ini seperti ketika kita mengatakan "sebelum waktu," yang merupakan PENAFIAN waktu, bukan penegasan ADA waktu sebelum waktu. ekspresi membingungkan tersebut terjadi karena KETERBATASAN bahasa, karena tujuan utama bahasa adalah untuk
berbicara tentang urusan sehari- hari, bukan HAL metafisika. Ungkapan semacam ini yang bisa Anda
TERAPkan dalam UCAPAN
"terpisah dari ciptaan,"yang berarti "tidak dicampur atau TIDAK kontak dengan CIPTAAN," dan BUKAN DALAM
arti TERPisah ruang atau
badan, tidak seperti PEMAHAMAN WAHABI. Akhir KATA, banyak dari Salaf, seperti At-Ţabariy,MEMahami "istawa alaa" DENGAN arti "di atas kepemilikan dan kekuasaan," ini adalah YANG DI maksud SALAF, ini sangat dekat dengan makna YANG pertama kali disebutkan
BAHWA KATA "DIATAS." sangat kompatibel dengan HAL itu, kita bisa mengatakan "Dia berada di atas tahta kekuasaan dan
kepemilikan, bukan di lokasi." DI KARENA SALAF MEMAHAMI HAL INI, SEHINGGA banyak dari mereka hanya berkata, "di atas" tanpa penjelasan lebih lanjut, karenA MEREKA MEMahami bahwa KATA 'DI ATAS' adalah tanpa " kayf, "atau modalitas, jadi tidak dalam arti LOKASI.
Label:Pujian Buat Junjungan
Aqidah asy'ariyah menjawab
Minggu, 01 Mei 2011
Imam Ali Al qori: Ibnu Hajar menentang Ibnu Taemiyah
IMAM Aliyy Al-Qaariy PENSYARAH KITAB FIQH AL AKBAR berkata:
dalam KITAB Sħarĥu-sh-Sħamaa'il KARYA Ibnu Hajar, ia menyatakan:"Ibnu Al Qayyim mengatakaN DARI GURUNYA YAITU Syaikh Ibnu Taimiyah ''menyebutkan sesuatu yang luar biasa'': adalah ketika ia (MUHAMMAD) melihat Tuhannya meletakkan tangannya di antara KE DUA bahuNYA, maka tempat TERSEBUT mendapat kehormatan
dengan "adZbah". IMAM Al-Iraaqiyy (GURU Syaikh Al Asqalaaniyy ) berkata, "Aku tidak menemukan dasar pernyataan ini," DARI ĥadiitS MANA pun "." Lalu Ibnu Hajar berkata, Sebaliknya,pernyataan ini adalah dari
pendapat mereka dan DARI penyimpangan mereka, didasarkan pada apa yang
mereka Simpulkan dan MEREKA berusaha keras untuk membuktikan AQIDAHNYA, dan menyerang
Ahlu-s-Sunnah KARENA menolak FEMAHAMAN TERSEBUT, yaitu keyakinan bahwa Allah memiliki arah dan tubuh. Mereka memiliki KEDUDUKAN YANG buruk dan
kepercayaan yang JELEK yang membuat telinga tuli dan dinilai sebagai kebohongan dan fitnah. Semoga Allah MENJELEKAN mereka berdua, dan siapapun yang menerima PENDAPAT mereka
". (Mirqaatu-l-Mafaatiiĥ 8 / 216)
Referensi:
-IMAM Aliy Al-Qaariy.Mirqaatu -l-Mafaatiiĥ. JILID 11. Beirut, Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2001.
ﻣﺮﻗﺎﺓ ﺍﻟﻤﻔﺎﺗﻴﺢ ﺝ 8/ ﺹ 216
ﻭﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﺸﻤﺎﺋﻞ ﻻﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻗﺎﻝ
ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻘﻴﻢ ﻋﻦ ﺷﻴﺨﻪ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ ﺃﻧﻪ
ﺫﻛﺮ ﺷﻴﺌﺎ ﺑﺪﻳﻌﺎ ﻭﻫﻮ ﺃﻧﻪ ﻟﻤﺎ ﺭﺃﻯ
ﺭﺑﻪ ﻭﺍﺿﻌﺎ ﻳﺪﻩ ﺑﻴﻦ ﻛﺘﻔﻴﻪ ﺃﻛﺮﻡ ﺫﻟﻚ
ﺍﻟﻤﻮﺿﻊ ﺑﺎﻟﻌﺬﺑﺔ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﺮﺍﻗﻲ ﻟﻢ
ﻧﺠﺪ ﻟﺬﻟﻚ ﺃﺻﻼ ﻳﻌﻨﻲ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺑﻞ ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ
ﺭﺃﻳﻬﻤﺎ ﻭﺿﻼﻟﻬﻤﺎ ﺇﺫ ﻫﻮ ﻣﺒﻨﻲ
ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺫﻫﺒﺎ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺃﻃﺎﻻ ﻓﻲ
ﺍﻻﺳﺘﺪﻻﻝ ﻟﻪ ﻭﺍﻟﺤﻂ ﻋﻠﻰ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ
ﻓﻲ ﻧﻔﻴﻬﻢ ﻟﻪ ﻭﻫﻮ ﺇﺛﺒﺎﺕ ﺍﻟﺠﻬﺔ
ﻭﺍﻟﺠﺴﻤﻴﺔ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻟﻬﻤﺎ ﻓﻲ
ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﻘﺎﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺒﺎﺋﺢ ﻭﺳﻮﺀ
ﺍﻻﻋﺘﻘﺎﺩ ﻣﺎ ﺗﺼﻢ ﻋﻨﻪ ﺍﻵﺫﺍﻥ ﻭﻳﻘﻀﻲ
ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﺰﻭﺭ ﻭﺍﻟﺒﻬﺘﺎﻥ ﻗﺒﺤﻬﻤﺎ ﺍﻟﻠﻪ
dalam KITAB Sħarĥu-sh-Sħamaa'il KARYA Ibnu Hajar, ia menyatakan:"Ibnu Al Qayyim mengatakaN DARI GURUNYA YAITU Syaikh Ibnu Taimiyah ''menyebutkan sesuatu yang luar biasa'': adalah ketika ia (MUHAMMAD) melihat Tuhannya meletakkan tangannya di antara KE DUA bahuNYA, maka tempat TERSEBUT mendapat kehormatan
dengan "adZbah". IMAM Al-Iraaqiyy (GURU Syaikh Al Asqalaaniyy ) berkata, "Aku tidak menemukan dasar pernyataan ini," DARI ĥadiitS MANA pun "." Lalu Ibnu Hajar berkata, Sebaliknya,pernyataan ini adalah dari
pendapat mereka dan DARI penyimpangan mereka, didasarkan pada apa yang
mereka Simpulkan dan MEREKA berusaha keras untuk membuktikan AQIDAHNYA, dan menyerang
Ahlu-s-Sunnah KARENA menolak FEMAHAMAN TERSEBUT, yaitu keyakinan bahwa Allah memiliki arah dan tubuh. Mereka memiliki KEDUDUKAN YANG buruk dan
kepercayaan yang JELEK yang membuat telinga tuli dan dinilai sebagai kebohongan dan fitnah. Semoga Allah MENJELEKAN mereka berdua, dan siapapun yang menerima PENDAPAT mereka
". (Mirqaatu-l-Mafaatiiĥ 8 / 216)
Referensi:
-IMAM Aliy Al-Qaariy.Mirqaatu -l-Mafaatiiĥ. JILID 11. Beirut, Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2001.
ﻣﺮﻗﺎﺓ ﺍﻟﻤﻔﺎﺗﻴﺢ ﺝ 8/ ﺹ 216
ﻭﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﺸﻤﺎﺋﻞ ﻻﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻗﺎﻝ
ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻘﻴﻢ ﻋﻦ ﺷﻴﺨﻪ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ ﺃﻧﻪ
ﺫﻛﺮ ﺷﻴﺌﺎ ﺑﺪﻳﻌﺎ ﻭﻫﻮ ﺃﻧﻪ ﻟﻤﺎ ﺭﺃﻯ
ﺭﺑﻪ ﻭﺍﺿﻌﺎ ﻳﺪﻩ ﺑﻴﻦ ﻛﺘﻔﻴﻪ ﺃﻛﺮﻡ ﺫﻟﻚ
ﺍﻟﻤﻮﺿﻊ ﺑﺎﻟﻌﺬﺑﺔ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﺮﺍﻗﻲ ﻟﻢ
ﻧﺠﺪ ﻟﺬﻟﻚ ﺃﺻﻼ ﻳﻌﻨﻲ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺑﻞ ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ
ﺭﺃﻳﻬﻤﺎ ﻭﺿﻼﻟﻬﻤﺎ ﺇﺫ ﻫﻮ ﻣﺒﻨﻲ
ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺫﻫﺒﺎ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺃﻃﺎﻻ ﻓﻲ
ﺍﻻﺳﺘﺪﻻﻝ ﻟﻪ ﻭﺍﻟﺤﻂ ﻋﻠﻰ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ
ﻓﻲ ﻧﻔﻴﻬﻢ ﻟﻪ ﻭﻫﻮ ﺇﺛﺒﺎﺕ ﺍﻟﺠﻬﺔ
ﻭﺍﻟﺠﺴﻤﻴﺔ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻟﻬﻤﺎ ﻓﻲ
ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﻘﺎﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺒﺎﺋﺢ ﻭﺳﻮﺀ
ﺍﻻﻋﺘﻘﺎﺩ ﻣﺎ ﺗﺼﻢ ﻋﻨﻪ ﺍﻵﺫﺍﻥ ﻭﻳﻘﻀﻲ
ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﺰﻭﺭ ﻭﺍﻟﺒﻬﺘﺎﻥ ﻗﺒﺤﻬﻤﺎ ﺍﻟﻠﻪ
Label:Pujian Buat Junjungan
Ibnu Taemiyah VS Ibnu Tae-miyah
Ibnu taemiyah: 'Allah Tersusun dari juz dan organ'
Untuk mengetahui keadaan yang menyedihkan dari sekte Wahabi, DENGAN MERUJUK KEPADA PANUTAN MEREKA YANG DI panggilan DENGAN "SyaikhUL Islam IBNU TAEMIYAH ," KITA baca dari KITABnya Al Bayaan Talbiis Jahmiyyah (1) YANG ISINYA MENGKRITIK TERHADAP ARGUMEN IMAM Fakħruddiin F Ar-Raaziyy' DAN MENUDUH BAHWA IMAM AR RAZI SEBAGAI JAHMIYAH!! :
[ Fakħruddiin AR RAZI mengatakan,] :"jika Dia (Allah) TERbagi DENGAN JUZ DAN ORGAN, maka BERARTI Dia TERSUSUN DARI BERBAGAI JUZ DAN ORGAN - ... ( karena dikaitkan dengan banyak JUZ MAKA bertentangan dengan TAUHID dan SAYA (AR RAZI) telah menunjukkan bahwa ini adalah klaim yang tidak valid/ BATIL.)."
[Ibnu Taimiyah menjawab :]
"Sebaliknya, SAYA JELASKAN bahwa jika HAL ini (yaitu Allah TERbagi DENGAN BERBAGAI JUZ DAN ORGAN menurut dia (AR RAZI)' ),TIDAK MUNGKIN, maka ini BERKONSEKWENSI TIDAK AKAN ADA APA-APA DARI MAUJUD (YANG TELAH ADA) ....
Perhatikan apa yang dikataka IBNU TAEMIYAH, Dia mengatakan bahwa jika ada sesuatu yang tidak TERbagi DENGAN beberapa hal ( JUZ DAN ORGAN ), maka SESUATU ITU tidak bisa eksis / ADA, BEGITU JUGA DZAT Allah.
KESIMPULANNYA IBNU TAEMIYAH menegaskan keyakinannya bahwa Allah memang terbagi DARI JUZ DAN ORGAN .
[Ibnu Taimiyah berkata:] "Kami telah menjelaskan ( dalam hal apa yang mereka maksud ) berhubungan dengan KATA TARKIB; komposisi / TERSUSUN, TAHAYUZ: menetap di tempat, DAN TAGOYUR: memiliki PERUBAHAN, dan IFTIQOR butuh, YANG dimaksud dengan SEMUA ISTILAH INI adalAH segala sesuatu yang HARUS ADA (WAJIBUL WUJUD) : ( YAITU Allah) atau YANG mungkin ada (JAIZUL WUJUD.): (YAITU MAHLUK) Sesungguhnya, untuk mengatakan bahwa ISTILAH_ISTILAH TADI mustahil ( dihubungkan KEPADA ALLAH,) ITU adalah
murni menyesatkan.
Dia mengatakan di sini bahwa tidak ada SESUATU yang ada, bahkan tidak ADA Allah, kecuali ia TERSUSUN DARI JUZ, memiliki tempat, bagian (seperti sisi fisik yang berbeda), dan butuH PADA YANG MENGADAKAN.
Berdasarkan pernyataan YANG sangat jelek, maka tak heran, JIKA sejumlah ulama, seperti SYAIKH TaqiyyudDiin Al-Ĥuşniyy,mengatakan bahwa Ibnu
Taimiyah adalah "kafir mutlak." BEGITU JUGA tidak mengherankan JIKA SYAIKH Alaa'udDiin Al-Bukħaariyy BELIAU marah PADA, "siapapun memanggil dia Shaykh Islam." ,beberapa ORANG MUNGKIN MASIH menyebutnya SAEKHUL ISLAM, karena tidak mengetahui HAKIKAT keyakinanNYA YANG MENYIMPANG , tapi DENGAN JELAS di atas kita dapat
memahami mengapa ULAMA
MENGELUARKAN fatwa TERSEBUT KEPADA IBN TAEMIYAH .
Referensi:
Bayaan Talbiis Al Jahmiyyah,
KARYA Taymmiyyah bin Ahmad,Maţbaah Al Hukuumah, Makkah, 1392.
ﺑﻴﺎﻥ ﺗﻠﺒﻴﺲ ﺍﻟﺠﻬﻤﻴﺔ ﻓﻲ ﺗﺄﺳﻴﺲ
ﺑﺪﻋﻬﻢ ﺍﻟﻜﻼﻣﻴﺔ,ﺍﺳﻢ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ:
ﺃﺣﻤﺪ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺤﻠﻴﻢ ﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ ﺍﻟﺤﺮﺍﻧﻲ
ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺍﻟﻮﻓﺎﺓ:728,ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻨﺸﺮ:
ﺍﻟﺤﻜﻮﻣﺔ ﻣﻄﺒﻌﺔ-ﺍﻟﻤﻜﺮﻣﺔ ﻣﻜﺔ-
1392,ﺍﻟﻄﺒﻌﺔ:ﺍﻷﻭﻟﻰ,ﺗﺤﻘﻴﻖ:ﻣﺤﻤﺪ
ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻗﺎﺳﻢ
1 ﻗﻮﻟﻚ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻨﻘﺴﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﺮﻛﺒﺎ
ﻭﺗﻘﺪﻡ ﺇﺑﻄﺎﻟﻪ ﺗﻘﺪﻡ ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ ﻋﻦ ﻫﺬﺍ
ﺍﻟﺬﻱ ﺳﻤﻴﺘﻪ ﻣﺮﻛﺒﺎ ﻭﺗﺒﻴﻦ ﺃﻧﻪ ﻻ
ﺣﺠﺔ ﺃﺻﻼ ﻋﻠﻰ ﺍﻣﺘﻨﺎﻉ ﺫﻟﻚ ﺑﻞ ﺑﻴﻦ
ﺃﻥ ﺇﺣﺎﻟﺔ ﺫﻟﻚ ﺗﻘﺘﻀﻲ ﺇﺑﻄﺎﻝ ﻛﻞ
ﻣﻮﺟﻮﺩ ﻭﻟﻮﻻ ﺃﻧﻪ ﺃﺣﺎﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺗﻘﺪﻡ
ﻟﻤﺎ ﺃﺣﻠﻨﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺗﻘﺪﻡ ﺑﻴﺎﻥ ﻣﺎ ﻓﻲ
ﻟﻔﻆ ﺍﻟﺘﺮﻛﻴﺐ ﻭﺍﻟﺘﺤﻴﺰ ﻭﺍﻟﻐﻴﺮ
ﻭﺍﻻﻓﺘﻘﺎﺭ ﻣﻦ ﺍﻻﺣﺘﻤﺎﻝ ﻭﺇﻥ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ
ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻘﺼﺪ ﻣﻨﻪ ﺑﺬﻟﻚ ﻳﺠﺐ ﺃﻥ
ﻳﺘﺼﻒ ﺑﻪ ﻛﻞ ﻣﻮﺟﻮﺩ ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻥ
ﻭﺍﺟﺒﺎ ﺃﻭ ﻣﻤﻜﻨﺎ ﻭﺇﻥ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺎﻣﺘﻨﺎﻉ
ﺫﻟﻚ ﻳﺴﺘﻠﺰﻡ ﺍﻟﺴﻔﺴﻄﺔ ﺍﻟﻤﺤﻀﺔ
(ﺑﻴﺎﻥ ﺗﻠﺒﻴﺲ ﺍﻟﺠﻬﻤﻴﺔ ﺝ1ﺹ33 .(
[ Fakħruddiin AR RAZI mengatakan,] :"jika Dia (Allah) TERbagi DENGAN JUZ DAN ORGAN, maka BERARTI Dia TERSUSUN DARI BERBAGAI JUZ DAN ORGAN - ... ( karena dikaitkan dengan banyak JUZ MAKA bertentangan dengan TAUHID dan SAYA (AR RAZI) telah menunjukkan bahwa ini adalah klaim yang tidak valid/ BATIL.)."
[Ibnu Taimiyah menjawab :]
"Sebaliknya, SAYA JELASKAN bahwa jika HAL ini (yaitu Allah TERbagi DENGAN BERBAGAI JUZ DAN ORGAN menurut dia (AR RAZI)' ),TIDAK MUNGKIN, maka ini BERKONSEKWENSI TIDAK AKAN ADA APA-APA DARI MAUJUD (YANG TELAH ADA) ....
Perhatikan apa yang dikataka IBNU TAEMIYAH, Dia mengatakan bahwa jika ada sesuatu yang tidak TERbagi DENGAN beberapa hal ( JUZ DAN ORGAN ), maka SESUATU ITU tidak bisa eksis / ADA, BEGITU JUGA DZAT Allah.
KESIMPULANNYA IBNU TAEMIYAH menegaskan keyakinannya bahwa Allah memang terbagi DARI JUZ DAN ORGAN .
[Ibnu Taimiyah berkata:] "Kami telah menjelaskan ( dalam hal apa yang mereka maksud ) berhubungan dengan KATA TARKIB; komposisi / TERSUSUN, TAHAYUZ: menetap di tempat, DAN TAGOYUR: memiliki PERUBAHAN, dan IFTIQOR butuh, YANG dimaksud dengan SEMUA ISTILAH INI adalAH segala sesuatu yang HARUS ADA (WAJIBUL WUJUD) : ( YAITU Allah) atau YANG mungkin ada (JAIZUL WUJUD.): (YAITU MAHLUK) Sesungguhnya, untuk mengatakan bahwa ISTILAH_ISTILAH TADI mustahil ( dihubungkan KEPADA ALLAH,) ITU adalah
murni menyesatkan.
Dia mengatakan di sini bahwa tidak ada SESUATU yang ada, bahkan tidak ADA Allah, kecuali ia TERSUSUN DARI JUZ, memiliki tempat, bagian (seperti sisi fisik yang berbeda), dan butuH PADA YANG MENGADAKAN.
Berdasarkan pernyataan YANG sangat jelek, maka tak heran, JIKA sejumlah ulama, seperti SYAIKH TaqiyyudDiin Al-Ĥuşniyy,mengatakan bahwa Ibnu
Taimiyah adalah "kafir mutlak." BEGITU JUGA tidak mengherankan JIKA SYAIKH Alaa'udDiin Al-Bukħaariyy BELIAU marah PADA, "siapapun memanggil dia Shaykh Islam." ,beberapa ORANG MUNGKIN MASIH menyebutnya SAEKHUL ISLAM, karena tidak mengetahui HAKIKAT keyakinanNYA YANG MENYIMPANG , tapi DENGAN JELAS di atas kita dapat
memahami mengapa ULAMA
MENGELUARKAN fatwa TERSEBUT KEPADA IBN TAEMIYAH .
Referensi:
Bayaan Talbiis Al Jahmiyyah,
KARYA Taymmiyyah bin Ahmad,Maţbaah Al Hukuumah, Makkah, 1392.
ﺑﻴﺎﻥ ﺗﻠﺒﻴﺲ ﺍﻟﺠﻬﻤﻴﺔ ﻓﻲ ﺗﺄﺳﻴﺲ
ﺑﺪﻋﻬﻢ ﺍﻟﻜﻼﻣﻴﺔ,ﺍﺳﻢ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ:
ﺃﺣﻤﺪ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺤﻠﻴﻢ ﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ ﺍﻟﺤﺮﺍﻧﻲ
ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺍﻟﻮﻓﺎﺓ:728,ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻨﺸﺮ:
ﺍﻟﺤﻜﻮﻣﺔ ﻣﻄﺒﻌﺔ-ﺍﻟﻤﻜﺮﻣﺔ ﻣﻜﺔ-
1392,ﺍﻟﻄﺒﻌﺔ:ﺍﻷﻭﻟﻰ,ﺗﺤﻘﻴﻖ:ﻣﺤﻤﺪ
ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻗﺎﺳﻢ
1 ﻗﻮﻟﻚ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻨﻘﺴﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﺮﻛﺒﺎ
ﻭﺗﻘﺪﻡ ﺇﺑﻄﺎﻟﻪ ﺗﻘﺪﻡ ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ ﻋﻦ ﻫﺬﺍ
ﺍﻟﺬﻱ ﺳﻤﻴﺘﻪ ﻣﺮﻛﺒﺎ ﻭﺗﺒﻴﻦ ﺃﻧﻪ ﻻ
ﺣﺠﺔ ﺃﺻﻼ ﻋﻠﻰ ﺍﻣﺘﻨﺎﻉ ﺫﻟﻚ ﺑﻞ ﺑﻴﻦ
ﺃﻥ ﺇﺣﺎﻟﺔ ﺫﻟﻚ ﺗﻘﺘﻀﻲ ﺇﺑﻄﺎﻝ ﻛﻞ
ﻣﻮﺟﻮﺩ ﻭﻟﻮﻻ ﺃﻧﻪ ﺃﺣﺎﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺗﻘﺪﻡ
ﻟﻤﺎ ﺃﺣﻠﻨﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺗﻘﺪﻡ ﺑﻴﺎﻥ ﻣﺎ ﻓﻲ
ﻟﻔﻆ ﺍﻟﺘﺮﻛﻴﺐ ﻭﺍﻟﺘﺤﻴﺰ ﻭﺍﻟﻐﻴﺮ
ﻭﺍﻻﻓﺘﻘﺎﺭ ﻣﻦ ﺍﻻﺣﺘﻤﺎﻝ ﻭﺇﻥ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ
ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻘﺼﺪ ﻣﻨﻪ ﺑﺬﻟﻚ ﻳﺠﺐ ﺃﻥ
ﻳﺘﺼﻒ ﺑﻪ ﻛﻞ ﻣﻮﺟﻮﺩ ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻥ
ﻭﺍﺟﺒﺎ ﺃﻭ ﻣﻤﻜﻨﺎ ﻭﺇﻥ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺎﻣﺘﻨﺎﻉ
ﺫﻟﻚ ﻳﺴﺘﻠﺰﻡ ﺍﻟﺴﻔﺴﻄﺔ ﺍﻟﻤﺤﻀﺔ
(ﺑﻴﺎﻥ ﺗﻠﺒﻴﺲ ﺍﻟﺠﻬﻤﻴﺔ ﺝ1ﺹ33 .(
Label:Pujian Buat Junjungan
Ibnu Taemiyah VS Ibnu Tae-miyah
Allah tidak mengalami perubahan dalam dzat dan sifat-NYA
Allah tidak berubah, bahwa Allah TIDAK dipengaruhi oleh ciptaanNYA, dan OLEH peristiwa YANG TERJADI DALAM CIPTAANNYA SEPERTI yang menyebabkan kemarahan, dll. Allah tidak terpengaruh oleh apa yang kita lakukan, atau OLEH apa pun dalam CIPTAANNYA. Hal ini karena Dia tidak membutuhkan ciptaan dalam HAL apapun, dengan cara atau bentuk APA PUN, Allah ITU sempurna sebelum dunia ada dan tidak mendapatkan manfaat dari
keberadaannya MENJADI lebih sempurna,atau BERKURANG kesempurnaan karena ITU. Allah berfirman:
ﻓﺈﻥ ﭐﻟﻠﻪ ﻏﻨﻲ ﻋﻦ ﭐﻟﻌﻠﻤﻴﻦ
Artinya: Sesungguhnya Allah
sama sekali tidak BUTUH KEPADA SELURUH ALAM. (Al Imran: 97)
Dalam hal ini, diriwayatkan
oleh Al-Haitħamiyy dalam Majma Az-Zawaa'id, ia
menyatakan SANADNYA diterima, bahwa seorang Badui berkata dalam dO'anya, antara lain:
"ﻭﻻ ﺗﻐﻴﺮﻩ ﺍﻟﺤﻮﺍﺩﺙ"
"(WAHAI yang Satu) yang tidak BERubah oleh peristiwa APA PUN." Setelah selesai, Nabi MEMANGGIL Badui dan memberinya beberapa emas, dan BELIAU bertanya kepada-Nya,"Apakah Anda tahu kenapa aku memberikan emas kepada Anda?" Dia menjawab, "karena hubungan keluarga di antara kami Wahai Rasulullah?" Nabi berkata : "Ikatan keluarga memiliki hak yang melekat kepada mereka, tapi saya memberi Anda emas untuk keindahan pujian Anda KEPADA Allah."
BEGITU JUGA Yang dimaksud dengan "kemarahan" atau "murka" ketika DI SANDARKAN pada Allah,KITA LIHAT Dalam kamus Mufradaat Al-Qur'an Ar-Raagħib Al-'Aşfahaaniyy
berkata tentang għađab
(murka / marah): "MENDIDIH darah hati karena ingin membalas dendam," Lalu ia
berkata, "Jika MARAH di SANDARKAN PADA Allah,maka ARTINYA MEMBERI ADZAB, tanpa arti lain. (P. 361) (1 )"
Dalam kamus Lisaanu-l Arab Ibn ManDħuur meriwayatkan dari ahli bahasa Ibnu Arafah: "għađab (murka) PADA MAHLUK adalah sesuatu yang masuk ke hati mereka,sebagian baik DAN sebagian buruk. Jenis buruknya adalah KETIKA
tanpa hak, dan jenis baik adalah untuk tujuan agama dan dengan hak. Adapun' għađab Allah, ini adalah ketidak setujuan-Nya TERHADAP mereka yang tidak taat kepada-Nya sehingga Dia menghukum mereka. (2)"
DALAM Menjelaskan QS THaHa, 81, dimana dinyatakan "għađabii", yang makna literalnya "murka saya",.Ibnu Al-Jawziyy mengatakan artiNYA: "azab-Ku. (3) "
Bahkan dalam KAMUS bahasa INDONESIA kata murka tidak selalu berarti perubahan dalam EMOSI YANG dinisbahkan dengan kemarahan, salah satu definisi dari murka adalah: "hukuman yg menghukum untuk suatu pelanggaran atau kejahatan:.Siksaan ilahi "
Adapunĥadiitħ ini:
"ﺇﻥ ﺭﺑﻲ ﻗﺪ ﻏﻀﺐ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻏﻀﺒﺎ ﻟﻢ
ﻳﻐﻀﺐ ﻗﺒﻠﻪ ﻣﺜﻠﻪ ﻭﻟﻦ ﻳﻐﻀﺐ ﺑﻌﺪﻩ
ﻣﺜﻠﻪ"
{Jika diterjemahkan secara harfiah ARTINYA : "Sesungguhnya Tuhanku murka hari ini, tidak seperti MURKA sebelumnya, dan Ia tidak akan murka seperti itu lagi."}
IMAM An-Nawawiyy mengatakan dalam penjelasannya DALAM Saĥiiĥ
Muslim: yang dimaksud dengan murka Allah adalah apa yang muncul dari hukuman-Nya KEPADA mereka yang tidak taat kepadanya, dan APA YANG DI LIHAT OLEH mereka (orang-orang di hari kiamat) BEGITU menyakitkan SiksaanNYA, dan orang-orang BERKumpul (pada hari itu) MENJADI saksi ADZAB YANG MengeriKan yang belum pernah MEREKA LIHAT sebelumnya dan tidak akan pernah lagi MEREKA LIHAT SESUDAHNYA. Tidak ada keraguan bahwa ini tidak akan pernah terjadi sebelum hari itu(KIAMAT), dan seperti tidak akan pernah terulang kembali. Ini adalah arti dari "' murka Allah," SEBAGAIMANA ARTI DARI riDHO-Nya (terjemahan harfiah:"yang senang") KETIKA DISANDARKAN PADA ALLAH ARTINYA ADALAH MEMBERI rahmat dan perlakuan lembut KEPADA mereka YANG DI KEhendaki baik dan martabat YANG TINGGI. Hal ini karena tidak mungkin Allah Berubah MENJADI sedang murka KEMUDIAN BERUBAH MENJADI senang DLL. Dan Allah tahu
yang terbaik. (3 / 68 ) (4)
Imam Abu Ĥaniifah MENGatakan dalam Al-Fiqh Al-Akbar: "...berubah dan perubahan hanya terjadi pada makhluk ciptaan."
Mengapa Abu Ĥaniifah mengatakan bahwa perubahan dan BERubah hanya terjadi pada makhluk? Karena perubahan adalah ke
adaAN sesuatu MENJADI baru, dan semua hal-hal ITU MEMbutuhKan pencipta, SEBAB sebelumnya tidak ada. Allah tidak diciptakan,MAKA Dia tidak berubah.
Selain itu, Allah ADALAH sempurna SECARA MUTLAK, BARANGSIAPA mengatakan bahwa Dia berubah,ARTINYA menyiratkan bahwa Ia semakin sempurna, dan SEBELUMNYA TIDAK sempurna, atau kurang sempurna.
HAL SEPERTI Ini bukan kepercayaan seorang Muslim.
Imam Ahmad bin Hanbal
berkata:
ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﻢ ﻳﻠﺤﻘﻪ ﺗﻐﻴﺮ ﻭﻻ ﺗﺒﺪﻝ
ﻭﻻ ﻳﻠﺤﻘﻪ ﺍﻟﺤﺪﻭﺩ ﻗﺒﻞ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﺮﺵ
ﻭﻻ ﺑﻌﺪ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﺮﺵ
"Allah TAALA tidak berubah atau MengaLAMI substitusi apapun (dalam SIFAT-Nya), dan ALLAH TIDAK dikaitkan DENGAN batas sebelum MENCIPTA ArASY dan setelah MENCIPTAnya ( Itiqaad Al-Imam Al-Mubajjal Ibnu Hanbal, P. 297 )."Dengan kata lain, Allah tidak BERtempat di atas Arsh.
Mengapa para ulama cermat menghindari keyakinan bahwa Allah MENGALAMI PERUBAHAN ??
Jawabannya bahwa perubahan pada kenyataannya adalah ADANYA suatu awal PERMULAAN, dan apa-apa
YANG ADA awal PERMULAAN, PASTI ADA YANG MENGadaKan. Setelah DI ADAKAN,BERARTI keberadaannya ADA YANG MENciptakan, jadi semua YANG ADA awal PERMULAAN PASTI ADA YANG MEMbuat. Dengan kata lain, SEMUA PERubahAN ITU diciptakan.
DENGAN mengatakan bahwa Allah itu BERUBAH, SAMA DENGAN mengatakan bahwa SIFATNYA DI ciptakan, dan
bahwa Ia MERUPAKAN BAGIAN DARI YANG DI CIPTAKAN. Ini
seperti kristen yang
mengatakan bahwa Allah memiliki seorang putra, YAKNI Ia adalah bagian DARI pencipta (TUHAN) dan JUGA YANG Mencipta bagian (PUTRA) . OLEH SEBAB ITU, tidak ada kitab suci BISA dipahami DENGAN ADANYA perubahan ALLAH, dan setiap kitab suci yang DHOHIRNYA menyiratkan HAL ini tidak MESTI dipahami SECARA DHOHIR.
Seperti BIASANYA, setiap arti YANG DISANDARKAN PADA Sang Pencipta dalam NAS KITAB suci YANG MENGANDUNG kemiripan DENGAN MAHLUK, KITA MESTI MERUJUK PADA PENDAPAT SALAF UNTUK MENDAPAT PENJELASAN.
Pada tingkat yang paling dasar, MESTI DI YAKINI bahwa Allah tidak memiliki permulaan, dan bahwa SIFAT-Nya tidak memiliki awal. Alasannya adalah bahwa apa-apa YANG ADA awal PERMULAAN adalah ciptaan / MAHLUK, karena pasti ADA YG MENGAdaKan.
Jadi SIAPA yang mengatakan bahwa Allah MENGALAMI perubahan,MAKA ORANG TERSEBUT tidak hanya mengatakan bahwa Allah menyerupai makhluk-Nya, tetapi IA MENGATAKAN JUGA bahwa ALLAH adalah
bagian DARI MAHLUK. Ini adalah pengingkaran MURNI PADA firman Allah:
"ﻟﻴﺲ ﻛﻤﺜﻠﻪ ﺷﻲﺀ"
Artinya: "Sama sekali tidak ada YANG menyerupai-Nya." (Al-Sħuura,11)
berdasarkan AYAT ini, jika Allah tidak menyerupai apapun DARI ciptaan-Nya, maka pasti ALLAH tidak dibuat / TIDAK ADA YG MENCIPTA !
BUKAN hanya itu, tapi DENGAN mengatakan Allah ADA awal / PERMULAAN ITU merusak bukti keberadaan Allah ITU SENDIRI,. Alasannya adalah KARENA Allah bukanlah sesuatu yang BISA DI KETAHUI adaNYA berdasarkan pengamatan INDRA SAJA, TETAPI, kita tahu bahwa ALLAH ada karena adanya hal-hal yang memiliki awal, yaitu dunia di sekitar kita. Kita tahu bahwa Allah ada, karena SETIAP SESUATU YANG ADA awal / PERMULAAN, PASTI MeMbutuhKan pencipta, DAN PASTI ADA YANG MENGadaKan. Jika seseorang mengatakan bahwa Allah ADA awal / PERMULAAN, maka dia SAMA DENGAN mengatakan bahwa sesuatu BISA menjadi
ada tanpa ADA YANG Mencipta, atau bahwa Allah bukanlah Pencipta, atau bahwa Allah DI CIPTAKAN OLEH sendiriNYA. Dalam dua kasus pertama, buktinya jelas TIDAK ADA, Dalam kasus terakhir itu juga SAMA TIDAK ADA, karena jika sesuatu dapat menjadi bagian DARI YANG Mencipta
dan ciptaan bagian DARINYA, maka bagaimana BISA menghilangkan keraguan tentang dunia tidak BISA ADA DENGAN sendiriNYA ( MENCIPTA SENDIRI )?
Untuk alasan ini, KITA
menemukan Wahabi selalu takut MENGEMUKAKAN bukti keberadaan Allah, karena
bukti ini juga membuktikan
bahwa mereka salah. Bukti ini semua berkisar pada kenyataan bahwa SESUATU tidak memiliki PERubahAN atau awal PERMULAAN
tanpa ADANYA YANG Mencipta.
1. ﻟﻤﻔﺮﺩﺍﺕ ﻓﻲ ﻏﺮﻳﺐ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ,
ﺍﺳﻢ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ:ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻘﺎﺳﻢ
ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﻮﻓﺎﺓ:
502ﻩ,ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻨﺸﺮ:ﺍﻟﻤﻌﺮﻓﺔ
ﺩﺍﺭ-ﻟﺒﻨﺎﻥ,ﺗﺤﻘﻴﻖ:ﻣﺤﻤﺪ
ﺳﻴﺪ ﻛﻴﻼﻧﻲ.ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ:
ﻭﺇﺫﺍ ﻭﺻﻒ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﻪ
ﻓﺎﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻪ ﺍﻻﻧﺘﻘﺎﻡ ﺩﻭﻥ
ﻏﻴﺮﻩ ﺍﻟﻤﻔﺮﺩﺍﺕ ﻓﻲ ﻏﺮﻳﺐ
ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺝ1 ﺹ 361 - kembali
2. ﻟﺴﺎﻥ ﺍﻟﻌﺮﺏ- (ﺝ1/ﺹ648)
:ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﻋﺮﻓﺔ ﺍﻟﻐﻀﺐ ﻣﻦ
ﺍﻟﻤﺨﻠﻮﻗﻴﻦ ﺷﻲﺀ ﻳﺪﺍﺧﻞ
ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ﻭﻣﻨﻪ ﻣﺤﻤﻮﺩ
ﻭﻣﺬﻣﻮﻡ ﻓﺎﻟﻤﺬﻣﻮﻡ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ
ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺍﻟﻤﺤﻤﻮﺩ ﻣﺎ
ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺟﺎﻧﺐ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﺤﻖ
ﻭﺃﻣﺎ ﻏﻀﺐ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻬﻮ ﺇﻧﻜﺎﺭﻩ
ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻋﺼﺎﻩ ﻓﻴﻌﺎﻗﺒﻪ
3.ﺯﺍﺩ ﺍﻟﻤﺴﻴﺮ- (361):ﻗﻮﻟﻪ
ﺗﻌﺎﻟﻰ: {ﻓﻴﺤﻞ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻏﻀﺒﻲ}
ﺃﻱ:ﻓﺘﺠﺐ ﻟﻜﻢ ﻋﻘﻮﺑﺘﻲ
4..ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﻋﻠﻰ ﻣﺴﻠﻢ- (ﺝ
3/ﺹ 68):ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻐﻀﺐ
ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﺎ ﻳﻈﻬﺮ ﻣﻦ
ﺍﻧﺘﻘﺎﻣﻪ ﻣﻤﻦ ﻋﺼﺎﻩ ﻭﻣﺎ
ﻳﺮﻭﻧﻪ ﻣﻦ ﺃﻟﻴﻢ ﻋﺬﺍﺑﻪ,ﻭﻣﺎ
ﻳﺸﺎﻫﺪﻩ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻤﺠﻤﻊ ﻣﻦ
ﺍﻷﻫﻮﺍﻝ ﺍﻟﺘﻲ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻭﻻ ﻳﻜﻮﻥ
ﻣﺜﻠﻬﺎ,ﻭﻻ ﺷﻚ ﻓﻲ ﺃﻥ ﻫﺬﺍ
ﻛﻠﻪ ﻟﻢ ﻳﺘﻘﺪﻡ ﻗﺒﻞ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻴﻮﻡ
ﻣﺜﻠﻪ ﻭﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﻌﺪﻩ ﻣﺜﻠﻪ,
ﻓﻬﺬﺍ ﻣﻌﻨﻰ ﻏﻀﺐ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
ﻛﻤﺎ ﺃﻥ ﺭﺿﺎﻩ ﻇﻬﻮﺭ ﺭﺣﻤﺘﻪ
ﻭﻟﻄﻔﻪ ﺑﻤﻦ ﺃﺭﺍﺩ ﺑﻪ ﺍﻟﺨﻴﺮ
ﻭﺍﻟﻜﺮﺍﻣﺔ;ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
ﻳﺴﺘﺤﻴﻞ ﻓﻲ ﺣﻘﻪ ﺍﻟﺘﻐﻴﺮ ﻓﻲ
ﺍﻟﻐﻀﺐ ﻭﺍﻟﺮﺿﺎﺀ.ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ .
keberadaannya MENJADI lebih sempurna,atau BERKURANG kesempurnaan karena ITU. Allah berfirman:
ﻓﺈﻥ ﭐﻟﻠﻪ ﻏﻨﻲ ﻋﻦ ﭐﻟﻌﻠﻤﻴﻦ
Artinya: Sesungguhnya Allah
sama sekali tidak BUTUH KEPADA SELURUH ALAM. (Al Imran: 97)
Dalam hal ini, diriwayatkan
oleh Al-Haitħamiyy dalam Majma Az-Zawaa'id, ia
menyatakan SANADNYA diterima, bahwa seorang Badui berkata dalam dO'anya, antara lain:
"ﻭﻻ ﺗﻐﻴﺮﻩ ﺍﻟﺤﻮﺍﺩﺙ"
"(WAHAI yang Satu) yang tidak BERubah oleh peristiwa APA PUN." Setelah selesai, Nabi MEMANGGIL Badui dan memberinya beberapa emas, dan BELIAU bertanya kepada-Nya,"Apakah Anda tahu kenapa aku memberikan emas kepada Anda?" Dia menjawab, "karena hubungan keluarga di antara kami Wahai Rasulullah?" Nabi berkata : "Ikatan keluarga memiliki hak yang melekat kepada mereka, tapi saya memberi Anda emas untuk keindahan pujian Anda KEPADA Allah."
BEGITU JUGA Yang dimaksud dengan "kemarahan" atau "murka" ketika DI SANDARKAN pada Allah,KITA LIHAT Dalam kamus Mufradaat Al-Qur'an Ar-Raagħib Al-'Aşfahaaniyy
berkata tentang għađab
(murka / marah): "MENDIDIH darah hati karena ingin membalas dendam," Lalu ia
berkata, "Jika MARAH di SANDARKAN PADA Allah,maka ARTINYA MEMBERI ADZAB, tanpa arti lain. (P. 361) (1 )"
Dalam kamus Lisaanu-l Arab Ibn ManDħuur meriwayatkan dari ahli bahasa Ibnu Arafah: "għađab (murka) PADA MAHLUK adalah sesuatu yang masuk ke hati mereka,sebagian baik DAN sebagian buruk. Jenis buruknya adalah KETIKA
tanpa hak, dan jenis baik adalah untuk tujuan agama dan dengan hak. Adapun' għađab Allah, ini adalah ketidak setujuan-Nya TERHADAP mereka yang tidak taat kepada-Nya sehingga Dia menghukum mereka. (2)"
DALAM Menjelaskan QS THaHa, 81, dimana dinyatakan "għađabii", yang makna literalnya "murka saya",.Ibnu Al-Jawziyy mengatakan artiNYA: "azab-Ku. (3) "
Bahkan dalam KAMUS bahasa INDONESIA kata murka tidak selalu berarti perubahan dalam EMOSI YANG dinisbahkan dengan kemarahan, salah satu definisi dari murka adalah: "hukuman yg menghukum untuk suatu pelanggaran atau kejahatan:.Siksaan ilahi "
Adapunĥadiitħ ini:
"ﺇﻥ ﺭﺑﻲ ﻗﺪ ﻏﻀﺐ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻏﻀﺒﺎ ﻟﻢ
ﻳﻐﻀﺐ ﻗﺒﻠﻪ ﻣﺜﻠﻪ ﻭﻟﻦ ﻳﻐﻀﺐ ﺑﻌﺪﻩ
ﻣﺜﻠﻪ"
{Jika diterjemahkan secara harfiah ARTINYA : "Sesungguhnya Tuhanku murka hari ini, tidak seperti MURKA sebelumnya, dan Ia tidak akan murka seperti itu lagi."}
IMAM An-Nawawiyy mengatakan dalam penjelasannya DALAM Saĥiiĥ
Muslim: yang dimaksud dengan murka Allah adalah apa yang muncul dari hukuman-Nya KEPADA mereka yang tidak taat kepadanya, dan APA YANG DI LIHAT OLEH mereka (orang-orang di hari kiamat) BEGITU menyakitkan SiksaanNYA, dan orang-orang BERKumpul (pada hari itu) MENJADI saksi ADZAB YANG MengeriKan yang belum pernah MEREKA LIHAT sebelumnya dan tidak akan pernah lagi MEREKA LIHAT SESUDAHNYA. Tidak ada keraguan bahwa ini tidak akan pernah terjadi sebelum hari itu(KIAMAT), dan seperti tidak akan pernah terulang kembali. Ini adalah arti dari "' murka Allah," SEBAGAIMANA ARTI DARI riDHO-Nya (terjemahan harfiah:"yang senang") KETIKA DISANDARKAN PADA ALLAH ARTINYA ADALAH MEMBERI rahmat dan perlakuan lembut KEPADA mereka YANG DI KEhendaki baik dan martabat YANG TINGGI. Hal ini karena tidak mungkin Allah Berubah MENJADI sedang murka KEMUDIAN BERUBAH MENJADI senang DLL. Dan Allah tahu
yang terbaik. (3 / 68 ) (4)
Imam Abu Ĥaniifah MENGatakan dalam Al-Fiqh Al-Akbar: "...berubah dan perubahan hanya terjadi pada makhluk ciptaan."
Mengapa Abu Ĥaniifah mengatakan bahwa perubahan dan BERubah hanya terjadi pada makhluk? Karena perubahan adalah ke
adaAN sesuatu MENJADI baru, dan semua hal-hal ITU MEMbutuhKan pencipta, SEBAB sebelumnya tidak ada. Allah tidak diciptakan,MAKA Dia tidak berubah.
Selain itu, Allah ADALAH sempurna SECARA MUTLAK, BARANGSIAPA mengatakan bahwa Dia berubah,ARTINYA menyiratkan bahwa Ia semakin sempurna, dan SEBELUMNYA TIDAK sempurna, atau kurang sempurna.
HAL SEPERTI Ini bukan kepercayaan seorang Muslim.
Imam Ahmad bin Hanbal
berkata:
ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﻢ ﻳﻠﺤﻘﻪ ﺗﻐﻴﺮ ﻭﻻ ﺗﺒﺪﻝ
ﻭﻻ ﻳﻠﺤﻘﻪ ﺍﻟﺤﺪﻭﺩ ﻗﺒﻞ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﺮﺵ
ﻭﻻ ﺑﻌﺪ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﺮﺵ
"Allah TAALA tidak berubah atau MengaLAMI substitusi apapun (dalam SIFAT-Nya), dan ALLAH TIDAK dikaitkan DENGAN batas sebelum MENCIPTA ArASY dan setelah MENCIPTAnya ( Itiqaad Al-Imam Al-Mubajjal Ibnu Hanbal, P. 297 )."Dengan kata lain, Allah tidak BERtempat di atas Arsh.
Mengapa para ulama cermat menghindari keyakinan bahwa Allah MENGALAMI PERUBAHAN ??
Jawabannya bahwa perubahan pada kenyataannya adalah ADANYA suatu awal PERMULAAN, dan apa-apa
YANG ADA awal PERMULAAN, PASTI ADA YANG MENGadaKan. Setelah DI ADAKAN,BERARTI keberadaannya ADA YANG MENciptakan, jadi semua YANG ADA awal PERMULAAN PASTI ADA YANG MEMbuat. Dengan kata lain, SEMUA PERubahAN ITU diciptakan.
DENGAN mengatakan bahwa Allah itu BERUBAH, SAMA DENGAN mengatakan bahwa SIFATNYA DI ciptakan, dan
bahwa Ia MERUPAKAN BAGIAN DARI YANG DI CIPTAKAN. Ini
seperti kristen yang
mengatakan bahwa Allah memiliki seorang putra, YAKNI Ia adalah bagian DARI pencipta (TUHAN) dan JUGA YANG Mencipta bagian (PUTRA) . OLEH SEBAB ITU, tidak ada kitab suci BISA dipahami DENGAN ADANYA perubahan ALLAH, dan setiap kitab suci yang DHOHIRNYA menyiratkan HAL ini tidak MESTI dipahami SECARA DHOHIR.
Seperti BIASANYA, setiap arti YANG DISANDARKAN PADA Sang Pencipta dalam NAS KITAB suci YANG MENGANDUNG kemiripan DENGAN MAHLUK, KITA MESTI MERUJUK PADA PENDAPAT SALAF UNTUK MENDAPAT PENJELASAN.
Pada tingkat yang paling dasar, MESTI DI YAKINI bahwa Allah tidak memiliki permulaan, dan bahwa SIFAT-Nya tidak memiliki awal. Alasannya adalah bahwa apa-apa YANG ADA awal PERMULAAN adalah ciptaan / MAHLUK, karena pasti ADA YG MENGAdaKan.
Jadi SIAPA yang mengatakan bahwa Allah MENGALAMI perubahan,MAKA ORANG TERSEBUT tidak hanya mengatakan bahwa Allah menyerupai makhluk-Nya, tetapi IA MENGATAKAN JUGA bahwa ALLAH adalah
bagian DARI MAHLUK. Ini adalah pengingkaran MURNI PADA firman Allah:
"ﻟﻴﺲ ﻛﻤﺜﻠﻪ ﺷﻲﺀ"
Artinya: "Sama sekali tidak ada YANG menyerupai-Nya." (Al-Sħuura,11)
berdasarkan AYAT ini, jika Allah tidak menyerupai apapun DARI ciptaan-Nya, maka pasti ALLAH tidak dibuat / TIDAK ADA YG MENCIPTA !
BUKAN hanya itu, tapi DENGAN mengatakan Allah ADA awal / PERMULAAN ITU merusak bukti keberadaan Allah ITU SENDIRI,. Alasannya adalah KARENA Allah bukanlah sesuatu yang BISA DI KETAHUI adaNYA berdasarkan pengamatan INDRA SAJA, TETAPI, kita tahu bahwa ALLAH ada karena adanya hal-hal yang memiliki awal, yaitu dunia di sekitar kita. Kita tahu bahwa Allah ada, karena SETIAP SESUATU YANG ADA awal / PERMULAAN, PASTI MeMbutuhKan pencipta, DAN PASTI ADA YANG MENGadaKan. Jika seseorang mengatakan bahwa Allah ADA awal / PERMULAAN, maka dia SAMA DENGAN mengatakan bahwa sesuatu BISA menjadi
ada tanpa ADA YANG Mencipta, atau bahwa Allah bukanlah Pencipta, atau bahwa Allah DI CIPTAKAN OLEH sendiriNYA. Dalam dua kasus pertama, buktinya jelas TIDAK ADA, Dalam kasus terakhir itu juga SAMA TIDAK ADA, karena jika sesuatu dapat menjadi bagian DARI YANG Mencipta
dan ciptaan bagian DARINYA, maka bagaimana BISA menghilangkan keraguan tentang dunia tidak BISA ADA DENGAN sendiriNYA ( MENCIPTA SENDIRI )?
Untuk alasan ini, KITA
menemukan Wahabi selalu takut MENGEMUKAKAN bukti keberadaan Allah, karena
bukti ini juga membuktikan
bahwa mereka salah. Bukti ini semua berkisar pada kenyataan bahwa SESUATU tidak memiliki PERubahAN atau awal PERMULAAN
tanpa ADANYA YANG Mencipta.
1. ﻟﻤﻔﺮﺩﺍﺕ ﻓﻲ ﻏﺮﻳﺐ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ,
ﺍﺳﻢ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ:ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻘﺎﺳﻢ
ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﻮﻓﺎﺓ:
502ﻩ,ﺩﺍﺭ ﺍﻟﻨﺸﺮ:ﺍﻟﻤﻌﺮﻓﺔ
ﺩﺍﺭ-ﻟﺒﻨﺎﻥ,ﺗﺤﻘﻴﻖ:ﻣﺤﻤﺪ
ﺳﻴﺪ ﻛﻴﻼﻧﻲ.ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ:
ﻭﺇﺫﺍ ﻭﺻﻒ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﻪ
ﻓﺎﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻪ ﺍﻻﻧﺘﻘﺎﻡ ﺩﻭﻥ
ﻏﻴﺮﻩ ﺍﻟﻤﻔﺮﺩﺍﺕ ﻓﻲ ﻏﺮﻳﺐ
ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺝ1 ﺹ 361 - kembali
2. ﻟﺴﺎﻥ ﺍﻟﻌﺮﺏ- (ﺝ1/ﺹ648)
:ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﻋﺮﻓﺔ ﺍﻟﻐﻀﺐ ﻣﻦ
ﺍﻟﻤﺨﻠﻮﻗﻴﻦ ﺷﻲﺀ ﻳﺪﺍﺧﻞ
ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ﻭﻣﻨﻪ ﻣﺤﻤﻮﺩ
ﻭﻣﺬﻣﻮﻡ ﻓﺎﻟﻤﺬﻣﻮﻡ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ
ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺍﻟﻤﺤﻤﻮﺩ ﻣﺎ
ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺟﺎﻧﺐ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﺤﻖ
ﻭﺃﻣﺎ ﻏﻀﺐ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻬﻮ ﺇﻧﻜﺎﺭﻩ
ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻋﺼﺎﻩ ﻓﻴﻌﺎﻗﺒﻪ
3.ﺯﺍﺩ ﺍﻟﻤﺴﻴﺮ- (361):ﻗﻮﻟﻪ
ﺗﻌﺎﻟﻰ: {ﻓﻴﺤﻞ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻏﻀﺒﻲ}
ﺃﻱ:ﻓﺘﺠﺐ ﻟﻜﻢ ﻋﻘﻮﺑﺘﻲ
4..ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﻋﻠﻰ ﻣﺴﻠﻢ- (ﺝ
3/ﺹ 68):ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻐﻀﺐ
ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﺎ ﻳﻈﻬﺮ ﻣﻦ
ﺍﻧﺘﻘﺎﻣﻪ ﻣﻤﻦ ﻋﺼﺎﻩ ﻭﻣﺎ
ﻳﺮﻭﻧﻪ ﻣﻦ ﺃﻟﻴﻢ ﻋﺬﺍﺑﻪ,ﻭﻣﺎ
ﻳﺸﺎﻫﺪﻩ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻤﺠﻤﻊ ﻣﻦ
ﺍﻷﻫﻮﺍﻝ ﺍﻟﺘﻲ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻭﻻ ﻳﻜﻮﻥ
ﻣﺜﻠﻬﺎ,ﻭﻻ ﺷﻚ ﻓﻲ ﺃﻥ ﻫﺬﺍ
ﻛﻠﻪ ﻟﻢ ﻳﺘﻘﺪﻡ ﻗﺒﻞ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻴﻮﻡ
ﻣﺜﻠﻪ ﻭﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﻌﺪﻩ ﻣﺜﻠﻪ,
ﻓﻬﺬﺍ ﻣﻌﻨﻰ ﻏﻀﺐ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
ﻛﻤﺎ ﺃﻥ ﺭﺿﺎﻩ ﻇﻬﻮﺭ ﺭﺣﻤﺘﻪ
ﻭﻟﻄﻔﻪ ﺑﻤﻦ ﺃﺭﺍﺩ ﺑﻪ ﺍﻟﺨﻴﺮ
ﻭﺍﻟﻜﺮﺍﻣﺔ;ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
ﻳﺴﺘﺤﻴﻞ ﻓﻲ ﺣﻘﻪ ﺍﻟﺘﻐﻴﺮ ﻓﻲ
ﺍﻟﻐﻀﺐ ﻭﺍﻟﺮﺿﺎﺀ.ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ .
Label:Pujian Buat Junjungan
Aqidah asy'ariyah menjawab
Langganan:
Postingan (Atom)