Senin, 02 Mei 2011

Wahabi klaim Allah di atas langit dengan ucapan fir'aun

PERTANYAAN: Wahabi klaim ALLAH DI ATAS LANGIT DENGAN PERKATAAN FIR'AUN YANG DICERITAKAN ALLAH DALAM AL QURAN : Firaun berkata: "Hai Haman!
bangunKAN LAH BUATKU sebuah MENARA YANG tinggi sehingga aku bisA mencapai jalan,JALAN dari langit, dan BISA memandang TUHAN Musa', "(ALMU'MIN, 36-37), INI membuktikan bahwa Musa AS percaya Allah MENempat di LaNGIT, Mereka juga MEMBAWAKAN beberapa REFERENSI DARI kutipan karya-karya ilmiah dalam mendukung ide TERSEBUT..
.
Jawabannya:
Pertama, tidak mungkin untuk mendirikan sebuah AQIDAH Islam YANG tak
terbantahkan berdasarkan TERHADAP apa yang DIKATAKAN ORANG kafir. ARGUMEN BAHWA FIRAUN percaya tuhan Musa AS DI LANGIT,KARENA Musa AS telah mengatakan HAL ITU padanya, INI TIDAK ADA BUKTI, DAN apapun YANG FIRAUN KAtakan tentang "Tuhan Musa AS" bisa menjadi sesuatu yang dianggap salah OLEH FIRAUN atau disalahartikan.
Kedua, DENGAN mengutip dari AL QUR'AN tentang apa YANG TIDAK DIKATAKAN OLEH Nabi SAW, MAKA tidak membuktikan SOHEHNYA
keyakinan ITU. ARGUMENT membutuhkan ĥadiitS yang sangat otentik atau pernyataan AL Quran (selain mengutip dari PERKATAKAN OLEH kafiR,) dan mereka PERLU MEMAHAMINYA dengan cara yang tidak bertentangan dengan teks-teks ATAU riwayat lain,atau TIDAK ADA fakta YANG MEMbantaH KLAIMNYA.
Ketiga, LANGIT berada di bawah Arsy dan di dalam CAKUPAN ciptaan.
Untuk percaya bahwa Allah ada di LANGIT, ITU bertentangan dengan MENEMPAT " di atas ARASY" ,
Jika mereka mengatakan BAHWA REDAKSI "DI DALAM LANGIT" MAKSUDNYA "di atas Langit," maka mereka memiliki PENafsiran YANG BERBEDA DENGAN DOHIR LAFAD, KARENA FISAMA (MEMAKAI HURUF JAR FI) ARTINYA DI DALAM LANGIT,BUKAN DI ATAS LANGIT, dan KLAIM ALLAH DI LANGIT DENGAN MELIHAT DOHIR LAFADNYA, ADALAH penafsiran yang bertentangan dengan "Dia tidak menyerupai apa-apa," dan DENGAN SABDA NABI SAW: "Ya Allah, Engkau adalah AWAL, sehingga tidak ada APA-APA sebelum ENGKAU, dan ENGKAU adalah AL akhir DAN tidak ada APA-APA setelah ENGKAU. ENGKAU Al-DHOhir DAN tidak ada APA-APA di atas ENGKAU.Dan ENGKAU adalah Al-Baatin, DAN tidak ada APA-APA di bawah ENGKAU. (HR Muslim) .
Dan yang paling penting, tempat merupakan aspek partikel, Jika Allah berada di tempat Dia PASTI MEMPUNYAI ukuran, partikel atau tubuh, dan semua partikel dan tubuh memerlukan pencipta, karena perlu spesifikasi.
MENGANGGAP ALLAH BERTEMPAT, ini bertentangan dengan premis utama TENTANG bukti keberadaan Pencipta.

KE EMPAT: Beberapa salafi MENGutipan PENAFSIRAN Imam Al-Tabari (wafat 310 H):
ﻭﻗﻮﻟﻪ: (ﻭﺇﻧﻲ ﻷﻇﻨﻪ ﻛﺎﺫﺑﺎ) ﻳﻘﻮﻝ: ﻭﺇﻧﻲ ﻷﻇﻦ ﻣﻮﺳﻰ ﻛﺎﺫﺑﺎ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻘﻮﻝ ﻭﻳﺪﻋﻲ ﻣﻦ ﺃﻥ ﻟﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺭﺑﺎ ﺃﺭﺳﻠﻪ ﺇﻟﻲﻧﺎ
Dan (Firaun) berkata: "Hai
Haman! bangunLAH menara supaya aku BISA tiba PADA JALAN, JALAN di langit, dan aku BISA Melihat pada Ilah (Tuhan) Musa, tetapi sesungguhnya, saya pikir dia pembohong. "(40:37)
Imam Al-Tabari berkata, "Fir'aun mengatakan ''Saya MENGIRA dia pembohong'' yakni : 'bahwa saya MENGIRA Musa adalah pendusta'' ketika ia mengatakan bahwa Allahnya ada di atas langit, yang mengutus dia (Musa) kepada saya "(Tafsir Al-Tabari)
Mereka ( SALAFI ) tidak menjelaskan LEBIH LANJUT apa YANG DI MAKSUD OLEH IMAM AT THabari dengan UNGKAPAN ''ALLAHNYA di atas langit''.
PADAHAL IMAM al-Tabari mengatakan dalaM TAFSIR tentang ayat:
"Lalu DIA berpaling KE LANGIT (tsumma istawa ILA SAMA'I)" (2:29): Yang dimaksud dengan istiwa 'dalam ayat ini adalah ketinggian (AL ULUW DAN IRTIFA) ...IMAM THOBARI MENGatakan: Dia tinggi di atas langit dengan ketinggian kedaulatan dan kekuasaan, bukan tinggi perpindahan TEMPAT dan gerakan.
Jadi, ketika IMAM Tabari
mengatakan TAFSIR bahwa Musa AS BERKATA KEPADA FIR'AUN: "Allah di atas langit",MAKSUD Imam Tabari ADALAH di atas langit SECARA ketinggian kedaulatan & kekuasaan. TETapi salafie SEKARANG MENTafsirkan secara harfiah menjadi lokasi DAN TEMPAT SAMA SEPERTI FIRAUN, dan karena ITU FIRAUN MEMERINTAHKAN membangun menara untuk memastikan kebenaran klaim Musa alaihi salam.
Ini sulit dipercaya, betapa ta'weel Salafi itu sendiri berlaku tetapi mengutuk orang lain MELAKUKAN TAKWIL,. SALAFI MEMAKNAI "FI: DI DALAM" DENGAN arti "Ala: DI ATAS" UNTUK konteks itu, Salafi "MEMaksa" untuk membuat ta'weel dari "FI"
KE MAKNA "Ala" bila mengacu pada Allâh.
AT-THabraniy mengatakan:
Firaun BERpikir DENGAN ketidak tahuannya bahwa dengan menara ia akan
mampu mencapai Langit, dan IA berpikir bahwa Allah Muusaa adalah FISIK yang dapat dilihat, seperti PERKATAAN anthropomorphist BAHWA
Allah sangat jelas di atas LANGIT.

TANYA JAWAB

TANYA: jika dipraktekkan tafwid salaf al ma'na: MENYERAHKAN MAKNA PADA ALLAH, maka bagaimana mungkin mereka (WAHABI) menggunakan ayat istiwa sebagai penolakan terhadap pandangan jahmi bahwa Allah ada dimana-mana.
DENGAN TAFWID AL MAKNA, Apakah AKAN MEMBUAT jahmi mudah menjawab DENGAN MENGATAKAN bahwa KALIAN tidak tahu arti dari ayat ISTIWA maka bagaimana KALIAN dapat menggunakannya untuk menolak KEYAKINAN KAMI?

JAWAB: PENDIRI JAHMIYAH YAITU Jahm ibn Safwaan
berpendapat bahwa Allah ada dimana-mana di dasarkan pada firman Allah yang diterjemahkan SECARA HARFIAH: "Dia bersama kamu di manapun KAMU berada." Jika diambil secara harfiah ini berarti bahwa Allah ada dimana-mana, tetapi penafsiran seperti INI bertentangan DENGAN interpretasi LITERAL dari
"istawa", jadi apa yang diklaim sebagai bukti / HUJAH, bukanlah bukti.
Itulah sebabnya firman Allah istawa SECARA LITERAL MENENTANG bukti terhadap klaim JAHMIYAH,. Selain itu, beberapa salaf MEMahami "istawa ala-l-ARSYI" DENGAN arti bahwa Allah BUKAN di lokasi, Dengan kata lain, mereka mengerti istilah "di atas ARASY" ADALAH PEN0LAKAN ATAS JAHMI YAITU KEBERADAAN ALLAH di lokasi di bawah, TETAPI PENGERTIAN SALAF INI BUKAN sebagai penegasan BAHWA ALLAH DI lokasi atas, tidak seperti apa yang klaim Wahabi. Ini seperti ketika kita mengatakan "sebelum waktu," yang merupakan PENAFIAN waktu, bukan penegasan ADA waktu sebelum waktu. ekspresi membingungkan tersebut terjadi karena KETERBATASAN bahasa, karena tujuan utama bahasa adalah untuk
berbicara tentang urusan sehari- hari, bukan HAL metafisika. Ungkapan semacam ini yang bisa Anda
TERAPkan dalam UCAPAN
"terpisah dari ciptaan,"yang berarti "tidak dicampur atau TIDAK kontak dengan CIPTAAN," dan BUKAN DALAM
arti TERPisah ruang atau
badan, tidak seperti PEMAHAMAN WAHABI. Akhir KATA, banyak dari Salaf, seperti At-Ţabariy,MEMahami "istawa alaa" DENGAN arti "di atas kepemilikan dan kekuasaan," ini adalah YANG DI maksud SALAF, ini sangat dekat dengan makna YANG pertama kali disebutkan
BAHWA KATA "DIATAS." sangat kompatibel dengan HAL itu, kita bisa mengatakan "Dia berada di atas tahta kekuasaan dan
kepemilikan, bukan di lokasi." DI KARENA SALAF MEMAHAMI HAL INI, SEHINGGA banyak dari mereka hanya berkata, "di atas" tanpa penjelasan lebih lanjut, karenA MEREKA MEMahami bahwa KATA 'DI ATAS' adalah tanpa " kayf, "atau modalitas, jadi tidak dalam arti LOKASI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar