Senin, 02 Mei 2011

Mengkompromikan antara ''ayat istawa dan ayat laesa kamitslihi''

Pertama-tama prinsip dasar untuk memahami ayaT Quran dan Hadis Nabi adalah MENGAMBIL MAKNA YANG paling mutlak, YAITU makna literal dan jelas, kecuali JIKA ada buktI BAHWA MAKNA LITERAL ITU tidak LAYAK, KARENA ADA bukti YANG MEMALINGKAN MAKNA LITERALNYA DARI ayaT-AYAT DAN hadis lain, dan bahwasanya preferensi belaka tidak dapat diterima untuk KASUS SEPERTI INI, YANG Menyortir masalah ini adalah TUGAS ILMU Usul al-Fiqh, YAITU metodologi untuk mengetahui perintah-
perintah dari Al-Qur'an dan
Sunnah, aturan ini PUN memerlukan bukti, seperti yang disebutkan DI ATAS, TUJUANNYA untuk menghindari orang DARI menafsirkan TEXT suci SESUKA HATINYA, DI SAMPING MESTI mengakui bahwa tidak semua AYAT dalam Quran dapat dipahami secara harfiah, karena hal itu akan mengarah KEPADA TERJADINYA Pertentangan
ANTARA SATU AYAT DGN AYAT YANG LAIN .

Jika ADA ORANG YANG MENGATAKAN BAHWA TIDAK BENAR KAIDAH-KAIDAH DAN bukti BISA MEMALINGKAN MAKNA LITERAL harfiah AYAT !!, maka JAWABANNYA: UNTUK APA ALLAH mengirimkan seorang nabi ??, INGATLAH BAHWA pesan DALAM NAS-NAS SUCI itu terbuka untuk interpretasi apapun SEBAGAIMANA yang di inginkan SETIAP ORANG. Misalnya, satu waktu teman saya YANG non Muslim melihat wanita SOLAT sebagai Imam DALAM SOLAT Jum `aT di Amerika Serikat, Dia berkata, "Nah,ini adalah interpretasi-nya, "
bahwa seorang wanita BOLEH memimpin SOLAT Jum `ah. Aku berkata padanya, "DALAM MEMBUAT Interpretasi memiliki aturan, SEBAB jika di perbolehkan untuk membuat penafsiran DENGAN CARA apapun, maka apa yang akan menjadi TOLAK UKUR ALLAH mengirimkan seorang nabi ??" Dia tidak bisa menjawab.

Singkatnya, pemahaman seseorang tentang pernyataan dalam Quran harus MENGAMBIL MAKNA LITERAL, jelas, kecuali ada bukti dari teks lain, atau DARI ijma,BAHWA MAKNA LITERALNYA TIDAK JELAS DAN TIDAK LAYAK..!
OLEH SEBAB itu, perbedaan antara AYAT "DIA tidak menyerupai apa-PUN ," dan AYAT "istawa" ,MAKA AYAT yang pertama menyangkal ADANYA kemiripan apa pun kepada Allah. DAN AYAT Yang KE DUA menegaskan "istawa", SUPAYA konsisten PADA MAKNA DOHIR, maka kita MENYATAKAN istawa tanpa ADANYA kemiripan dengan sesuatu JISIM / FISIK, karena hal-hal yang diciptakan (ALAM) adalah fisik, terbatas dan kuantitatif, dan karena itu MAKA membutuhkan KEPADA SANG PENCIPTA untuk menciptakan SEMUANYA.
Itulah mengapa Salaf berkata "istawa bi-laa kayf," "istawa tanpa bagaimana", DAN mereka (SALAF) tidak mengatakan "DIA menyerupai ciptaan-Nya -.
TAPI Tanpa bagaimana", Pernyataan pertama penegasan YANG diikuti oleh negasi parsial, pernyataan kedua Jelas omong kosong, KARENA JIKA MENYERUPAI MAHLUK, MAKA PASTI ADA 'BAGAIMANA'.
Ini DI ANGGAP cukup ... ..!!
.
Memahami AYAT: "ALLAH tidak menyerupai apapun"

Ketika kita ingin memahami "Dia tidak menyerupai apa-PUN," kita perlu memahami apa makna CIPTAAN (ALAM ATAU MAHLUK) dan APA ORGAN yang eksklusif PADA
ciptaan (MAHLUK ATAU ALAM). Kita juga perlu
mengidentifikasi makna DARI SIFAT YANG ADA PADA CIPTAAN, sehingga AKHIRNYA kita percaya bahwa Allah berbeda dari ciptaan-Nya SECARA MUTLAK BUKAN SEKEDAR PERBEDAAN seperti makhluk berbeda ANTARA satu sama YANG lainNYA, SEBAB Bagaimanapun,segala
sesuatu YANG diciptakan berbeda satu sama lain dalam beberapa ORGAN,APAKAH KELIHATAN jelas atau SAMAR, bahkan TERKADANG hanya BERBEDA waktu atau lokasi SAJA. Jika kita tidak memperhatikan hal ini, MAKA kita AKAN mengatakan bahwa makna dari ayat ;ALLAH BERBEDA DENGAN APA PUN" DALAM ARTIAN SEPERTI: PerbedaAN SEGALA SESUATU dari segala sesuatu yang lain," dan FEMAHAMAN SEPERTI INI, jelas tidak diperbolehkan.

Sebelum kita melakukan PENELITIAN, SUPAYA menjadi jelas bahwa AYAT: "Dia
tidak menyerupai apa pun,"
MERUPAKAN AYAT yang meniadakan sesuatu KEMIRIPAN dari Allah, AYAT INI berbeda dengan penegasan AYAT seperti "istawa"YANG BERKAITAN LANGSUNG DGN DZAT ALLAH, DAN kita dilarang dari merenungkan makna AYAT yang BERKAITAN DENGAN DZAT Allah. TETAPI Kita tidak
dilarang merenungkan DAN MENELAAH tentang ciptaanNYA, bagaimanapun,
tidak salah mengidentifikasi makna dan ORGAN YANG ADA dalam ciptaan SUPAYA TAU bahwa Allah tidak dikaitkan dengan SEMUA HAL YANG ADA PADA CIPTAAN, KARENA CIPTAAN memerlukan YANG Mencipta.

Merenungkan CIPTAAN di ANJURKAN dalam Quran, seperti di:
ﺇﻥ ﻓﻲ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺴﻤﺎﻭﺍﺕ ﻭﺍﻷﺭﺽ
ﻭﺍﺧﺘﻼﻑ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻭﺍﻟﻨﻬﺎﺭ ﻵﻳﺎﺕ
ﻷﻭﻟﻲ ﺍﻷﻟﺒﺎﺏ

Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan Langit dan Bumi, dan perbedaan malam dan siang adaLAH
MENGANDUNG tanda-tanda bagi mereka yang memiliki pikiran perseptif." (Aal `Imran: 190)
ﺃﻓﻼ ﻳﻨﻈﺮﻭﻥ ﺇﻟﻰ ﭐﻹﺑﻞ ﻛﻴﻒ
ﺧﻠﻘﺖ
Artinya: "Apa, apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana
unta diciptakan"

Berdasarkan hal ini, ketika kita melihat ciptaan (ALAM), kita melihat bahwa segala ciptaan memiliki jumlah,BENTUK dan batas, yaitu memiliki ukuran fisik. Kami juga melihat bahwa ALAM datang DENGAN berbeda jenis DAN bentuk, SEMUA YANG DI ALAM tidak selalu
mirip satu sama lain dalam
segala aspek, karena mereka memiliki batas, waktu, lokasi, atribut dll YANG BERBEDA, tapi SEMUA SAMA YAITU MEMILIKI Sifat yang terbatas dan TERBAGI DARI JUZ-JUZ kuantitatif.
CONTOH kursi misalnya, sangat berbeda dari seorang manusia, tetapi SAMA dalam beberapa aspek, seperti memiliki berat dan BENTUK JUGA volume.
Dari pengamatan ini, kita tahu bahwa Allah bukanlah sesuatu yang terbatas, bukan sesuatu yang terukur atau kuantitatif,
karena Allah tidak hanya berbeda dari ciptaan / MAHLUK SEPERTI PERBEDAAN ANTARA MAHLUK satu sama YANG lain, DIA benar-benar berbeda dari ciptaan, DIA bukan sesuatu yang terukur, terbatas atau
kuantitatif. .

Perhatikan bahwa ketika kita menggunakan kata yang sama untuk SIFAT MAHLUK sebagaiMANA kita gunakan untuk SIFAT Allah,
seperti pengetahuan, maka kita tahu bahwa MAKNANYA benar-benar berbeda. pengetahuan Allah bukanlah sesuatu yang terbatas, DAN PENGETAHUANNYA tidak di lokasi seperti otak, JADI tidak seperti kita, NAH HAL INI BERBEDA DENGAN KATA naik atau Turun, KARENA NAIK DAN TURUN TDK BISA TANPA JISIM DAN TEMPAT.
Kita juga bisa mengatakan: dunia sekitar kita ini penuh dengan entitas dengan ukuran, meskipun berbeda dalam atribut seperti bentuk, kepadatan,rasa,JENIS dll, MAKA bagaimanapun hal-hal dengan ukuran, adalah sama YAITU untuk semua CIPTAAN / ALAM / MAHLUK. Karena Allah BUKAN jenis yang sama seperti ciptaan / MAHLUK, maka DIA bukanlah sesuatu dengan ukuran, dan tidak di suatu tempat. Selanjutnya, kita Katakan bahwa YANG BUTUH tempat adalah ciptaan, karena itu sesuatu selain Allah, DAN ALLAH tidak di dalam TEMPAT, karena ALLAH ada sebelum SEMUA itu ADA.
Untuk menjelaskan lebih lanjut arti AYAT "Dia tidak menyerupai apa-apa," KITA ambil bukti DARI PERKATAAN Abu Hanifah yang menunjukkan kemustahilan KEPADA seorang ateis: "Anda tidak bisa membayangkan satu kapal
berjalan tanpa ada orang YANG MENJALANKAN DAN YANG MENGATURnya, Namun Anda berpikir bahwa seluruh dunia ini, yang berjalan tepat, KENAPA ANDA BISA MEMBAYANGKAN tidak ada yang MENGATURNYA ?, dan tak ADA YANG memilikiNYA "
bukti seperti ini ADALAH argumen yang didasarkan pada desain, urutan penciptaan, dan SEMUA INI
juga ditemukan dalam Quran, DALAM Quran tidak ADA bukti-bukti logis YANG cacat, jadi kita bisa berasumsi bahwa ARGUMEN DGN SEMUA ITU adalah sah. Jika Anda perhatikan dengan teliti bukti tersebut, dan SElain DARI itu, maka Anda dapat mendeteksi arti bahwa Allah tidak menyerupai ciptaan-Nya. Hal ini karena ketika Anda menentukan SIFAT ciptaan / ALAM yang begitu jelas,MAKA ALAM perlu KEPADA
pencipta, maka Anda dapat
mengetahui BAGAI MANA SIFAT YANG MUSTAHIL ADA PADA Sang Pencipta. Anda
dapat mengetahui hal ini, karena Allah tidak memiliki DAN TIDAK BUTUH PADA Pencipta.

Dari bukti BAHWA SEMUA YANG ADA DI ALAM INI MEMPUNYAI kreasi DAN spesifikasi kebutuhan KEPADA YANG MENENTUKANNYA, Seperti apa? DI lokasi MANA? Berapa volume? BAGAMAINA kuantitas ? BGMN Ukuran ? BGMN bentuknya? Bagaimana lebar? Apa warna? Apa rasa? Apa suhu? Apa batas ? Dimana? Seberapa cepat? Dll
Semua SIFAT ALAM /MAHLUK /CIPTAAN MeMbutuhKan
spesifikasi,DENGAN INI Jelas BAHWA Allah bukanlah sesuatu spesifikasi YANG berlaku untuk JISIM,sehingga Ia bukan tubuh, dan karenanya tidak MENempat, karena tubuh adalah SEsuatu YANG MENempat.

Ulama besar Salaf IMAM At-Tahaawi menyatakan:
{Allah TIDAK memiliki,ekstrem batas, sudut,anggota badan atau instrumen,TIDAK DI Keenam arah atas, bawah,depan, belakang, kiri dan kanan, tidak, sepertI segala sesuatu DARI CIPTAANYA }.
D iriwayatkan oleh Muslim dan Al-Baihaqi:
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻧﺖ ﺍﻷﻭﻝ ﻓﻠﻴﺲ ﻗﺒﻠﻚ ﺷﻲﺀ
ﻭﺃﻧﺖ ﺍﻵﺧﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﺑﻌﺪﻙ ﺷﻲﺀ ﻭﺃﻧﺖ
ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﻓﻮﻗﻚ ﺷﻲﺀ ﻭﺃﻧﺖ
ﺍﻟﺒﺎﻃﻦ ﻓﻠﻴﺲ ﺩﻭﻧﻚ ﺷﻲﺀ
"Ya Allah, Engkau adalah AL AWAL, DAN tidak ada APA_APA sebelum ENGKAU, dan ENGKAU adalah AL akhir DAN tidak ada APA_APA setelah ENGKAU. DAN ENGKAU Al-DH0hir DAN tidak ada APA-APA di atas ENGKAU Dan ENGKAU adalah Al-Baatin,DAN tidak ada APA-APA di bawah ENGKAU.
"Jika tidak ada di atas-Nya dan tidak ada yang di bawah-Nya., Maka ALLAH bukanlah tubuh atau DI arah, dan Dia tidak memiliki
spesifikasi fisik.
INILAH SEBABNYA Mengapa orang tidak dapat berkata "Dia tidak menyerupai apa pun," TETAPI Dia BERTEMPAT DAN BERarah''.
Perbedaan lain antara AYAT:"Dia tidak menyerupai apa-apa," dan "istawa" adalah bahwa AYAT pertama MEMILIKI ARTI YANG jelas,sedangkan yang kedua tidak,KARENA LAFAD "istawa" memiliki BAYAK KEMUNGKINAN arti dalam bahasa Arab.
Untuk MENGKOMPROMIKAN antara kedua AYAT INI, KITA TAU BAHWA UTK memahami AYAT:"Dia tidak menyerupai apa-PUN," ITU ADALAH AYAT mutlak dan harfiah (AYAT MUHKAMAT), MAKA DALAM arti "istawa" KITA CARI salah satu makna dalam bahasa Arab yang tidak bertentangan dengan AYAT:"Dia tidak menyerupai apa-PUN " YAITU ARTI YANG TDK memiliki makna BAHWA Allah berada di suatu tempat atau arah, karena
HAL ITU berarti Dia memiliki batas fisik, dan INI akaN membatalkan AYAT:". Dia tidak menyerupai "apa-PUN .
JUGA alasan lain mengapa
tempat atau arah tidak dapat dikecualikan dari literal AYAT:"Dia tidak menyerupai apapun" KARENA ADA teks eksplisit YANG SUDAH disebutkan sebelumnya, yaitu SABDA Nabi SAWA:
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻧﺖ ﺍﻷﻭﻝ ﻓﻠﻴﺲ ﻗﺒﻠﻚ ﺷﻲﺀ
ﻭﺃﻧﺖ ﺍﻵﺧﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﺑﻌﺪﻙ ﺷﻲﺀ ﻭﺃﻧﺖ
ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﻓﻮﻗﻚ ﺷﻲﺀ ﻭﺃﻧﺖ
ﺍﻟﺒﺎﻃﻦ ﻓﻠﻴﺲ ﺩﻭﻧﻚ ﺷﻲﺀ
"Ya Allah, Engkau YANG AWAL, DAN tidak ada APAPUN sebelum ENGKAU, dan ENGKAU adalah AL akhir DAN tidak ada SESUATU
setelah ENGKAU,. ENGKAU Al-Dh0hir DAN tidak ada SESUATU di atas ENGKAU.
Dan ENGKAU adalah Al-Baatin, DAN tidak ada SESUATU di bawaH ENGKAU. "
Jika TIDAK ada sesuatu pun di atas-Nya dan tidak ada SESUATU di bawah Dia, maka
Dia tidak BERTempat atau arah, jadi jika seseorang percaya istawa memiliki arti harfiah Allah berada di suatu tempat atau arah, maka BERTENTANGAN DENGAN AYAT YANG JELAS:"Dia tidak menyerupai apapun ", DAN AYAT INI hampir tidak berarti, karena semua ciptaan seperti yang kita tahu,
adalah BERtempat dan BERarah DAN menjadi terbatas OLEH ALAM dan JUGA kuantitatif . DI SISI LAIN juga bertentangan dengan HADIS YANG jelas "" Kau adalah Al-DHOhir DAN tidak ada SESUATU di atas ENGKAU.Dan ENGKAU adalah Al-Baatin, DAN tidak ada SESUATU di bawah ENGKAU. "
Perhatikan bahwa hadits ini
adalah pujian UNTUK Allah, nama-Nya DAN SIFATNYA adalah kesempurnaan dan kebesaran.
Berada di tempat atau arah
bukanlah SIFAT kesempurnaan; secara fisik di tempat yang tinggi BUKAN kebesaran, karena jika KETINGGIAN TEMPAT itu KEBESARAN, maka Tibet akan lebih baik dari Makkah. Selain itu, berada di arah PASTI memiliki batas. Nabi SAW kemudian,menyatakan dengan jelas dalam ĥadiitS bahwa KETINGGIAN Allah disebutkan dalam teks-teks lainnya tidak MERUJUK PADA arah.
Akhirnya, dengan menyatakan "istawa" secara fisik di atas, MAKA INI SAMA DENGAN MENYATAKAN batas PADA pencipta dan dengan demikian SAMA DGN menyatakaN BAHWA hal-hal
yang terbatas BISA ada, tanpa pencipta. Dengan melakukan METODE ini akan bertentangan dengan bukti-bukti keberadaan Allah,karena orang tidak dapat mengatakan bahwa: 'tidak ada ''SESUATU yang terbatas'' bisa eksis tanpa ADA pencipta'',DI SISI LAIN juga SAMA DGN menghina Allah KARENA menghubungkan BATAS kepada-Nya.

Bagaimana menangani arti "istawa"??

Solusi yang terbaik, SALAH SATUNYA adalah hanya MENGATAKAN: "istawa" ADALAH SIFAT ALLAH dan "tanpa bagaimana" SUPAYA SELARAS DGN AYAT: "Dia
tidak menyerupai apapun". DAN satu cara yang tersisa YAITU dengan MEMAKNAI ISTAWA DENGAN MAKNA YANG MUNGKIN DARI berbagai MAKNA YANG ADA PADA LAFAD " istawa" DENGAN MAKNA yang BUKAN dalam arti FISIK, dan tidak
bertentangan DENGAN ayat-ayat yang sangat jelas dan spesifik lainnya, Dengan
kata lain, kita harus menghindari membatasi arti harfiah ISTIWA DENGAN KESIMPULAN DARI AYAT;"Dia tidak menyerupai apapun" dan HADIS:"Ya Allah, Engkau adalah Al-DOhir DAN tidak ada SESUATU di atas ENGKAU. . Dan ENGKAU adalah Al-Batin, DAN tidak ada SESUATU di bawah ENGKAU ",
DI ANTARA ALASAN LAIN KEHARUSAN menghindari batas kepada Allah ADALAH KARENA bertentangan dengan firman Allah:

ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﻫﻮ ﻟﻪ ﺍﻷﺳﻤﺎﺀ ﺍﻟﺤﺴﻨﻰ

Arti "Tidak ada Tuhan selain Dia,Dia mempunyai nama-nama yang INDAH." (THaha: 8)
Bagaimanapun,TIDAK BISA menetapkan salah satu ARTI spesifik non-fisik untuk "istawa", karena tidak jelas dalam bahasa Arab mana MAKNA YANG dimaksudkan, dan MANA makna yang tidak DI MAKSUD, OLEH KARENA ITU sebagian besar Salaf
meninggalkannya DENGAN mengatakan "istawa tanpa bagaimana," dan JUGA tidak DENGAN menafsirkan makna non-fisik,LALU mengatakan "tanpa bagaimana".
Hal ini karena takut berbicara tentang Allah tanpa bukti, dan TAKUT AKAN berakhir DENGAN memberi arti yang tidak TEPAT, sehingga SALAF menyangkal salah satu MAKNA YANG dimaksud, YAITU ta `Wiil dalam ISTILAH bahasa Arab.
Perhatikan bahwa ketika Salaf berkata "istawa bi-laa kayf," BUKAN berarti BAHWA :"ADA MAKNA FISIK CUMA tanpa mengetahui bagaimana KEADAANNYA," karena beberapa ORANG berpikir SEPERTI ITU. Secara
harfiah, bi-laa kayf berarti, "bi-(dengan) laa ( tidak ADA) kayf ( KEADAAN.)" APAKAH SALAF TIDAK FAHAM BAHASA ARAB,SHGG CUKUP MENGATAKAN BILA KAIF?? mereka tahu bahasa Arab dengan sangat baik,dan MEREKA tahu ISARAH Allah DALAM AYAT MUTASABIH, SIKAF SALAF SEPERTI INI membuat jelas bahwa Allah bukan sesuatu fisik atau
temporal. Ini BERBEDA dengan KEJADIAN SEKARANG PADA FEMAHAMAN kebanyakan orang.
SEM0GA PENJELASAN INI berhasil membuat jelas bahwa BUKAN MENOLAK istawa TETAPI menolak SIFAT fisik.

Anda bisa melihat PERKATAAN Ibn Al-Jawzi's DALAM "Daf 'Shubah al Tashbhi"":Dan mereka (ULAMA MADHAB Hanbali YANG MENYIMPANG) membuat KETINGGIAN SECARA fisik PADA Allah, dan MEREKA LALAI bahwa KETINGGIAN fisik hanya
bisa untuk tubuh, atau elemen YANG terbagi DARI JUZ, dan KETINGGIAN yang
dapat digunakan untuk SIFAT ALLAH ADALAH KETINGGIAN DALAM arti
status yang tinggi, misalnya: RAJA BERADA DI ATAS RAKYAT'
KETINGGIAN fisik disangkal, karena merupakan KETINGGIAN terbatas,karena melibatkan setidaknya
satu batas fisik. Misalnya, jika seseorang mengatakan bahwa Allah secara fisik di atas `Arsy, maka SEOLAH ia mengatakan bahwa Allah memiliki batas berdekatan dengan ARASY.
Namun, perlu diketahui bahwa BEBERAPA ORANG mencoba untuk menggunakan DIAMNYA para ulama SALAF tentang istawa untuk menyebarkan
kepalsuan bahwa Allah adalah fisik / JISIM, SHGG SEBAGIAN ULAMA memutuskan untuk menyebutkan MAKNA khusus non-arti fisik,TERHADAP ISTAWA seperti MENGUASAI. Hal ini TERJADI JUGA DI KALANGAN Salaf,SIKAP INI untuk menenangkan pikiran 0RANG YANG tidak berpendidikan (yang jauh dari pola pikir dan kemampuan FEMAHAMAN para sahabat Nabi) sehingga mereka tidak akan terus memikirkan masalah ini.
Mereka melakukan HAL ini, meskipun kebanyakan dari
mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan tertentu tentang makna istawa
SECARA spesifik, dan bahwa pendekatan paling aman adalah tetap diam ketika seseorang tidak memiliki pengetahuan tertentu TENTANGNYA, TETAPI BAGAIMANA PUN HAL ini dianggap masalah kecil dibandingkan DENGAN bahaya orang yang mempercayai BAHWA Allah ADALAH sesuatu YANG MENempat atau BERarah.
Perhatikan juga bahwa apakah arti non-fisik teks Kitab Suci yang memiliki makna fisik jelas diketahui atau tidak?!?, misalnya, banyak ahli MENtafsirkan AYAT YANG secara TERJEMAH harfiah:, "Ia BERSAMA KALIAN di manapun KALIAN berada, DI ARTIKAN DENGAN "pengetahuan," YAKNI Allah TAU tentang KALIAN, dan apa yang KALIAN lakukan, di manapun KALIAN berada. Jelas ayat ini juga tidak DI ARTIKAN secara harfiah.
Teks Quran dan hadits penuh dengan ekspresi kiasan seperti CONTOH TADI, dan HAL INI dikenal luas.
TEXT MUTASABEHAT TIDAK menimbulkan KEMUSKILAN di kalangan para sahabat,karena mereka tahu bahwa Allah tidak terbatas,sebagaimana DIA tidak memiliki Pencipta, dengan kata lain, bahkan tidak TERBERSIT MAKNA FISIK PADA pikiran mereka, sama seperti ketika Anda
mendengar "SAYA menyentuh HATI seseorang," ANDA tahu bahwa itu
bukan ARTI harfiah, karena Anda tahu TANGAN SAYA TIDAK BISA MENYENTUH HATI ORANG.

Jika seseorang mengatakan:
1) bahwa Allah Dhat DI ATAS arsy tanpa BERSENTUHAN dengan arsy tersebut.
2) Allah tanpa batas
3) arsy tersebut memiliki
batasan.
INI ADALAH cara KONTRADIKSI, melakukan 1 dan hasil 3 berarti bahwa Allah TERbatasi. 1 dan 3 bertentangan.
-
PERTANYAAN:
jika seseorang mengatakan
bahwa DI ATAS adalah DI ATAS fisik tanpa di bawah.
APAKAH ini berlaku? jika tidak. mengapa?

JAWABAN:
Saya pikir itu adalah jelas bahwa jika ada sesuatu yang di atas sesuatu maka ia harus memiliki batas berdekatan dengan itu. Ini
tidak perlu penjelasan. Hal ini juga jelas bahwa ketika sesuatu secara fisik di atas sesuatu, maka ADA sesuatu yang di bawahnya, jika tidak, MAKA bagaimana hal itu DIKATAKAN berada di atas itu??!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar